Part (48)

202 14 4
                                    

Bismillah dulu guys
Happy Reading

Saat ini para petugas kepolisian sudah turun tangan untuk menangkap Bimo dan para anak buahnya. Bahkan orang tua Afnan juga sudah mengetahui apa yang terjadi pada putra dan menantu mereka membuat mereka merasa sedih dan terus menyemangati Afnan yang tampak kacau.

Mereka semua sedang berada di rumah sakit menunggu keadaan Kila yang cukup serius. Padahal jika dilihat keadaan Afnan cukup kacau dengan baju yang berdarah bekas darah Kila, rambut acak-acakan dan wajah yang sedikit memar akibat baku hantam dengan anak buah Bimo. Tapi, ia tidak mau meninggalkan rumah sakit ini sebelum mengetahui keadaan istrinya.

Saat ini ia hanya bisa duduk dengan pikiran negatif yang bersarang di otaknya. Ia benar-benar menyesal ini semua salahnya yang tidak bisa menjaga Kila dan calon anaknya. Jika saja terjadi sesuatu pada keduanya mungkin Afnan tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Mau bagaimana pun ia sudah sangat menyayangi Kila dan calon anaknya.

Air matanya perlahan menetes mengingat kembali bagaimana perempuan itu menolongnya dan masih mencemaskan keadaan dirinya disaat ia lah yang akan terkena tembakan itu.

"Sabar nak, mama yakin semua akan baik-baik saja" ucap Aisyah menenangkan putranya itu walaupun ia sendiri tidak yakin. Tetapi ia terus berdoa untuk keselamatan menantunya.

"Sabar bro, lo harus kuat" ucap Rendi memberi semangat pada Afnan tetapi pria itu hanya diam seperti patung.

Akhirnya mereka pun pamit untuk mengurus kasus Bimo agar memberikan keterangan kepada polisi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kepergian sahabatnya dokter yang menangani Kila pun keluar dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Bagaimana dok? Keadaan menantu saya?" tanya Farhan karena melihat Afnan yang masih membisu.

"Begini pak, karena tembakan itu janin yang berada di kandungan menantu bapak tidak bisa di selamatkan" jelas dokter tersebut tidak enak.

Duarr

Seperti tersambar petir di siang bolong Afnan benar-benar merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia sama sekali tidak becus menjaga calon anaknya yang harus pergi secepat ini.

Aisyah yang melihat sang anak semakin terdiam membisu memeluk Afnan erat. Ia tahu pasti Afnan sangat terpukul mendengar kabar ini begitupun dirinya tapi mereka harus ikhlas menjalani ini semua.

"Mahh.. anak Afnan" lirih Afnan memeluk erat malaikat tak bersayapnya.

"Iya nak, kamu yang kuat yah ikhlaskan dia mungkin Allah lebih menyayanginya" ucap Aisyah menenangkan putranya yang sangat terpukul.

Afnan kembali teringat dengan keadaan Kila, jangan sampai Kilanya juga pergi meninggalkan dirinya Afnan benar-benar akan hancur. Bagaimana pun ia sudah mencintai dan menyayangi perempuan itu.

"Kalau keadaan istri saya dok?" tanya Afnan cemas.

"Kita belum bisa memastikan lebih lanjut keadaan pasien kita harus menunggu 24 jam kedepan jika pasien masih belum sadar pasien dinyatakan mengalami koma" jawab sang dokter merasa sedih terhadap keluarga yang sedang tertimpa musibah itu.

Lagi dan lagi Afnan harus dihadapkan dengan kenyataan yang menyakitkan. Belum lepas rasa sedihnya mengingat sang anak yang sudah tidak ada ini ia harus menghadapi Kila yang sewaktu-waktu akan mengalami koma.

