Part (36)

203 27 3
                                    

Bismillah dulu guys
Happy Reading

"Om, Tante?"

"Iya orang tua Afnan berarti om sama Tante Lo kan, kan kalian berdua sepupu"

Kila kembali tersadar saat ini posisinya di depan para sahabat Afnan adalah sebagai sepupu cowok itu kecuali Rendi yang sudah tahu semuanya.

"Iya" balas Kila sendu.

"Kalok lo gak kuat sini biar gue aja yang hubungi Kil" tawar Rendi yang menyadari perasaan Kila saat ini.

Ketiga cowok lain yang berada disana semakin bingung melihat kedekatan antara Kila dan Rendi. Terlebih lagi Rian yang sangat penasaran melihat kedekatan kedua kaum Adam dana hawa itu.

"Lo kok kelitan deket banget sama si Kila?" tanya Rian bingung setelah melihat Rendi selesai menghubungi kedua orangtua Afnan.

"Ha? Biasa aja sih nurut gue" balas Rendi seadanya membuat ketiga cowok di sana tidak puas.

"Gue ngerasa si Rendi tahu sesuatu" bisik Kevin dengan suara pelan.

Rian dan Dion mengangguk membenarkan ucapan Kevin yang hanya bisa di dengar oleh mereka bertiga.

****

"Kilaaa... Apa yang terjadi dengan Afnan, nak hikss.. hikss...?" tanya mama Aisyah sudah berderai air mata setibanya di depan ruangan Afnan. Ya, saat ini Afnan belum bisa dijenguk karena kondisinya yang belum memungkinkan dan harus menjalani beberapa operasi.

"Afnan kecelakaan ma, maafin Kila yang gak bisa jaga Afnan hikss... hiksss" balas Kila juga sudah ikut menangis. Akhirnya air mata yang sedari tadi ia tahan bisa turun bebas dengan sendirinya.

"Sabar yah sayang kita doain yang terbaik untuk Afnan" tenang mama Aisyah memeluk menantunya erat.

Kila merasa sedikit tenang setelah selesai menangis. Rasa sedih yang sedari ditahannya sedikit berkurang setelah ia mengeluarkan semua dengan tangisan. Ya, sedari tadi ia menahan mengingat sahabat Afnan yang berada disini. Setelah keempat cowok itu pulang akhirnya luruh lah tangisan yang sedari di tahannya.

Beberapa jam kemudian akhirnya dapatlah pendonor darah buat Afnan dan tanpa menunggu lama tindakan operasi segera dilaksanakan. Kila dan kedua orangtua Afnan menunggu di depan ruangan dengan perasaan cemas.

1 jam telah berlalu waktu pun sudah menunjukkan pukul 02 dini hari belum ada tanda dokter tersebut keluar dari ruangan. Kila yang merasa kasihan melihat kedua mertuanya yang pasti lelah mengusulkan untuk pulang dan beristirahat. Biarlah ia saja yang menunggu Afnan dan akan langsung mengabari jika terjadi sesuatu pada suaminya itu.

"Ma, Pa jika kalian lelah pulang saja. Biar Kila aja yang jaga Afnan disini" ucap Kila lembut.

"Kamu ngga papa sendiri disini sayang?" tanya mama Aisyah khawatir.

"Iya papa juga khawatir ninggalin kalian disini, nak" sahut Farhan menimpali kekhawatiran istrinya.

"Gapapa ma, pa Kila akan nunggu disini pulanglah pasti kalian berdua lelah"

"Kamu yakin, nak? Mama khawatir sayang"

"Gapapa ma, lihat mama pasti sangat lelah terlebih lagi papa, pasti papa besok harus masuk bekerja kan?"

Aisyah dan Farhan sejenak bertatapan dan akhirnya kedua orang tua itu menyetujui usulan Kila. Ya, besok Farhan harus bekerja dan menjumpai klien yang sangat penting. Lagipula pendonor Afnan sudah di dapat dan hanya tinggal menunggu hasil operasinya.

"Baiklah sayang, kalau begitu mama sama papa pulang dulu yah besok pagi mama akan kesini lagi. Kamu kabarin mama atau papa kalau terjadi sesuatu dengan Afnan yah" ucap mama lembut mengelus pipi Kila yang terlihat memerah akibat terlalu lama menangis.

"Iya ma, Kila akan kabarin"

"Yaudah mama sama papa pulang yah sayang, Assalamu'alaikum" pamit mama Aisyah.

"Iya ma, Wa'alaikumussalam" balas Kila dan menyalim kedua mertuanya.

30 menit berlalu saat ini jam menunjukkan pukul 02:30 pagi dan masih belum ada tanda-tanda dokter keluar dari ruangan itu. Kila merasa sangat cemas sudah 1 jam lebih Afnan menjalani operasi nya dan belum ada tanda-tanda operasi itu berhasil.

Kila pun beranjak dari tempat duduknya dan berniat untuk melaksanakan solat malam dan mendoakan kesehatan Afnan. Ia pun segera menuju musholla rumah sakit masih dengan perasaan cemas.

Setelah selesai melaksanakan solat Kila merasakan hatinya sedikit tenang. Setelah itu Kila pun mengadahkan kedua tangannya dan menceritakan seluruh keluh kesahnya pada sang pencipta.

****

Dan saat ini Kila sudah kembali menunggu di depan ruang operasi Afnan. Ia terus memanjatkan doa untuk kelancaran operasi Afnan di dalam.

15 menit kemudian akhirnya dokter yang menangani Afnan keluar masih lengkap dengan pakaian operasi. Kila yang melihat itu langsung berdiri dan menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok? Apakah operasinya lancar?"

"Alhamdulillah operasi berjalan lancar pendarahan di bagian kepalanya pun sudah berhenti dan keadaannya mulai stabil. Hanya saja terjadi keretakan tulang dibagian kakinya, mungkin sekitar beberapa hari kedepan pasien akan kesulitan berjalan"

Kila yang mendengar kabar itu cukup lega.  Yang terpenting saat ini Afnan sudah melewati masa kritisnya.

"Apakah saya bisa menjumpainya dok?" tanya Kila tak sabaran.

"Silahkan silahkan, kalau begitu saya permisi dulu kalau ada apa-apa panggil saja" pamit dokter perempuan itu cukup ramah.

"Baik dok" balas Kila tersenyum.

Sebelum masuk Kila memberitahu kabar ini pada kedua mertuanya.

"Assalamu'alaikum" salam Kila saat masuk kedalam ruangan itu.

Tidak ada jawaban. Tentu saja karena saat ini orang yang berada di ruangan itu sedang terbaring lemah dengan keadaan tubuh yang diperban disana sini.

"Katanya kamu bakalan pulang, masak pulangnya kayak gini sih hikss..." lirih Kila melihat Afnan.

Ia mengelus tangan Afnan yang terbebas dari jarum infus dan menggenggam tangan itu erat.

"Afnan... Aku ingin nyampaikan ini ke kamu. Maaf aku ngomong gini saat keadaan kamu gak sadar tapi saat ini lah aku berani ngungkapinnya. Kalok aku ngungkapinnya langsung ke kamu aku takut kamu nolak aku dan aku juga yang bakalan sakit. Jadi aku ngomong sekarang aja yah" ucap Kila masih terus menatap lekat Afnan dan mengelus sayang rambut cowok tampan itu.

"Aku gak tau dari kapan aku rasain ini. Dan mungkin hari ini aku sadar kalau aku udah jatuh cinta sama kamu maaf yah aku udah nginkari perjanjian kita" ucap Kila menghapus air matanya yang akan jatuh.

"Maaf... Sekali lagi aku minta maaf Afnan..."

Saat itu juga Kila merasakan pergerakan dari jari Afnan yang masih dalam genggamannya.

TBC

AFSHA |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang