48. Jay Belum siap

764 71 5
                                    

Bunda Risa memandang pemandangan di luar mobil sambil melamun. Ayah James yang duduk di sebelahnya memperhatikan wajah istrinya yang nampak lesu, entah apa yang lagi dia pikirkan. Dia meremas tangan kiri istrinya dan membuyarkan lamunannya.

"Ada apa?"

"Harusnya Jay ikut sama kita ya" kata bunda

"Biarin aja dia dulu. Ini baru dua minggu semenjak kematian Natya. Dia masih butuh waktu buat nenangin dirinya"

"Aku khawatir banget sama Jay..."

Ayah James merangkul dan membawa kepala istrinya untuk bersandar pada pundaknya. Dia mengelus lembut pundak bunda Risa.

"Kenapa ini semua harus terjadi sama anak kita? Dia udah menderita cukup lama semenjak dia kecelakaan. Sekarang dia udah kembali normal, tapi dia harus menderita lagi karena kehilangan Natya. Kenapa nasib Jay harus kayak gini?.."

"Semua udah takdir, Risa. Apa yang Jay alami sekarang udah paling terbaik untuk dia. Semua pasti ada hikmahnya. Kita cukup selalu support dia dan selalu doain dia"

Bunda Risa mengangguk dan kembali merebahkan kepalanya di pundak suaminya.

°°°

"Mari pak, bu. Sudah sampai"

Mang Supri membukakan pintu untuk kedua majikannya. Sekarang mereka sudah sampe di rumah sakit tempat cucu kembar mereka di rawat. Sudah dua minggu semenjak mereka lahir ke dunia, berarti udah lewat dua minggu juga Natya meninggalkan mereka semua.

Beberapa hari yang lalu, pihak rumah sakit menelpon Jay tapi gak pernah tersambung. Iya, Jay mematikan ponselnya sejak kematian istrinya dan dia jarang keluar kamar.

Semenjak itu pula dia mulai mendapat pengobatan dari psikiater yang selalu siap untuk datang ke rumah Jay setiap dia kambuh.

Karena Jay gak pernah bisa dihubungi, pihak rumah sakit pun menghubungi mama Erika dan bunda Risa. Karena mama Erika sedang ada pekerjaan di luar kota, akhirnya bunda Risa dan ayah James yang datang untuk menjemput cucu kembar mereka.

"Mereka udah keliatan jauh lebih sehat ya"

Bunda Risa dan ayah James memandang cucu kembar mereka dari kaca besar diluar ruang bayi.

"Iyaa ya. Mereka juga udah mulai aktif. Liat tuh yang perempuan, aktif banget"

"Selamat siang. Saya dokter Yuri, dokter kandungan mendiang ibu Natya"

Dokter cantik itu datang menghampiri bunda Risa dan ayah James yang lagi asik mandangin cucu kembarnya yang saat ini udah bisa keluar dari tabung inkubator.

"Selamat siang dokter. Saya Risa, mertuanya Natya"

"Oiya, saya minta maaf karena ayahnya si kembar gak bisa jemput karena..."

"Dia masih butuh waktu buat nenangin dirinya. Dia masih terpukul atas kematian istrinya"

Ayah James melanjutkan kata-kata bunda Risa yang terpotong. Entah kenapa dadanya merasa sakit lagi setiap menceritakan keadaan putranya yang mentalnya masih memburuk.

"Tidak apa, bu. Saya mengerti keadaan bapak Jay. Semoga secepatnya keadaan pak Jay membaik. Si kembar pasti kangen ayahnya dan gak sabar ketemu ayahnya"

"Gimana keadaan mereka dokter?"

"Mereka sehat. Berat badannya udah bertambah banyak dan mereka udah mulai aktif. Karena perkembangannya udah bagus, mereka udah bisa dibawa pulang"

Bunda Risa dan ayah James menyambut dua cucunya yang sudah rapih dan siap dibawa pulang. Mereka menatap si kembar yang anteng di gendongan suster. Cucu laki-lakinya lagi tertidur pulas di gendongan suster.

Until I Can See You ( JAY ) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang