Deira sedang berpikir, kasus yang ia tangani kali ini membuat dirinya pusing tujuh keliling meskipun dikerjakan dengan Satria.
Deira mengadahkan kepala, mendongak menatap langit-langit plafon di rumahnya. Tangannya sibuk memainkan sebuah alat rekam berbentuk pena. Kata Deira alat itu sangat berharga untuk dirinya yang berprofesi sebagai pengacara, apalagi saat ia harus berbincang dengan orang yang menurutnya plin-plan. Pagi A siang B dan sorenya C. Setidaknya, dengan alat ini Deira terbantu.
"Kepala ku pusing." Keluhnya,"Kapan selesainya ini?"
"Makanya cepet di selesaikan, panggilan sidang tiga Minggu lagi." Kata Satria, ia fokus melihat tumpukan berkas berisi tentang bukti dan hal yang berguna saat pembelaan sidang nanti.
Deira berdiri,"Mau mie nggak?Mama nggak masak, Aku lapar." Tawarnya pada Satria, ia kembali merasakan lapar. Karena saat siang tadi bertemu dengan klien di restoran ia lebih fokus untuk mendengarkan keluh kesah klien.
"Makan diluar aja, suntuk juga ngurus kertas dari tadi." Satria berdiri lalu ia melakukan peregangan.
"Setuju," Deira bertepuk tangan lalu memberikan jempolnya.
Dengan cepat ia berlari ke kamarnya untuk bersiap, Deira menarik sebuah laci di depan kamarnya. Ia meletakkan pena kesayangannya ke dalam laci itu.
Deira memilih menggunakan bawahan rok selutut dengan warna krem, atasan blouse berwana biru dan tas selempang warna merah.
Deira segera menghampiri Satria, tak lupa ia terlebih dulu berpamitan dengan kedua orangtuanya yang sedang sibuk merawat tanaman kesayangan mereka di taman belakang.
"Padahal cuma makan, pake dandan segala." Satria mengamati Deira dari bawah hingga atas.
"Namanya juga cewek, buruan udah laper." Deira berjalan mendahului Satria yang masih sibuk menumpuk berkas pekerjaan mereka.
Mereka berdua belum menemukan makanan apa yang akan mereka makan, mereka masih sibuk menentukan tujuan yang akan mereka datangi. Dan juga karena macet, perjalanan mereka sedikit terhambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...