51. Minggu bersama Ayah

752 74 26
                                    

Sore di penghujung weekend, seperti biasa kegiatan Jay cuma bermalas-malasan di rumahnya. Kesehariannya cuma dipakai untuk nonton film, main game, masak dan olahraga. Dia gak tertarik untuk keluar rumah, padahal Jake sering ngajak dia nongkrong keluar.

Tapi hari ini berbeda. Gak tau kenapa Jay lagi pengen banget keluar rumah karena pikirannya sekarang lagi mumet soal kerjaannya di kantor. Di ambilnya ponselnya dan menekan nomor seseorang.

"Halo. Kenapa Jay?" jawab Jake

"Lo dimana? Sibuk gak?"

"Di rumah. Why?"

"Ayo keluar"

"Tumben banget. Kesambet apa lo?"

"Bawel, jadi intinya mau apa ngga?"

"Sorry nih. Tapi gue mau ngurus beberapa hal buat acara gue nanti sama nanti malem ada acara reunian SMA. Apa lo mau ikut kita aja? Siapa tau kaan.."

"Masih aja kayak gitu. Gue kan udah jelasin berkali-kali"

"Oke oke gak lagi. Jadi gimana? Wanna join?"

"Nggak deh makasih. Gue cabut sendiri aja"

"Okelah. Sorry Jay"

Pip!

"Kenapa susah banget dibilangin sih? Sampe berbusa mulut gue ngomong sama ni orang"

Jay makin kesel. Di keadaannya yang lagi bete karena bosen Jake malah bikin dia makin bete. Akhir-akhir ini Jake memang sering banget nawarin Jay buat kenalan sama temen-temen perempuannya yang masih jomblo.

Temen-temennya sih gak masalah, toh Jay masih sangat muda dan ganteng walaupun udah jadi duda anak dua. Tapi tetep aja, Jay selalu menolak ajakan Jake. Dia sama sekali ga tertarik untuk menikah lagi. Jangankan menikah, punya hubungan lagi pun dia gak tertarik. Perasaannya seakan udah mati rasa dan udah dia kubur dalam-dalam bersama jasad istrinya.

"Terus gue kemana ya?"

Jay mulai berpikir. Dia langsung mendapat ide setelah dia ingat kalo beberapa keperluan rumahnya udah abis. Biasanya memang asisten rumah tangganya yang belanja, tapi bulan ini kebetulan asisten rumah tangganya lagi pulang kampung.

Jay bersiap-siap untuk pergi. Tidak lupa ritual tetapnya setiap dia mau pergi keluar rumah, kemanapun itu. Dia menatap foto di figura besar yang ada di kamarnya.

"Nat, aku pergi dulu ya sebentar. Mau belanja"

Begitulah ritualnya sebelum dia pergi keluar rumah. Berbicara pada foto Natya yang terpajang di dinding kamarnya. Dia pamit seakan akan Natya ada di depannya.

°°°

Jay baru aja keluar dari komplek rumahnya. Dia memutuskan untuk pergi ke supermarket yang agak jauh dari rumahnya, sekalian jalan-jalan pikirnya. Tapi baru setengah jalan, ponselnya berbunyi. Dia menepikan mobilnya setelah melihat siapa yang menelponnya.

"Halo bunda, kenapa?"

"Kok kamu gak ada di rumah?"

"Aku lagi keluar bentar mau ke supermarket. Kenapa?"

"Bunda di rumah nih. Kamu pulang dong"

"Hah ngapain? Aku belom juga nyampe supermarket. Lagian bunda mau dateng kok gak bilang-bilang?"

"Bunda pikir kamu di rumah. Biasanya juga weekend di rumah. Udah cepet pulang dulu, bunda tunggu ya"

Bunda Risa memutuskan sambungan telponnya sepihak. Jay berdecak kesal tapi apa boleh buat. Bundanya ada di rumah mau gak mau dia harus memutar balikan mobilnya kembali pulang ke rumah.

Until I Can See You ( JAY ) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang