Bismillah dulu guys
Happy ReadingSampailah Kila di rumah lebih dulu. Ya, ia hari ini tidak jadi untuk eskul rohis dan meminta izin pada Irham untuk pulang lebih dulu. Awalnya Irham yang melihat Kila sedikit khawatir wajah gadis itu yang pucat dan kedua mata yang sedikit sembap. Apalagi ia juga mendengar kabar bahwa gadis ini baru saja di bully oleh Jihan and the Genk. Tapi, Kila meyakinkan dirinya tidak apa-apa dan hanya kelelahan. Irham akhirnya hanya mengangguk dan mengizinkan Kila.
Aulia yang tahu Kila izin ia pun ikut-ikutan dengan alibi mengantar Kila pulang. Dan memang benar ia mengantar Kila pulang. Padahal Afnan sudah mengajak untuk pulang bersama dan Kila tidak mengindahkan permintaan itu dan berakhir pulang bersama Aulia dengan mobil gadis itu.
Kila langsung menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan solat Dzuhur. Saat ia sudah selesai Kila teringat perkataan dokter saat di sekolah. Dan saat pulang ia tadi sempat membeli sebuah alat yang akan menentukan masa depannya. Tanpa beralama-lama Kila pun mencoba alat itu.
Beberapa menit kemudian...
Kila yang melihat hasil alat itu hanya bisa terpaku. Menunjukkan dua garis. Ya, alat yang di gunakannya adalah testpack. Ia masih ragu hasil informasi dari dokter di sekolahnya tadi. Tapi, setelah melihat hasil alat itu ia semakin yakin.
"Ya Allah bagaimana nasibku kedepannya" lirih Kila terduduk di lantai kamar mandi yang dingin. Hanya tangisan lagi yang keluar.
Kila benar-benar tidak tahu ia harus apa. Ia masih ingin mengejar impiannya. Ia ingin membahagiakan kedua orangtuanya bukan mengecewakan orang tuanya seperti ini. Kila tidak mau melepas impiannya untuk menjadi dokter. Tapi, impiannya semua harus pupus di tengah jalan. Kila sama sekali belum siap menjadi ibu di usianya yang masih belia.
"Ya Allah Kila tahu ini semua ujian dari Mu hikss... Tapi Kila gak kuat hikss..." isak Kila dalam tangisnya.
*******
Afnan yang baru sampai dirumah dengan perasaan kesal. Ia sudah menyuruh Kila menunggunya untuk pulang bersama malah gadis itu tidak mendengarkannya. Afnan hanya mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Ia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya.
Afnan sangat marah melihat keadaan Kila yang disebabkan Jihan. Ia tidak suka Kila dipermalukan oleh Jihan seperti tadi. Jikalau saja Jihan cowok mungkin wajahnya sudah habis bonyok di buat Afnan.
"Assalamu'alaikum" gumam Afnan saat masuk rumah. Kebiasaan barunya setelah ia tinggal bersama Kila. Ya, Kila memang banyak membawa pengaruh baik dalam dirinya tanpa ia sadari.
Afnan pun langsung menuju ke arah kamar Kila. Ia penasaran apakah gadis itu sudah pulang. Karena dari informasi yang ia dapat dari ketua eskul rohis Kila, Kila sudah izin pulang.
Tok
Tok
Tok"Kil" panggil Afnan.
Tidak ada jawaban.
"Kilaa" panggil Afnan sekali lagi dengan sedikit teriak.
"Hikss... Kila gak kuaattt ya Allah hiks..." teriak Kila mengeluarkan unek-unek di hatinya.
Afnan yang mendengar itu sedikit panik. Ia langsung mendobrak pintu Kila yang terkunci rapat. Dan yah 'berhasil' walaupun pintu Kila harus rusak.
Afnan langsung menuju kamar mandi karena suara yang ia dengar berasal dari sana.
Terkunci.
"Kilaa" panggil Afnan lagi masih dengan raut wajah cemasnya. Ia belum paham apa yang membuat Kila seperti ini. 'Apakah pertanyaan Kila saat di UKS bukan sebuah pertanyaan melainkan pernyataan dari gadis itu'. Afnan pusing dibuatnya.
"Kilaaa" desak Afnan terus memanggil gadis itu.
Sedangkan Kila yang mendengar panggilan Afnan berusaha menghentikan tangisnya. Ia langsung membasuh wajahnya dan menyembunyikan alat yang ia gunakan tadi di balik bajunya.
