Chapter 44

2K 267 41
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Cacacillya

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Sudah dua kali Sasuke datang ke rumah keluarga Namikaze. Namun, yang kedua ini sedikit berbeda dari yang pertama. Karena sekarang ia datang ke sini atas undangan dari Tuan dan Nyonya Namikaze.

Sasuke merasa sangat gugup harus bertemu dengan kedua orang tua Naruto dalam waktu secepat ini. Bahkan hubungan mereka belum ada sebulan. Bagaimana jika nanti kedua orang tua sang kekasih tidak menyukainya dan menyuruh mereka untuk berakhir?

Rasanya Sasuke tidak sanggup membayangkan jika kegelisahan di hatinya menjadi kenyataan. Dia tidak bisa meninggalkan atau ditinggalkan oleh Naruto. Ia sangat mencintai pemuda berparas menawan tersebut.

Duh, kenapa pikiran Sasuke mendadak kacau balau begini?

Sebuah genggaman di tangan menyadarkan Sasuke dari lamunannya.

Pemuda itu menoleh ke arah Naruto yang sudah berdiri di sebelahnya. Sejak kapan sang kekasih selesai menutup pintu gerbang utama?

"Kenapa berhenti di sini? Ayo, masuk," ucap Naruto.

Sasuke mendengus. "Ya, masa aku langsung masuk begitu saja, sih? Harus bersamamu, dong. Ini, kan, rumahmu bukan rumahku. Bagaimana, sih!" Ia mendadak kesal walau sebenarnya gugup.

Naruto hanya menaikkan sebelah alis tanpa berniat menyahuti perkataan Sasuke. Tangan pemuda itu merangkul pundak sang kekasih bermaksud membantu kekasihnya berjalan.

"Naru." Sasuke memanggil dengan suara pelan.

"Hm." Jawaban dari Naruto hanya berupa gumaman.

"Aku gugup," bisik Sasuke. Mereka berjalan menuju pintu utama.

"Kenapa?" tanya Naruto heran.

"Bagaimana kalau kedua orang tuamu tidak menyukaiku dan mereka langsung menyuruhmu untuk meninggalkanku? Bagaimana kalau---aw. Ish!"

Sasuke meringis kecil kala keningnya disentil oleh jari tangan milik Naruto. Ia menatap sang kekasih dengan wajah cemberut.

"Kenapa, sih?! Sakit tahu!" Sasuke menggerutu seraya mempoutkan bibirnya.

"Kamu berisik," ujar Naruto seraya membuka pintu utama.

"Ish! Aku, kan, hanya memikirkan sesuatu yang kemungkinan terjadi, Naru. Aku takut," ucap Sasuke dengan sebuah gumaman di akhir kalimat.

"Semua akan baik-baik saja," kata Naruto.

"Apanya?" Sasuke meringis kala kakinya yang beralaskan sandal menyentuh lantai ruang utama milik keluarga Namikaze. Perasaan gugup semakin menyerang hatinya.

Naruto yang menyadari kegugupan Sasuke langsung membelai rambut pemuda itu dengan lembut mencoba mengurangi kegugupan sang kekasih.

"Ada aku di sini, tidak perlu takut," ucap Naruto dengan senyum teduh menenangkan.

Sasuke yang melihat senyuman Naruto, hatinya seketika terasa menghangat. Kegugupan yang ia rasakan perlahan-lahan menghilang. Ia menganggukkan kepala dan membalas senyuman sang kekasih.

"Tunggu di sini. Aku akan memanggil mereka," kata Naruto seraya menuntun Sasuke untuk duduk di sofa.

"Umm, oke," balas Sasuke patuh.

Naruto segera beranjak ke arah sebuah pintu yang kemungkinan mengarah pada ruang bersantai di rumah keluarga Namikaze.

Selama menunggu Naruto memanggil orang tuanya, Sasuke menyempatkan diri untuk melihat-lihat seisi ruang utama. Waktu pertama datang ia tidak sempat memperhatikan apa saja yang ada di rumah sang kekasih karena memang mereka hanya berdiam di kamar.

My Badboy Boyfriend (Revisi done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang