Part (42)

117 19 2
                                    

Maaf ya semuaa aku baru bisa up malam ini

Bismillah dulu guys
Happy Reading

Saat ini Afnan sudah berada di ruangan khusus mereka di sekolah ini. Ya, mereka memang memiliki ruanga khusus hanya untuk melepas penat atau sedang tidak mood mengikuti pelajaran.

Saat ia masuk ruangan itu masih kosong dan terlihat rapi. Yaiyalah kan saat ini hari masih sangat pagi dan hanya ia dan keempat sahabatnya lah yang tau letak ruangan ini dimana. Dan tentang masalah kebersihan ruangan, mereka memang selalu membersihkan ruangan ini setelah selesai menggunakannya.

Afnan pun sudah menyenderkan badannya di sofa yang ada ruangan itu karena masih merasakan kakinya yang sedikit nyeri. Sebenarnya ia masih sangat malas untuk sekolah tapi karena mengingat Kila sangat kekeh ingin sekolah ia pun mau tidak mau menuruti kemauan istrinya itu. Ia tidak mau nanti seseorang akan menyakiti istrinya terlebih lagi jika ia mengingat mantan pacarnya Jihan yang nekat menyakiti orang tanpa memandang bulu, huh rasanya Afnan tidak sudi mengakui cewek itu sebagai mantannya.

Entah mengapa Afnan lagi-lagi teringat pada Kila perempuan baik yang sudah menjadi istrinya itu. Ia tersenyum sendiri jika mengingat kesehariannya bersama Kila. Rasanya sangat nyaman bila ia bersama perempuan itu. Dan sekarang Afnan sudah mengakui jika ia mulai menyukai perempuan itu. Namun, pikirannya seketika buyar ketika mendengar suara gebrakan yang berasal dari pintu.

Brakk

"Huh huh huh" suara napas yanh tidak terartur terdengar dari cowok yang baru saja menggebrak pintu.

"Eh Afnan, lo udah sekolah?" tanya Kevin, ya cowok itu adalah Kevin.

"Belum, lo udah liat gue disini udah pakek baju sekolah terus lo tanyak gue lagi 'udah sekolah?' burem yah mata lo Vin?"

"Hehehe ya sans bosque" balas Kevin tercengir.

"KEVINNN DIMANA LO!" teriak suara dari luar ruangan.

"Mampus gue" Kevin seketika panik mendengar suara teriakan yang memanggil namanya itu.

"Nan, tolongin gue dong" bujuk Kevin memperlihatkan muka melasnya pada Afnan yang membuat Afnan bergidik geli.

"KEVIN DISINI!" teriak Afnan dari dalam tidak memperdulikan muka melas sahabatnya itu.

"Ah anjir lo Nan, tega banget lo" rutuk Kevin memaki Afnan yang malah memberitahu keberdaannya. Kevin pun langsung berlari ke toilet yang berada di ruangan itu dan tanpa sengaja menyepak kaki Afnan yang masih terasa sakit.

"Arrghhh!! Kevin bangsat!" teriak Afnan kembali merasakan kakinya yang terasa ngilu.

"Eh Nan, lo udah sekolah?" tanya cowok yang mencari Kevin itu masuk melihat keberadaan Afnan yang duduk di sofa dengan raut wajah menahan sakit.

Afnan sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat bodoh itu. Sudah dua kali dia di tanyakan dengan hal yang sama, apa kedua orang itu tidak melihat Afnan yang berada di depan mereka tapi masih saja menanyakan hal bodoh itu. Jika dipikir lebih baik Rendi menanyakan mengapa ia memegang kakinya atau apalah yang lebih berbobot.

Rendi yang melihat itu pun masuk menghampiri Afnan dan sudah melupakan kekesalan pada Kevin. Ia pun duduk di sebalah Afnan yang tampak mengusap kakinya.

"Masih sakit kaki lo Nan?" tepuk Rendi pada kaki Afnan yang semakin terasa sakit.

"Anjing sakit bege!" umpat Afnan menatap tajam Rendi yang hanya memasang wajah tak bersalah. Belum hilang bekas nyeri tendangan Kevin ini kembali lagi mendapat tepukan dari Rendi. Memang dasar teman-teman minim akhlak#

Afnan benar-benar kesal di buat oleh kedua sahabatnya itu. Rencana hati ingin mengistirahatkan kakinya yang ada malah menambah sakit kakinya. Ia benar-benar sudah salah memilih tempat.

"Hehe sorry sorry"

Rendi yang kembali ingat tujuan awalnya kembali bertanya "Oya lo bilang si Kevin di mari Nan, mana tuh bocah?"

"Tuh" tunjuk Afnan pada pintu kamar mandi yang tertutup.

Rendi menghampiri pintu itu dengan rasa kesal kemudian menggedor gedor pintu.

"KELUAR LO KEVINN GADAK UTAK LO!!"

Afnan yang masih duduk di sofa hanya melihat keributan dua sahabatnya itu yang entah karena apa.

~•~•~•~•

Tanpa terasa waktu pun terus berjalan dan waktu istirahat pun tiba Kila dan Aulia pun bergegas menuju kantin tepatnya Aulia lah yang sangat tidak sabaran. Gadis satu itu sangat takut jika keadaan kantin membeludak dengan para siswa siswi membuat Kila hanya pasrah mengikuti gadis itu.

"Lo tunggu sini yah Kil biar gue yang pesanin"

Kila mengangguk menanggapinya. Dan sekarang ia tengah mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Afnan yang tak terlihat. Biasanya cowok itu dkk nya sudah berada di kantin sebelum bel berbunyi tetapi kini ia bahkan sama sekali tidak melihat tanda-tanda kelima cowok itu. Kila sekarang semakin mengkhawatirkan keadaan kaki cowok itu yang belum sepenuhnya pulih.

"Eh ada cewek sok suci" sapa suara itu mengalihkan atensi Kila dan menoleh ke asal suara.

Dan yah tepat di hadapan Kila sudah berdiri cewek yang sangat di takuti di sekolah karena kelakuannya yang suka membully.

Kila hanya diam tanpa menjawab ia kembali mengalihkan perhatiannya mencari keberdaan sang suami.

"Heh! Kalok orang ngomong itu diliat!" bentak Jihan merasa kesal karena Kila yang tidak perduli.

"Ngapain orang kayak lo diliat yang ada malah bikin enek tau gak!" sahut suara yang jelas bukan dari Kila.

"Lo lagi lo lagi, gue gadak urusannya ya sama lo!"

"Lo ganggu sahabat gue sama aja lo berurusan sama gue!" kesal Aulia yang sudah kembali dari memesan makanan.

"Terserah! Dan lo, gue gak akan bikin hidup lo tenang!" tunjuk Jihan pada Kila yang masih terlihat tenang.

"Gue bakal bunuh anak lo!" bisik Jihan saat melewati Kila yang membuat sang empu menegang.

Setelah itu Jihan dkk pun pergi meninggalkan bangku Kila setelah sebelumnya ia sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Kila.

"Lo ngga papa kan Kil?." Kila hanya menggeleng padahal di hatinya ia merasa cemas mendengar ancaman dari Jihan.

Darimana Jihan tau.

Aulia yang melihat itu tambah kesal yang langsung diredakan oleh Kila.

"Sabar Li"

TBC

AFSHA |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang