Part (37)

193 30 7
                                    

Bismillah dulu guys
Happy Reading

Kila yang merasakan adanya pergerakan dari tangan Afnan segera memanggil dokter. Beberapa menit kemudian seorang dokter masuk bersama dengan perawat untuk mengecek lebih lanjut keadaan Afnan.

"Alhamdulillah, kemungkinan pasien sebentar lagi akan sadar"

Dan saat itu juga Afnan perlahan membuka kedua matanya dan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke retinanya.

"Sshh" ringis Afnan merasakan pusing  memegangi kepalanya.

Kila yang melihat itu tersenyum bahagia. Ia pun membantu menyenderkan kepala Afnan agar lebih nyaman.

"Sini aku bantu"

Afnan menuruti perintah Kila dan tidak membantah sedikitpun.

"Bagaimana perasaan kamu saat ini?" tanya dokter perempuan itu melihat Afnan yang sudah mulai nyaman.

"Baik dok, cuman kepala saya sedikit pusing dan kaki saya sakit banget dok digerakin" keluh Afnan dengan suara yang masih terdengar lemas.

"Oo itu tidak apa-apa biasa terjadi oleh pasien yang mengalami kecelakaan seperti kamu" jelas dokter itu tersenyum.

"Tidak ada keluhan yang lain lagi?"

Afnan hanya menjawab dengan gelengan. Setelah itu dokter itu pun keluar bersama dengan perawat yang tadi masuk bersamanya.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Kila melihat Afnan yang melihatnya lekat.

"Lo siapa?"

"Ha? Maksud kamu apa?" tanya Kila tak percaya. Tidak mungkinkan cowok yang satu malam ini ia tunggu kesadarannya melupakan dirinya.

"Lo siapa? Kok lo ada di ruangan gue?" tanya Afnan dengan raut wajah bingung membuat wajah tampan itu jauh lebih imut dari biasanya yang tampak dingin.

"Kamu beneran gak ingat aku?" tanya Kila tak percaya. Bahkan saat ini matanya sudah berkaca-kaca menahan lelehan bening yang siap meluncur. Ia kecewa. Sangat kecewa Afnan begitu saja melupakannya. Tapi ini semua bukan salah Afnan mungkin saja cowok itu melupakannya karena mengalami benturan yang cukup keras di bagian kepalanya.

Afnan hanya menggeleng polos.

"Hehe aku cuman temen kamu" balas Kila menghapus kasar air matanya yang akan jatuh.

Kila bersiap keluar dari ruangan itu. Ia tidak mau Afnan melihat dirinya yang menangis. Kila pun berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Saat ia akan menarik knop pintu pergerakannya terhenti oleh panggilan seseorang yang saat ini melupakannya.

"Lo mau kemana?"

"Ha? A-aku mau keluar bentar" balas Kila gelagapan.

"Katanya lo temen gue masa lo mau ninggalin gue saat gue baru aja sadar"

"Eh, i-itu..."

"Sini" panggil Afnan menyuruh Kila mendekat.

Kila yang saat itu masih dengan mata yang berkaca-kaca tidak berniat menggerakkan kakinya mendekati brankar.

"Sini dulu" panggil Afnan lagi.

Akhirnya Kila pasrah dan mendekat ke arah Afnan. Biar sajalah air mata itu meluncur dengan sendirinya memperlihatkan betapa kecewanya ia saat ini.

"Lo kok nangis?"

"Gapapa aku seneng ngeliat kamu udah sadar" alibi Kila mengalihkan alasan mengapa dirinya menangis.

"Sayang aku kenapa, hm?" Afnan mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi Kila.

Tanpa aba-aba Afnan langsung menarik Kila dalam pelukannya dan mengelus sayang kepala Kila yang masih mengenakan jilbab semalam.

AFSHA |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang