Chapter 25

2.2K 299 63
                                    

Naruto© Masashi Kishimoto

Story © Cacacillya

Happy Reading!

________________________________

"Bagaimana reaksi kekasihmu saat tahu jika kau seorang pembunuh?"

Menma melemparkan ponselnya ke dinding kamar sampai membuat ponsel tersebut rusak begitu saja. Pemuda itu mengacak rambut dengan kasar. Dia tengah berusaha menghilangkan kata-kata yang ia ucapkan pada Naruto beberapa jam lalu.

Pemuda itu merasa sangat aneh, kenapa rasanya perkataan tersebut sangat mengganggu pikirannya? Padahal ini yang ia inginkan.

"Argh! Sialan!"

Menma mengusak rambutnya kembali. Pemuda itu melirik ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ia berjalan ke arah kaca jendela kamarnya, lalu menyibak gorden. Pemuda bermata merah tersebut menyipit kala tidak melihat mobil Naruto di garasi.

"Ke mana anak sial itu?"

Menma kembali mengacak rambutnya dengan kasar. Kemudian dia beranjak keluar dari kamar setelah menyambar kunci mobil di atas meja. Pemuda itu berjalan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Ketika hendak membuka pintu, ia menghentikan langkah. Ada suara mesin mobil yang baru saja berhenti.

Itu suara mobil Naruto. Tanpa sadar Menma bernapas lega.

"Sedang apa di sana?"

Menma menoleh ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Ternyata Reyna.

"Kenapa kau belum tidur?" Bukannya menjawab, Menma malah mengajukan sebuah pertanyaan.

Reyna mendengus pelan. "Aku mendengar suara mobil Kakak," sahut gadis itu. "Aku tadi mengunci pintunya, takut Kakak tidak membawa kunci cadangan. Jadi, aku menunggunya pulang."

Menma menghela napas. "Harusnya kau tidak perlu menunggu anak pembawa sial itu. Biarkan saja dia tidur di luar. Bukankah sudah biasa dia tidak pulang ke rumah?"

"Tolong jangan mulai, Menma. Aku lelah mendengarnya," ujar Reyna. "Sekarang menyingkir dari sana atau kau yang membuka pintu. Kasihan Kakak di luar kedinginan."

Menma mendengus, tapi kemudian menuruti perkataan Reyna. Ia segera membuka pintu utama bertepatan dengan Naruto yang baru saja sampai di depan pintu.

Kedua pemuda itu saling berpandangan. Satu memandang dengan dingin, sedangkan satunya lagi memandang dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Ingat pulang juga?" ujar Menma seraya bersedekap dada.

"Menma, bukankah aku sudah berkata untuk tidak memulai keributan lagi?" tegur Reyna dengan nada lelah. "Kakak baru saja pulang, biarkan dia istirahat. Kau jangan mengajaknya bertengkar. Apa kau tidak lelah, huh?"

"Cih!" Menma mendecih, kemudian menyingkir dari depan pintu. "Untung ada Reyna, kalau tidak aku sudah menghabisimu," ujar pemuda itu.

"Menma!" tegur Reyna lelah.

"Iya-iya."

Menma segera berjalan ke lantai dua tanpa berkata-kata lagi, meninggalkan Naruto bersama Reyna.

"Kakak sudah makan malam? Kalau sudah, sebaiknya Kakak segera membersihkan diri, lalu istirahat," ucap Reyna sembari tersenyum.

Naruto hanya bergumam sebagai jawaban. Lalu tanpa membalas, pemuda itu berjalan ke lantai dua di mana kamarnya berada.

Reyna memandangi kepergian Naruto dengan tatapan sedih. Sang Kakak masih belum bisa bersikap seperti dulu lagi padanya sejak kejadian mengerikan dua tahun lalu.

My Badboy Boyfriend (Revisi done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang