Jangan lupa untuk memberikan like dan komen, agar author semakin semangat untuk terus berkarya.
Terima kasih banyak pada readers setia ❤️❤️❤️
*****
Deira tersenyum ketika melihat mobil suaminya sudah berada di tempat parkir. Sudah menjadi kegiatan setiap hari, Al-Fath pasti akan menjemput dirinya di kala memang pekerjaan kantor tidak terlalu sibuk."Udah lama nunggu?" Tanya Deira yang baru saja masuk dan duduk di samping Al-Fath.
Al-Fath menoleh ke arah Deira,"Lumayan sih." Jawabnya, lalu dia mengambil buket bunga mawar memberikan hadiah tersebut pada Deira.
"Terima kasih, sayangku." Ucap Deira, tak lupa ia mencium pipi suaminya.
Deira melirik ke arah kursi belakang, dia melihat juga dua buket bunga krisan putih tergeletak di sana.
"Ada dua buket bunga, dibelakang." Deira terheran,"Yang satu untuk siapa?"
Al-Fath hanya tersenyum dan mengacak rambut istrinya, ia tak menjawab pertanyaan sang istri. Malahan ia menjalankan mobilnya.
Angin semilir menerbangkan rambut Deira, ia dan suaminya duduk berdampingan. Berdoa dengan khidmat, mendoakan seseorang yang tidur dalam keabadian di sana.
Al-Fath mengusap batu nisan yang bertuliskan nama seorang perempuan yang memiliki ruang khusus di hatinya.
"Maaf jarang banget datang, hari ini aku datang dengan Deira. Dia sudah menjadi istriku sekarang, aku yakin kamu akan mentertawakan aku. Ternyata cintaku pada Deira sudah hadir sejak lama. Tapi dengan bodoh nya aku terus bersikap denial."
Al-Fath pun meletakkan buket bunga krisan yang ia bawa, lalu ia berdiri tak lupa ia juga membantu Deira untuk berdiri.
Di samping makam Imel Larasati, ia hanya terdiam. Dalam benaknya ingin ia menanyakan banyak hal pada sang suami, tapi entah mengapa ia hanya tak ingin mengucapkan pertanyaan tersebut.
Baru pertama kali semenjak beberapa bulan menikah, Al-Fath mengajak istrinya pergi berziarah ke makam Imel Larasati.
Deira hanya terdiam ia seperti anak ayam yang terus mengekor sang induk, tak lama berjalan Al-Fath pun berhenti di depan makam Arman.
Deira baru ingat, kompleks pemakaman Imel dan Arman memang sama. Al-Fath kembali duduk diikuti Deira, ia berdoa dengan khidmat untuk Arman. Setelah berdoa, Al-Fath meletakkan buket bunga krisan putih diatasnya.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih, sudah menjaga Deira dan mencintai dia sangat tulus. Kini giliran ku menjaga dan mencintai Deira selamanya."
Kedua mata Deira berkaca, Arman begitu berarti untuknya.
"Sayang, kamu nggak ingin menyampaikan sesuatu?"
Panggilan Al-Fath membuat Deira sadar, buru-buru ia menghapus air mata.
"Terima kasih, sudah melindungi aku. Aku tidak tau harus bagaimana membalasnya."
Deira sudah tidak sanggup lagi berkata, Al-Fath yang mengetahui sang istri akan menangis pun segera memeluknya. Tangis Deira pecah di pelukan Al-Fath, mungkin tragedi itu tak akan pernah hilang dari ingatan Deira sepanjang usianya.
Sudah cukup tenang, Al-Fath menggandeng Deira untuk kembali ke mobil. Ia mendudukkan sang istri dan juga memasang safety belt.
"Maaf aku nangis."
"Nggak apa-apa, manusiawi kan kalau merasa sedih terus nangis." Ungkap Al-Fath menghibur sang istri
****
Deira menggeliat dalam tidurnya, ia merasakan risih dan sesak. Bagaimana tidak, Al-Fath dengan pulas nya menjadikan Deira guling hidup sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...