"Dee! Bangun sayang sudah jam berapa ini!" Teriak Tasya ibu Deira dari luar kamarnya.
Sungguh Deira sangat malas sekali hari ini, dia sangat lelah apalagi baru pulang hampir tengah malam setelah menghadiri pesta pernikahan sahabat karibnya. Ingat kan juga tentang perilaku Al-Fath yang terlalu perhatian dengannya, membuat Deira jengah sekaligus bahagia, dan juga perasaan was-was. Entahlah apa yang dirasakan hatinya.
Berjalan gontai masuk kedalam kamar mandi, yang terhubung langsung dengan walk in closet. Jika saja dia tidak bekerja hari ini di kantor firma hukum milik ayahnya, dia akan dengan senang hati bergelung dengan selimut dan kasur nyaman miliknya.
Beruntung tamu bulanan nya sedikit membantunya untuk sekedar bangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Sedikit memoleskan make up tipis natural diakhir menyemprotkan parfum kesukaannya. Deira berkaca sekali lagi, tampilan formal dan elegan mengawali harinya.
"Pagi Ma, Pa." Deira langsung mencium kedua pipi orang tuanya, begitulah kebiasaan setiap pagi seorang Deira Anastasya.
Menjadi putri tunggal keluarga Anas Pramudyo dengan Tasya Kusuma menjadikan Deira seperti putri raja. Tapi Deira tidak serta merta menikmati kekayaan orang tuanya dengan berfoya-foya, apapun ia lakukan dengan kerja kerasnya sendiri.
Sebenarnya Deira mempunyai saudara kembar, namun saudara kembar nya meninggal saat setelah mereka dilahirkan.
"Pagi sayang." Balas Tasya pada putrinya.
"Zara sudah menikah, kamu kapan kenalin calon ke Papa Mama?" Desak Tasya pada putrinya, untuk Anas sendiri dia tidak ambil pusing karena Anas masih ingin Deira menjadi tanggungan dirinya. Dia belum rela jika putri kecilnya menikah dan nanti harus pergi mengikuti suaminya nanti.
Deira menghentikan kegiatannya mengoleskan selai pada roti panggang, ia mengerutkan dahi memandang ibunya. "Ayolah maaa, Pa bilang sama mama." Deira memohon bantuan.
Anas menatap istrinya,"Baiklah-baiklah, apa salah jika mama ingin segera menggendong cucu?" Tasya segera melengos melihat raut wajah suaminya, ia kembali mengoles selai ke roti panggang milik nya.
"Dee, berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamitnya lalu mencium kedua tangan orang tuanya.
"Waalaikumsalam." Jawab orang tua Deira bersamaan
Sepeninggalan Deira, Anas membuka percakapan. "Kamu tidak tau, hubungan Dee dengan Al-Fath?" Tanya Anas penasaran pada Tasya.
Tasya memicingkan mata,"Memangnya ada apa?"
Anas meletakkan sendok dan garpu,"Jangan tekan Deira, kupikir dia sudah menemukan pria yang dia sukai. Kita sebagai orang tua hanya harus mendukung dia." Jelas Anas bijak.
Tasya tersenyum, bertepuk tangan lalu melanjutkan acara sarapan. Mendengar kedekatan Al-Fath dan Deira membuat paginya serasa menyenangkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...