💧💧💧

Kila saat ini berada di sebuah taman yang ia tidak tahu dimana tetapi cukup indah dan cukup tenang sebagai tempat istirahat menghilangkan penat. Kila ingat ia terakhir kali diculik dan berakhir terkena tembakan tetapi mengapa ia berada di taman ini. Lamunan Kila seketika pecah dan di sadarkan dengan suara anak laki-laki.

"Bundaaa" panggil anak laki-laki itu menghampiri dirinya.

Kila merasa seperti pernah melihat anak laki-laki ini tapi ia lupa dimana melihatnya.

"Bundaaa, aku rindu sama bunda" ucap anak laki-laki itu semangat dan memeluk Kila yang masih mematung.

"Nama kamu siapa sayang?" tanya Kila kembali tersadar.

Anak laki-laki itu hanya menggeleng. " Ayuk bunda kita main kesana" ajak anak laki-laki itu menarik tangan Kila.

Kila mengikuti langkah anak itu dan berakhirlah mereka bermain bersama. Di saat bermain Kila terus memandangi anak laki-laki itu dan akhirnya ia ingat bahwa ia juga pernah menjumpai anak ini di dalam mimpinya. Apakah ini juga mimpi dan ini anaknya? Dalam hati Kila bertanya-tanya.

"Sayang kamu anak bunda?" tanya Kila yang di balas kekehan oleh anak kecil itu.

"Iya bunda aku anak bunda"

Kila yang  mendengar itu langsung memeluk anak laki-laki itu erat yang di balas tak kalah erat oleh sang empu.

"Bunda harus pulang banyak yang nunggu bunda disana, kapan-kapan aku bakal main lagi sama bunda" ucap anak laki-laki itu tersenyum manis.

"Tapi bunda mau disini sama kamu sayang" tolak Kila.

Anak itu menggeleng, "gak bunda, bunda harus pulang, kasian ayah udah nungguin bunda dan bunda juga harus ikhlasin aku ya"

Setelah mengatakan itu anak laki-laki itu langsung berlari menjauh dan meninggalkan kecupan di pipi Kila. Kila menatap kepergian anak itu sedih.

Dan detik itu juga Kila mulai mengerjapkan matanya menetralkan dengan cahaya yang berada di ruangan putih itu. Afnan yang sedari tadi belum pergi dari sisi Kila menatap bahagia perempuan itu yang akhirnya membuka matanya sebelum 24 jam kedepan terlewat. Dan itu tandanya perempuan ini sudah melewati masa kritisnya.

"Kila?" panggil Afnan yang langsung dilihat sang empu.

"Ada yang-" sebelum Afnan menyelesaikan pertanyaannya langsung dipotong dengan pertanyaan perempuan itu yang membuat dirinya terdiam dengan perasaan bersalah.

"Anak kita gimana Afnan?" tanya Kila merasakan ada yang kurang pada dirinya dan ia harap apa yang ia pikirkan tidak terjadi.

"Nan?" Panggil Kila melihat Afnan yang masih terdiam.

"Maaf sayang, maaff..." hanya itu yang bisa Afnan ucapkan. Ia menunduk dalam benar-benar merasa bersalah. Bahkan lagi-lagi air mata itu menetes tanpa diminta. Ia sudah tidak dapat menepati janjinya untuk menyelamatkan anak mereka. Jika saja ia tidak memiliki masalah dengan Bimo ini semua tidak akan terjadi pada Kila dan calon anaknya.

Kila terdiam ia tahu arti dari kata maaf Afnan. Ia tidak bodoh pikiran buruknya ternyata menjadi kenyataan anaknya sudah tiada bahkan sebelum lahir ke dunia.

Afnan yang melihat Kila hanya diam bahkan tidak menangis semakin merasa bersalah. Kila hanya menatap kosong depannya.

"Sayang?" panggil Afnan hati-hati. Ia lebih baik melihat Kila menangis daripada diam dengan tatapan kosongnya.

"Afnan, gimana kalau kita cerai?"

TBC

AFSHA |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang