47. Semua percuma tanpa Natya

760 76 6
                                    

Pagi ini, tepatnya jam 10 pagi terlihat iring-iringan mobil berjejer memasuki sebuah komplek pemakaman umum dengan ambulance yang berada di barisan paling depan.

Ambulance tersebut berhenti tepat di ujung jalan setapak kecil. Begitu pintu ambulance dibuka, Jay turun dari mobil tersebut sudah dengan pakaian serba hitam sambil memeluk figura foto seorang wanita cantik yang lagi tersenyum manis.

Ditemani oleh Jake, Jay berdiri disamping ambulance sambil melihat peti mendiang istrinya diturunkan dari mobil ambulance dan dibawa ke peristirahatan terakhirnya. Tatapannya datar dengan mata yang sembab karena laki-laki itu hampir gak berhenti menangis semenjak istrinya dinyatakan meninggal.

Jay, semua keluarga besar dan para pelayat yang mengantar Natya ke tempat peristirahatan terakhirnya mengikuti dari belakang. Hingga acara pemakaman itu dilaksanakan, Jay masih memasang wajah datar dan gak bereskpresi sama sekali. Wajahnya sangat jelas seperti orang yang sangat depresi.

Begitu jenazah Natya diturunkan ke liang lahat, mama Erika langsung menangis histeris. Leora di sampingnya langsung memeluk mama Erika dan mencoba menenangkannya walaupun hatinya belum sepenuhnya bisa menerima kematian sahabatnya.

Begitu pun dengan Niki. Dia terus memanggil nama kakaknya di dalam pelukan sang papa. Ya, papa Derry langsung terbang ke Indonesia ketika mendengar Natya akan di operasi karena di hari pernikahan putrinya dia gak bisa terbang ke Indonesia karena masalah kesehatannya. Tapi ternyata, bukan melihat kesembuhan anaknya dia malah harus melihat putri kesayangannya pergi untuk selamanya.

Jay mengepalkan tangannya kuat masih sambil memeluk pigura foto Natya. Dia mencoba menahan tangisnya tapi akhirnya tangisnya pecah juga. Kakinya lemas dan membuat dia jatuh tersungkur. Jake dan ayah James yang sedari tadi selalu di sampingnya langsung memegangi tubuh Jay yang makin lama makin lemah.

Ketika makam Natya sudah rapih dengan banyak bunga diatasnya, Jay berjongkok di samping batu nisan Natya dan menaruh figura fotonya di depan batu nisannya. Dia gak berhenti memandang batu nisan dan foto istrinya sampai acara pemakaman selesai.

Satu persatu pelayat mulai meninggalkan makam Natya sampai tersisa hanya keluarga dan orang terdekat Natya. Jay, mama Erika, Niki dan papa Derry berjongkok mengelilingi makam Natya. Mereka masih betah menangisi Natya yang sekarang udah pergi dengan tenang. Jake, Leora, Misa dan orang tua Jay juga masih setia menunggu mereka di belakang.

"Ma, pa kita pulang ya. Hari udah mendung juga. Kita lanjutin berdoa di rumah" kata Niki

Niki membantu mamanya yang susah payah untuk berdiri. Tubuhnya udah lumayan lemas karena daritadi dia terus menangis.

"Jay, ayo pulang" ajak papa Derry

"Jay masih mau disini, pa. Jay mau nemenin Natya"

Dengan ekpresi wajah yang masih datar dia terus memandang foto Natya. Sesekali dia mengelus pigura foto dan batu nisannya.

"Udah mau hujan, Jay" kata bunda

Jay gak bergeming sama sekali. Dia masih betah berjongkok sambil menatap makam istrinya. Mama Erika memberi kode kepada orang-orang disekitarnya untuk membiarkan Jay. Mungkin dia butuh waktu sendirian dulu. Akhirnya mereka semua meninggalkan makam dan memilih untuk menunggu Jay di dalam mobil masing-masing.

"Nat, abis ini aku harus ngapain? Rasanya aku gak mau pulang karena gak ada kamu lagi di rumah. Aku harus gimana sekarang? Jadi apa hidup aku abis ini tanpa kamu, Nat?"

"Aku gak akan bisa tidur nyenyak lagi sekarang karena aku gak meluk kamu dan gak cium kamu"

"Lebih sakitnya lagi kalo nanti si kembar nanya mamanya dimana, aku harus jawab apa sayang? Aku harus jawab apa...."

Until I Can See You ( JAY ) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang