Bismillah dulu guys
Happy Reading"
Ck! Mana sih tuh anak lama banget njirr" umpat Afnan kesal.
Ya, ia sekarang tengah berada di kafe menunggu sahabatnya Rendi. Afnan ingin menanyakan kejadian tempo hari dimana Rendi yang sudah mengetahui tentang pernikahannya.
Karena sudah sangat kesal Afnan kembali menelpon sahabat jahannamnya itu.
Anjirr Lo dimana bangke!
Hehe sabar Nan gue lagi boker, entar lagi gue otw
Gak ngotak!
Tut
Afnan langsung mematikan telponnya secara sepihak. Ia sungguh emosi. Perjanjiannya ia akan bertemu dengan Rendi pukul 10 dan sekarang sudah pukul 11. Ia sudah menunggu sejam lamanya di kafe tersebut. Sebenarnya ia sudah ingin pulang setengah jam yang lalu tapi karena ia juga ingin meminta solusi pada sahabatnya itu jadilah ia dengan penuh kekesalan menunggu manusia yang notabene adalah sahabatnya.
15 menit kemudian
"Oi bro udah lama Lo nunggu" tepuk sang empu dengan wajah tak bersalah.
"Anjing lo! umpat Afnan dengan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun.
"Hehe yah sorry Nan, tiba-tiba pas gue mau kesini perut gue mules, muter minta di keluarin isinya" jelas Rendi dengan muka polos tak bersalah.
"Banyak bacot!"
Rendi hanya menampilkan muka sok bersalah dan duduk dihadapan sahabatnya yang masih emosi.
"Ok kita bahas apa nih Nan" tanya Rendi yang lagi-lagi memancing emosi makhluk di depannya.
"Mati aja Lo!" kesal Afnan sudah berdiri hendak meninggalkan Rendi yang sudah terkekeh.
"Canda bro, baperan lo kayak cewek" tahan Rendi meredakan emosi sahabatnya itu.
Afnan hanya menatap datar Rendi yang masih terkekeh. Ia benar-benar sudah sangat kesal dibuat makhluk kasat mata di hadapannya.
"Okok gue akan jelasin darimana gue tau semuanya"
"Gue awal tau sih karena ngga sengaja ngeliat lo waktu itu diparkiran bareng siapa tuh... Nama bini lo" ingat Rendi mengerutkan alisnya.
"Shakila" balas Afnan datar
"Ha tuh, gue ngeliat kalian diparkiran. Ngeliat dia nyium tangan lo, gue syok dong" lebay Rendi memegang dadanya.
"Lebay"
"Datar amat bang kayak lante" cibir Rendi melihat Afnan yang menanggapinya datar.
"Terus" tanya Afnan tidak memperdulikan cibiran sahabatnya.
"Ya segitu doang yang gue liat waktu itu dan gue nyimpulin lo sama tuh cewek ada hubungan lebih dan right tebakan gue bener" jelas Rendi setelah itu menyeruput minumannya yang sudah tersaji.
"Terus lo tau Kila hamil?" tanya Afnan lagi.
"Kalok itu gue ngliat lo berdua di UKS. Saat itu gue dan yang lainnya kaget ngeliat lo gotong Kila-"
"Shakila" ucap Afnan memperbaiki panggilan Rendi untuk istrinya.
Entah mengapa ia tidak suka orang lain memanggil Shakila dengan 'Kila' rasanya hanya dia yang boleh memanggil perempuan itu dengan panggilan itu.
"Iya iya Shakila. Posesif amat sih bang" cibir Rendi yang tidak ditanggapi sang empu.
"Terus saat itu gue ngeliat Rian sedikit emosi ngeliat lo, tapi yang lain berusaha nenangin. Gue yang emang udah curiga ngeliat lo berdua gue ngikut hehe. Yaudah gue tau disana" jelas Rendi.
Afnan hanya mengangguk sekali mengisyaratkan ia sudah paham seluk beluk sahabatnya ini mengetahui semuanya. Kemudian ia kembali menyeruput minuman yang berada di hadapannya.
"Sebenarnya kenapa kok lo bisa nikah sama tuh cewek sih Nan?"
"Kecelakaan" balas Afnan datar yang tidak dipahami pendengar.
"Ha? Maksud lo ketabrakan gitu?" tanya Rendi tidak paham. Otaknya sekarang masih loading karena sebelum kesini ia boker terlebih dulu, jika kata Kevin otak Rendi kalau habis boker kebuang semua.
"Ck! Gue gak sengaja perkosa Kila"
"Anjirr! Kok bisa?!" pekik Rendi terkejut.
Pengunjung kafe yang bukan hanya mereka berdua saja sudah menoleh ke asal suara yang dibuat oleh Rendi. Sebagian banyak yang menatap tidak suka karena terganggu dan sebagian lagi banyak yang memuji karena menyadari ketampanan dua cowok tersebut. Tentu saja dari kalangan para ciwi-ciwi jaman sekarang.
"Suara lo!" peringat Afnan penuh penekanan yang membuat Rendi menunjukkan cengirannya lagi.
"Gue juga ngga tau, kejadian itu terjadi saat malam party Jihan waktu itu--" dan mengalirkan cerita Afnan pada saat malam itu.
"Terus terus enak ngga Nan" tanya Rendi ambigu. Otak mesumnya sudah sedikit kembali.
"Bangsat! Otak lo!"
"Hahahaha"
Afnan hanya menatap datar sahabatnya yang masih sibuk tertawa.
"Sebenarnya gue sedikit kecewa sih ngeliat lo, tapi setelah gue dengar gue pengen habisin orang yang udah jebak lo"
Afnan hanya mengangguk mengiyakan ucapan Rendi. Seperti Rendi ia juga sangat ingin meluapkan emosinya pada orang yang sudah menjebak dirinya malam itu.
"Tapi gue takutnya Rian gak terima sama semua ini" ucap Rendi mengatakan apa yang selama ini juga dipikiran Afnan.
"Nurut lo gue harus apa?" tanya Afnan akhirnya meminta pendapat sahabatnya itu.
"Nurut gue lo cepat kasih tau tuh anak sebelum dia tau dari orang lain dan mikir yang macem-macem" balas Rendi menyeruput minumnya.
Afnan hanya diam mendengarkan, tidak ada tanggapan sama sekali keluar dari mulutnya. Ia hanya memeikirkan dan mengiyakan ucapan Rendi dalam hatinya. Benar, jika Rian mengetahui masalah ini dari orang lain ia tidak jamin sahabatnya itu pasti sangat kecewa padanya.
"Nan... Oii! tepuk Rendi menyadarkan Afnan dari pikirannya.
"Hm"
"Gue pamit pulang Luan bro, mau jemput emak gue" pamit Rendi yang sudah berdiri menepuk pundak sahabatnya.
"Gue yakin Rian bakalan ngerti posisi lo" ucap Rendi sebelum ia pergi berlalu meninggalkan Afnan sendiri bergelung dengan pemikirannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AFSHA |Tamat|
Teen FictionAssalamu'alaikum 💞 {Sebelum baca ada baiknya follow akun aku dulu yah dan jangan lupa vote dan komennya} Judul lama : Kaulah Takdirku Nah disini aku bawa cerita baruuu nihh 🎉 Semoga kalian suka yah😊 ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Kejadia...