47.

2.1K 96 0
                                    

Teman

Happy reading!
=====

Zhafira kembali menghela nafasnya. Entah sudah keberapa kalinya. Yang jelas dia melakukan hal itu sejak tadi, setelah Bi Rahma beranjak pulang.

Perasaan haru akan kondisinya sekarang sebenarnya masih ada. Hanya saja Zhafira ingin terlihat kuat, dan sebisa mungkin tidak membuat orang-orang terdekatnya khawatir, apalagi mengasihani dirinya saat dia terus-terusan menangis.

Kelemahannya, cukup dirinya yang tahu. Zhafira lebih suka memendam semuanya sendiri, di banding bercerita pada orang yang salah.

Setelah semua kejadian ini. Zhafira sadar akan satu hal yang pasti. Bahwa tak ada yang benar-benar bisa dia percaya selain dirinya sendiri.

Tok tok

Kepalanya refleks menoleh. Mendengar pintu ruang rawatnya di ketuk, lalu di buka tidak lama kemudian.

"Siapa?" Tanya Zhafira, menginterupsi langkah Ares yang baru saja melewati pintu.

"Ini gue Zha. Ares."

Kening Zhafira menyatu. "Lo ngapain kesini pagi-pagi? Kenapa nggak istirahat sih? Kaki lo kan masih sakit Ares," tuturnya, memberenggut.

Ares berjalan mendekati Zhafira. Mengikis jarak di antara mereka. Dia lantas mengulurkan tangannya, meraih jemari Zhafira yang saling bertautan. Sejauh ini, Ares satu-satunya teman yang setia mengunjungi dirinya.

"Gue mau ngenalin seseorang sama lo."

Zhafira menarik tangannya. Wajahnya terlihat kesal, bersamaan dengan keluarnya decak tak suka dari bibirnya.

"Dia pasien juga di rumah sakit ini. Kasihan tahu Zha, dia nggak punya teman."

"Urusannya sama gue apa?" Dengus Zhafira, seraya membaringkan badannya, memunggungi Ares.

"Gue mau lo jadi temannya dia."

"Ogah. Teman gue udah banyak, gue nggak mau nambah teman lagi."

Ujung mata Ares melirik ke pintu sekilas. Tepat dimana dia meninggalkan seseorang disana.

"Ayo dong Zha. Tambah satu lagi aja."

"Enggak Ar. Gue nggak mau!"

Ares menggaruk tengkuknya. "Terlambat Zha, gue udah iyain kalau lo mau jadi temannya dia," ujarnya kikuk.

Zhafira menggeram. Emosinya tiba-tiba naik. Lantas, dia kembali duduk.

"Ares! Gue nggak suka lo kayak gini! Harusnya lo izin dulu sama gue Ar!" Cecar Zhafira.

"Gue tahu Zha."

"Terus kenapa lo lancang?" Jerit Zhafira.

"Lo butuh teman Zha."

"ENGGAK ARES!"

"Zha maksud gue-"

"Enggak Ares! Gue nggak mau! Mending lo pergi, gue mau istirahat," tukas Zhafira. Menunjuk ke sembarang arah.

Ares mengacak-acak rambutnya frustasi. Kepalanya miring, berusaha melihat ekspresi yang terpatri di wajah Zhafira.

Critical PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang