The Last Leaf || Part 8. Al-Fath Putra Haydar✓

12.8K 770 3
                                    

Al-Fath POV

Aku terus tersenyum, mengingat Deira yang semangat mencari jawaban atas tindakanku pagi tadi. Tiba-tiba menjemputnya di bandara, mengantarnya pulang. Bahkan wajah ngambek itu masih terus saja setia mengikuti kesehariannya.

Setidaknya aku harus berterima kasih pada Zara, atas bantuannya berinisiatif menghubungi tante Tasya. Mama Deira, akhirnya aku tau kemana dia pergi.

Mobil kesayanganku masuk ke dalam halaman rumah kedua orang tuaku, memang aku lebih sering tinggal di sini daripada apartemen. Apartemen hanya ku tinggali disaat aku lelah bekerja atau disaat aku sedang lembur dan malas pulang ke rumah.

Berjalan menapaki tangga satu per satu, aku membuka pintu masuk ke dalam rumah. Disini sangat sepi, apalagi semenjak Zara menikah beberapa bulan lalu dan ia ikut suaminya.

Biasanya jika weekend, Zara, Adam, dan Anissa mereka akan datang berkunjung atau menginap. Tapi hari ini mereka tidak datang, mungkin mereka bergantian berkunjung ke rumah orang tua Adam.

"Baru pulang dari mana aja bang?" Tanya Bundaku tanpa melihat, namun masih terfokus untuk membuat rajutan.

Aku datang mendekat, lalu duduk di samping kiri bundaku. Memeluknya dengan sayang.

"Kenapa?" Tanyanya.

Aku menggeleng lalu tersenyum, aku merebahkan diri di atas paha bundaku sebagai bantal. Bundaku terkekeh melihat kebiasaan ku, ia meletakkan alat merajutnya di meja. Lalu tangan lembutnya itu mengelus rambutku.

"Ayah kemana?"

"Dia pergi sama teman-temannya, mancing gitu katanya."

"Abang kenapa sih?" Bunda menatapku penuh selidik, "Abang darimana? Kenapa jam segini baru pulang? Terus kemana pagi-pagi udah keluyuran? Udah makan belum?"

"Satu-satu bunda kalau tanya, aku bingung mau jawab yang mana dulu." Jelas ku dengan mata terpejam menikmati elusan di rambutku.

"Yaudah jawab."

Aku terkekeh mendengar bunda meminta jawaban, tanpa mengulang pertanyaan. "Aku dari bandara, dan aku udah makan."

"Ngapain di bandara?" Bunda tampak menebak-nebak apa yang aku lakukan di bandara tadi pagi.

"Jemput teman," Jawabku sekenanya.

Bunda hanya ber oh ria, menganggapi jawabannku. Tangannya pun masih sibuk mengelus rambutku.

Hingga ia menghentikan elus rambutku, menatapku dengan penuh selidik. Seperti akan mengatakan sesuatu.

"Bunda mau bicara sama kamu."

"Daritadi kan udah bicara bunda." Aku membuka kedua mataku.

"Hubungan kamu dan Deira gimana?" Tanya bunda to the point.

Aku menatap bunda heran, "Ya kami biasa aja." Jawabku seadanya, karena ya memang begitu keadaannya.

Bunda gemas dengan jawaban yang aku ucapkan, lalu langsung saja ia mencubit lenganku.

"Sakit, bun." aku meringis merasakan lenganku yang rasanya panas karena cubitan bundaku.

Aku mendengar bunda menghela napas,"Dia itu sudah seperti anak perempuan bagi bunda, bunda nggak memaksakan kalian harus bersama atau tidak. Tapi dari yang bunda lihat, kamu sebagai laki-laki harus tegas."

Aku tetap diam mendengarkan nasihat bunda.

"Jika iya, ayah dan bunda akan segera meminang Deira, jika nggak ya kamu buat keputusan."

The Last Leaf (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang