Playlist : Breaking Down - Ailee
Happy Reading 💔
Ia mengangkat gaun berwarna putih yang menjuntai saat menaiki anak tangga. Sekelebat bayangan Arman membuat ia mengejar Arman yang menaiki anak tangga. Sampai diakhir, ia melihat Arman yang duduk sambil menundukkan kepala.
Arman mendongak saat melihat Deira yang mendekati dirinya. Deira terkejut, dilihatnya Arman dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Ia berlumuran darah, setelah itu Arman jatuh lunglai. Deira segera menangkap Arman, ia sudah tak peduli lagi jika gaun yang ia pakai saat ini sudah berubah menjadi warna merah terkena darah Arman.
Arman mengulurkan tangannya menyentuh Deira, ia bergumam. Deira tak mengerti apa yang ingin ia bicarakan.
Tak lama sebuah sinar terang menyorot ke arah Deira. Baru ia sadari saat ini, ia dan Arman berada di perempatan Anggrek lokasi kejadian kecelakaan. Arman lemas dalam pelukan Deira, Deira meletakkan kepala Arman diatas pahanya.
Lampu itu terus menyorot membuat silau mata Deira, hingga suara truk besar mendekat terus mendekat. Dan saat truk itu akan menghantam tubuh keduanya.
"ARMAN!" Deira menjerit dalam tidurnya, ia bahkan langsung terbangun. Semua orang yang berada di rawat inap terbangun.
Nafas Deira memburu, Tasya dan Anas terburu segera mendekati putrinya. Deira kebingungan melihat ke arah kanan dan kiri, mimpi buruk itu semakin nyata untuk dirinya.
"Istighfar sayang, istighfar." Tasya berucap pada anaknya untuk beristighfar.
Deira mengucapkan istighfar, ia pun menangis. Air mata itupun kembali mengalir deras, ingatan akan Arman dan kejadian yang menimpa mereka, semuanya terekam sangat jelas di otak Deira. Memang saat ini fisiknya hanya terluka di bagian kepala itupun tidak parah, tapi mental dan psikis nya yang terluka.
Deira jatuh dalam jurang keputusasaan, dirinya lebih banyak diam dan menghindari orang lain. Setelah dirawat hampir dua Minggu, ia diperbolehkan untuk pulang.
Berkunjung sekedar berziarah ke makam Arman, Deira belum mampu melakukan hal itu. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya berada di dalam kamar.
Zara lebih sering datang ke rumah, menghibur sahabatnya. Mereka sama-sama berusaha bangkit dari kehilangan. Deira sedikit mau berbicara, saat ditemani oleh Zara.
Dengan kehadiran Zara, Anissa, Satria, kedua orangtuanya, dan orang-orang yang menyayangi dirinya. Keadaan Deira semakin membaik, tentu saja dengan dibantu terapi. Penggunaan obat pun semakin di turunkan dosisnya oleh psikiater yang menangani Deira.
"Mau jalan-jalan?" Zara menawarkan.
"Kemana?"
"Mungkin, hanya keliling kompleks. Lama kita nggak jalan-jalan sore, sambil cari camilan." Zara menegaskan.
Deira tampak berpikir,"Okay!" Ia terlihat bersemangat, hendak jalan-jalan dengan Zara.
Mereka berdua menikmati kembali masa-masa kebiasaan yang mereka lakukan setiap sepulang sekolah. Lama memutari kompleks dan membeli berbagai macam jajanan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Lagipula matahari pun semakin menenggelamkan dirinya.
Deira dan Zara saling bertukar pandangan, disana Al-Fath yang bersandar di kap mobil. Dengan raut wajah memberikan siratan tengah menunggu seseorang.
"Bisa bicara sebentar?" Tanyanya saat Deira dan Zara semakin mendekati pintu gerbang.
Pertanyaan Al-Fath memang ditujukan untuk Deira, Zara pun memilih masuk ke dalam rumah. Deira mengiyakan ajakan Al-Fath dengan isyarat anggukan. Mereka memilih pergi ke gazebo yang berada di taman bagian depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...