Kila pun langsung keluar dengan muka datar tapi masih terlihat wajah sembap nya.
"Lo kenapa kil?" tanya Afnan sangat kentara dengan raut wajah cemas.
Kila sama sekali tidak menjawab. Ia malah pergi meninggalkan Afnan yang masih cemas walaupun sedikit kesal karena diabaikan gadis itu.
"Kil, lo kenapa?" tanya Afnan lagu masih dengan suara lembut dan berusaha sabar. Ia terus mengekori kemana Kila berjalan.
Kila sama sekali tidak menanggapi Afnan. Ia pura-pura sibuk menyusun bukunya yang akan dibawanya besok ke sekolah.
"Kil, lo ada masalah? Cerita ke gue, mana tau gue bisa bantu" tanya Afnan lagi menatap Kila.
Masalah aku itu kamu, kamu yang buat aku punya masalah Sampek sebesar ini!. Batin Kila ingin berteriak tapi ia urungkan dengan terus diam dan sama sekali tidak menganggap kehadiran Afnan.
Sudah cukup kesabaran Afnan sudah habis. Ia sedari tadi sudah emosi karena Jihan ditambah Kila yang menambah emosinya dengan tidak menjawabnya. Jangankan menjawab nya meliriknya saja gadis itu terlihat enggan.
"KILA JAWAB GUE, LO SEBENARNYA KENAPA HA!" bentak Afnan tidak dapat mengontrol emosinya. Bahkan ia sudah mencengkram bahu gadis itu dan menghadapkan ke arahnya agar Kila mau melihat dirinya.
Kila yang mendengar bentakan itu tersentak kaget. Apalagi dengan Afnan yang mencengkram kuat bahunya membuat rasa perih disana. Tapi, Kila menahan itu semua. Rasanya tubuhnya mati rasa. Lelah. Ya, ia sudah lelah sedari tadi menangis ditambahi lagi bentakan Afnan membuatnya semakin benci pada cowok itu.
"Lo bisu?!"
Kila sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan afnan. Ia melepaskan cengkraman Afnan sama sekali berusaha tidak melihat atau pun melirik ke arah cowok itu. Kepalanya sekarang pusing mungkin efek terlalu banyak menangis.
"Lepas" ucap Kila dengan suara yang hampir tak terdengar. Tenaganya sudah habis dan ia ingin mengistirahatkan tubuhnya.
Afnan semakin kesal dibuatnya. Emosinya sekarang sedang tidak terkontrol.
"Lo ja-- Kilaaa" teriak Afnan panik melihat Kila yang sudah jatuh pingsan di pelukannya.
•~•~•~•~•~•~•
Afnan segera menelpon dokter kepercayaan keluarganya. Ia tidak perduli jika kedua orangtuanya mengetahui apa yang sekarang terjadi dengannya dan Kila. Yang terpenting sekarang adalah keadaan Kila.
Saat sudah sedikit tenang seperti ini Afnan baru menyadari kesalahannya membentak gadis itu. Ia menyesal tidak dapat mengontrol emosinya dan berakhir membentak Kila. Dan ia yakin Kila pasti akan semakin membencinya.
Dokter perempuan paruh baya seumuran dengan ibunya itu pun tiba di rumahnya setelah ia memberi tahu alamatnya.
"Siapa yang sakit Nan?" tanya dokter perempuan yang diketahui bernama Naya.
"Kila Tante."
Afnan memang sudah terbiasa memanggil dokter itu dengan sebutan Tante karena memang Tante Naya adalah sahabat mamanya sewaktu SMA dulu.
Naya yang sudah mengetahui anak sahabatnya yang sudah menikah itu paham siapa Kila. Ia pun langsung menuju ke kamar yang ditunjuk Afnan.
Naya langsung memeriksa keadaan Kila yang masih belum sadar.
Setelah selesai ia pun menatap dalam Afnan.
"Kamu sudah tau kalau Kila hamil?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AFSHA |Tamat|
Teen FictionAssalamu'alaikum 💞 {Sebelum baca ada baiknya follow akun aku dulu yah dan jangan lupa vote dan komennya} Judul lama : Kaulah Takdirku Nah disini aku bawa cerita baruuu nihh 🎉 Semoga kalian suka yah😊 ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Kejadia...