46. Berharap cuma mimpi

816 79 7
                                    

"Nggak, gak mungkin..."







"Dok? Bercanda kan?" kata Niki

Dia mengguncang tubuh dokter Yena yang masih mematung di depan keluarga besar Natya. Bunda Risa udah menangis duluan di pelukan ayah James. Begitu pun juga Leora, dia menutup mulutnya gak percaya. Jay, mama Erika dan Niki masih terus minta penjelasan dokter Yena.

"Maafkan saya. Saya sudah berusaha, tapi Natya menyerah..."

"Gak dok, gak mungkin! Saya tau persis istri saya itu kuat! Dia gak mungkin nyerah!"

Jay terus berteriak. Dia terus meminta penjelasan dokter Yena walaupun dokter Yena udah mengatakan yang sebenarnya. Akal sehatnya pun mulai hilang. Kabar gila, dia gak mungkin bisa kehilangan Natya.

"Jay! Natya pergi itu bukan kesalahan dokter atau siapapun! Itu takdir! Lo harus berhenti nyalahin siapapun!" kata Jake

Jay menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti ada bom yang meledak tepat di belakangnya, dia gak percaya, dia benar-benar kehilangan Natya. Di saat selangkah lagi dia dan Natya menjadi keluarga kecil yang bahagia karena kehadiran anak kembar mereka, Natya justru meninggalkannya dan kedua anaknya.

"Nggak, gue pasti mimpi..."

Kakinya tiba tiba lemas dan membuat dia tersungkur di lantai. Dia mulai menangis dan lama kelamaan isak tangisnya semakin histeris sambil memanggil manggil nama Natya.

Mama Erika udah menangis histeris di pelukan bunda Risa. Niki yang juga udah mulai lemas dan jatuh tersungkur juga terus menangis menyebut nama kakaknya. Leora mencoba tenang sambil menenangkan Niki yang juga sangat terpukul. Dia pun juga gak kalah terpukul karena dia harus kehilangan sahabat terbaiknya.

Jay terus menangis histeris. Dia satu- satunya orang yang masih belum mau percaya kalau kini Natya benar-benar udah pergi.

"Jay, stop! Kalo lo kayak gini terus, Natya gak akan tenang! Lo harus ikhlasin Natya, Jay!"

Jake terus menahan tubuh Jay yang terus berontak dibantu oleh ayah James. Tenaga Jay lumayan kuat walaupun kaki dan hampir sekujur tubuhnya mulai lemas.

"Nggak, Jake!! Lo semua gak ngerti kalo Natya itu belom boleh ninggalin gue! Dia gak boleh pergi karena kita baru aja punya anak! Kita harus rawat anak kita bareng-bareng. Kita udah punya banyak rencana ke depan!"

"Jay, sadar!!! Biarin Natya pergi. Dia udah gak sakit lagi sekarang. Dia udah tenang dan bakal tetep jagain anak-anak dari atas sana. Jay please, ikhlasin Natya"

Jake memeluk Jay erat. Lama-lama air matanya ikut keluar juga. Dia bener-bener gak tega liat keadaan Jay yang sangat terpukul karena kehilangan Natya secepat ini. Jay udah seperti orang gila. Berkali-kali dia terus menyangkal kata kata Jake.

Beberapa menit kemudian pintu kamar operasi dibuka lebar. Dua orang suster mendorong ranjang Natya keluar dari ruang operasi. Kain putih panjang menutup hampir seluruh tubuhnya.

Jay langsung berdiri dan dengan langkah yang berat dia mendekati ranjang itu. Dibukanya secara perlahan kain putih yang menutup wajah cantik istrinya.

Begitu dia melihat wajah Natya, tangisnya langsung pecah begitupun juga dengan keluarga besarnya di belakang. Wajah pucat Natya dan matanya yang terpejam. Wajahnya tenang dan dia seperti tersenyum. Dia benar-benar pergi dengan tenang.

Jay menggenggam tangan kiri mendiang istrinya yang sudah mulai memutih dan dingin sangat erat. Jake dan ayah James masih setia menahan tubuh Jay yang makin lama makin lemas.

"Bangun, Nat. Bangun..."

"Natya, bangun ya. Kita ke ruang bayi. Kita liat anak kita. Mereka selamat dan  mereka sehat. Ini semua karena kamu udah berjuang lahirin mereka. Makasih ya sayang. Sekarang ayo bangun. Mereka udah nunggu kita.."

Until I Can See You ( JAY ) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang