15.

1.3K 99 0
                                    

Perihal rasa 2

Happy reading!
=====

"Sorry."

Zhafira tersentak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya, terlebih suara yang menggumamkan kata maaf di samping telinganya sangat familiar. Zhafira berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak berlebihan.

Kepalanya tertahan untuk tidak mendongak, sampai mereka masuk ke dalam kabin bianglala. Zhafira patuh, mengikuti setiap interuksi cowok itu.

"Sorry Zha."

Salah satu sudut bibir Zhafira terangkat, membentuk senyuman miring. Hembusan nafasnya yang gusar terdengar, memecah sunyi yang tercipta dalam kabin itu.

Brak

Zhafira memukul tempat duduknya, bersamaan dengan terdengarnya deritan yang cukup panjang, pertanda berputarnya bianglala.

Kepalanya terangkat perlahan, hingga netranya bersitatap dengan netra Zayn. Ya, sosok itu tak lain dan tak bukan Zayn Gaozan Khalfani. Cowok yang berhasil membuat mood Zhafira berubah-ubah.

"So-"

Tawa hambar Zhafira meledak, menyela ucapan Zayn. Gadis itu berdiri, setelah menelan tawanya begitu saja.

"Gimana? Udah puas?"

Zayn mengeryit. "Maksud lo?" Tanyanya.

Zhafira merasakan wajahnya mulai memanas, terutama dibagian mata. Zhafira mendengus, menatap ekspresi Zayn yang datar.

"Lo pasti puas lihat gue jadi orang bodoh."

Zayn menhela nafasnya pasrah, membiarkan Zhafira menyemburkan rasa kesalnya. Zayn mengaku salah, dan akan mendengarkan unek-unek gadis itu sampai habis, meski sebenarnya egonya menolak keras tindakannya.

Zhafira mengepalkan tangannya. "Gue benci banget sama diri gue yang bodoh. Terutama hati gue yang memilih lo," tuturnya.

"Kenapa orangnya harus lo? Tanya Zhafira menatap Zayn kosong. Tawa pelannya mengalun. "Gue sering ngulang pertanyaan itu, begitupun orang lain. Tapi anehnya gue nggak pernah tahu jawabannya!"

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Zayn. Cowok itu diam mendengarkan Zhafira, seperti tujuan awalnya.

"Gue capek berjuang sendiri. Rasanya gue pengen nyerah aja, dan berhenti melibatkan lo di setiap menit yang gue punya. Supaya lo bisa terbebas dari gue."

"Dari sekian cowok yang ada dunia, kenapa orangnya harus lo? Kenapa bukan orang lain yang hatinya lebih mudah buat nerima gue?"

Zhafira menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba untuk tidak sedih, dan melepaskan rasa sesak yang menghimpit dadanya.

Namun netranya berkhianat. Cairan bening di pelupuk matanya menetes tanpa bisa di cegah. Zhafira jatuh, terduduk kembali di tempatnya semula.

Zhafira mengusap air matanya kasar, mencegah buliran lain membasahi pipinya. Zhafira malu menangis di hadapan Zayn yang bukan siapa-siapanya.

Senyum getirnya mengembang. Zhafira menghela nafasnya, meyakinkan dirinya untuk mengucapkan kalimat yang sekiranya bisa membuat Zayn tersenyum.

"Gue nyerah!" Gumam Zhafira, menarik kepalan tangan Zayn terbentuk sempurna.

"Doain ya. Semoga gue bisa lepasin lo dengan hati yang ikhlas tanpa beban."

Setelah itu suasananya benar-benar hening. Zhafira tidak lagi mengeluarkan suaranya, begitupun dengan Zayn yang sedari awal terdiam.

Critical PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang