Chapter 10 - sebulir kenangan

589 88 1
                                    

Kenma sudah memutuskannya, malam itu, pada jam itu, menit itu, detik itu juga..

Dia akan memilih percaya pada orang yang mengaku sebagai 'FM' untuk menyelamatkan Kuro.

'Apapun yang terjadi!!! Kuro akan selamat!!' Dia mengepalkan tangannya dengan erat

"Dengan tanganku sendiri.." gumamnya pelan

Dia berpikir sejenak, menutup kepalanya dengan bantal, mencoba mencari ketenangan baru..

'Tapi, kenapa...




Kenapa dia masih mengincarku?.....













.....apa yang dia mau lagi dari ku??...

...aku tak akan kembali...

..tak akan pernah...

...kapanpun..

..tak akan pernah....

Aku tak akan pernah.....

...KEMBALI...'

'Sial!!'

'Sial!'

'Sial!!'

Dia menggumamkan kata yang sama berulang kali.
Setelah dirasa mulai merasa tenang kembali, dia pun memaksa tidur. Walaupun akhirnya tidak bisa juga.

Terlalu banyak pikiran dan beban..

Tiba tiba Kenma merasa sesuatu dikepalanya menggangu nya kembali..

Flashback 8 tahun
.
.
Pemuda, atau lebih tepatnya bocah berambut hitam itu menatap wanita yang berbaring di depannya, wajahnya pucat, dan itu membuatnya sangat khawatir.

"Kaa-san.. Ingin sesuatu? Aku bisa membawakannya untukmu" tanya bocah berambut hitam itu.

"Andaikan saja....--"

Bocah itu menatap bingung orang didepannya.

"Andaikan kenapa, Kaa-san?"

"Andaikan saja dulu aku mendengarkan kata kata kakekmu, untuk membunuh anak sialan seperti dirimu..pasti aku tak akan seperti ini.."

"...."

"Kau!!!...kau!! ini salahmu!! Ini salah mu, dasar sialan!!"

"......"

"Kenapa?!! Kenapa aku malah melahirkan anak sialan yang tak berguna seperti dir--AAAHHKKK"

Cairan merah itu mengalir deras dari lengannya yang sudah terpisah dari tubuh intinya. Sedangkan, bocah didepannya hanya menatap datar kepada wanita itu.

"SIALAN, KAU!!! KAU ANAK SIALAN!! DAS--AAAHHKKK" kini kaki kirinya yang terpisah, walaupun begitu, itu tidak membuat sang wanita berhenti mencaci maki anak sulungnya.

Sampai.. Seluruh kaki dan tangannya terpisah dari tubuh intinya.

"Ne..bukankah..kau pernah berjanji..untuk menyayangiku seperti adik adik ku?" bocah itu menatap ke arah wanita yang kini sudah tidak berdaya..

Tatapan kosong yang penuh kebencian, hasrat balas dendam, dan pengantar gerbang kesengsaraan, gerbang neraka membuka lahannya untuk mempersilahkan bocah imut itu mengantarkan wanita yang takdirnya sudah dipegang oleh nya.

Bocah itu menusuk perut sang ibu dengan katana nya, sang ibu hanya bisa berteriak kesakitan. Sedangkan sang bocah kini, sudah dipenuhi hasrat penuh kebencian sama sekali tak memedulikan ibunya yang kesakitan.

We're MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang