Chapter 46 - identitas

314 62 16
                                    

at some place

"Mine, tolong dikte kan nomer-nomernya.."

"Okay.."

Fine terlihat sibuk dengan laptopnya yang bertuliskan angka 0 dan 1. Layarnya hanya berwarna hijau dan hitam. Tapi, Fine sudah tak bergerak dari sana sejak setengah jam yang lalu.

Tok tok tok..

Fine membeku kaget, dia langsung mengubah layar laptopnya menjadi pelajaran kimia. Dia membisukan sambungan teleponnya dengan Mine.

"Apa aku boleh masuk?" tanya seseorang yang sangat Fine kenal.

"Iya.. Masuk saja.." balas Fine. Seseorang itu masuk dan tersenyum menatap Fine.

"Apa aku mengganggu siswa rajin belajar? Maaf.." ucapnya.

Fine menggeleng, "tidak kok, sama sekali tidak.." sangkal nya. Orang tsb tersenyum senang.

"Mmm.. Apa ada sesuatu?" orang itu menatap Fine lurus.

"Mmm.. Tidak jadi, deh.." orang itu pun hendak berbalik, dan langsung di tarik kembali oleh Fine.

"Ah.. Ayolah, jangan membuat ku penasaran.." ucapnya memohon sambil mengerucutkan bibir

Orang tadi mengelus kepala Fine dengan tenang.
"Aku minta maaf, akan ku bicarakan lain kali.."

"Humpphh.." orang tsb terkekeh gemas melihat Fine yang mulai ngambek.

"Sudahlah, jangan belajar terlalu malam, ya.." nasihatnya. Fine mengangguk.

"Oyasumi.."

"Oyasumi.."

Fine melihat pintu tertutup lalu menghela nafas. Dia kembali berkutit dengan layar laptopnya. Menatap layar hijau-hitam dengan nomor 0 dan 1 itu.

Tak lupa, dia menonaktifkan tombol bisukan pada hapenya.
"Mine, lanjutkan.."

"Ha'i.. Ngomong-ngomong, apakah tadi itu.."

"Iya tadi ada orang, tapi sekarang sudah tak apa.."

"Baiklah, bekerja di kamar mu memang merepotkan.."

"Hahah, aku akan pergi ke sana setelah menyelesaikan semua ini.."

"Ku tunggu"














In another place

"Sakit?" tanya seseorang bersurai hijau dengan manik mata tajam ke orang yang berlutut terikat di depannya.

"Kau sangat keras kepala.. Kau hanya di suruh menjawab dengan jujur, lalu aku akan melepasmu.." ucapnya jengah.

"Jangan bermimpi, sialan.."

Duagh
Jdakk

Orang berlutut tadi meringkuk di lantai kesakitan.
"Dan bahkan, kau masih bisa mengatai ku.. Kau benar-benar tahan sakit, ya..."

manik hijau gelap itu bertemu dengan manik kuning dengan tatapan tajam dan dingin.
"Kau lebih keras kepala dari perkiraan ku.." dia menendang kepala manik kuning hingga berdarah terbentur sudut tiang berbentuk kotak itu. Darahnya mengalir lagi tak sedikit.

Sang manik kuning memuntahkan darah beberapa kali, darah di kepala, di tubuh, dan di kakinya masih tak berhenti mengalir.
"Aku hanya bertanya apa rencana Shinsuke membangun Inarizaki.."

"Jangan menyebut namanya dengan mulut kotor mu, sialan.." surai hijau itu menghela nafas.

"Baiklah, terserah kau saja.. Red, buat dia buka mulut.." surai hijau itu pergi dengan langkah besar dan tegas.

We're MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang