Chapter 21 - Ketua Inarizaki

388 66 6
                                    

Aran duduk sambil memijat pelipisnya. Malam ini sedang hujan badai, dia masih menunggu hasil pemeriksaan Suna.

Cklek

Sakusa keluar dengan tenang, Aran langsung menghampirinya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Hmm...bagaimana, ya.. Kondisinya sama dengan Osamu dan Kita-san... Ada zat aneh didalam tubuhnya.. Aku sudah meminta Yaku-san untuk mengecek tentang cairan itu.." jelas Sakusa. Aran mengangguk mengerti.

"Jadi, dia akan baik-baik saja, kan?" tanya Aran memastikan. Sakusa mengangguk.

"Kau sendiri? Bagaimana dengan Atsumu?" tanya Sakusa.

"Dia dirumah, tadi aku sedang terburu-buru.." Sakusa hanya mengangguk mendengar penjelasan Aran.

"Malam ini badai, menginaplah.." usul Sakusa.

"Dimana?"

"Kamar mayat!" Aran memberikan tatapan datar tak terima. Sakusa menghela nafas.

"Di ruang khusus pengunjung, lah!!" jawab Sakusa ketus.

Rumah sakit ini milik Sakusa, disini terdapat ruangan khusus pengunjung yang ingin menginap. Disewa semalam 200 rb, tidak disediakan makan, kalau mau paket makan tambah 125 rb.

Aran mengecek sebentar keadaan Suna. Dia berprasangka bahwa orang asing tadilah yang membuat Suna seperti ini. Dia juga berpendapat bahwa orang tadi adalah salah satu rekan tawanannya, Terushima. Rekannya hanya ingin menyelamatkan Terushima, tapi karena ada Suna dia malah melukainya.

"Nghh--" Aran menoleh kaget mendapati Suna yang sudah membuka matanya, walaupun hanya setengah. Dia menggeliat sedikit tidak nyaman dengan alat-alat ditubuhnya.

"S-suna?!!" Aran benar-benar terkejut karena Suna yang tiba tiba membuka mata.

"Ar...ran.." lirihnya, sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar. Suna tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi tak terdengar oleh Aran. Aran pun mendekatkan telinganya ke mulut Suna.

"A..kagi.." Aran heran, 'kenapa disaat seperti ini Suna malah menyebut nama mantan wakil ketua Inarizaki itu? Apakah... Jangan jangan, Suna sekarat, dan dia melihat Akagi di alam lain??? Tidak, tidak!!'

Dia tidak mengubah posisinya. "Di..a..masih....hi...dup..." Aran membelalak terkejut. Dia menatap Suna yang wajahnya terlihat pucat tapi serius.

"Sungguh?!!" Suna berusaha mengangguk. Aran masih tidak percaya, 'bukankah dia sudah tiada?? Kenapa?? Lagipula, kalo dia masih hidup.. Tunggu! Apa dia yang membuat Suna seperti ini???!!'

Tanpa ba-bi-bu dia langsung bertanya. "Apa dia yang membuatmu begini?!" Suna mengangguk lemah. Suna hendak mengatakan sesuatu, Aran pun mendekat, "dia..jug--a membuat Shin..seperti itu.."

Aran terkejut lagi. 'APA?!! KENAPA?!! KENAPA?! APA DIA BERKHIANAT??!!' batinnya bertanya-tanya.

"Aku..lel..lah.." gumam Suna.

"Beristirahatlah..." ucap Aran. Suna hanya mendehem.

Suna pun tertidur. Entah tidur, entah pingsan... Aran nggak tau..

Aran berjalan menuju kamar inapnya, di jalan dia bertemu dengan Sakusa yang tampak berbicara dengan salah satu perawat.

Aran memanggilnya, Sakusa yang mendengar panggilan Aran mendekat setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan salah satu perawat.

"Ada apa?" tanya Sakusa.

"Tadi aku berbicara dengan Suna.." Sakusa menatapnya heran.

"Berapa lama?" tanya Sakusa.

We're MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang