Part (19)

284 28 1
                                    

Bismillah dulu guys
Happy Reading

Keesokan harinya Kila bangun seperti biasa. Tak lupa ia mengerjakan solat malamnya dan mengaji menunggu waktu subuh tiba.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Kila mulai mengakhiri mengajinya dan langsung melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Setelah selesai ia langsung melakukan ritual mandinya. 20 menit berlalu Kila pun telah siap lengkap dengan seragam abu-abu nya.

Saat ia akan menuju dapur untuk membuat sarapan, ia teringat dengan Afnan yang notabene sudah menjadi suaminya. Kila pun langsung menuju kamar Afnan untuk membangunkan cowo itu sebelum dirinya menyiapkan sarapan.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban

Tok tok tok

Sama sekali tidak ada.

Tanpa sabar Kila langsung memutar knop pintu itu yang ternyata lagi-lagi tidak dikunci. Apakah Afnan memang mempunyai kebiasaan tidak mengunci pintu kamarnya? Entahlah Shakila masa bodo akan hal itu malah dengan ini lebih memudahkan dirinya membangunkan cowok satu itu.

Kila langsung masuk dengan perlahan dan memperhatikan sang pemilik kamar yang masih bergelung dalam selimutnya. 'nyaman' itu lah satu kata yang menggambarkan keadaan Afnan sekarang jika dilihat dari jauh. Tapi saat Kila mendekat ia melihat sedikit peluh di kening Afnan dan raut wajah yang gelisah.

Kok dia keringetan yah, kan ac-nya nyala. Batin Kila bingung.

Kila mulai mendekati Afnan yang semakin terlihat gelisah dalam tidurnya. Kila yang sudah sangat penasaran menyentuh kening Afnan sedikit ragu. Ia sedikit terkejut mendapati badan Afnan yang ternyata panas.

"Astaghfirullah ternyata dia demam" monolog Kila.

Kila pun langsung ke dapur untuk mengambil air dan handuk yang bersih untuk mengompres Afnan yang ternyata terserang demam.

Secara perlahan ia meletakkan handuk lembap itu di dahi Afnan. Sang empu yang merasakan keningnya tiba-tiba dingin merasa terusik dan membuka kedua matanya. Dan seketika mata mereka bertatapan sejenak seperti menyelami perasaan satu sama lain hingga Kila memutuskan kontak mata lebih dulu.

"Maaf, aku mengganggu tidurmu" ucap Kila kikuk. Ia bingung ingin mengatakan apa dan hanya kalimat itulah yang sekarang terlintas di dalam otak nya. Karena aksi saling pandangan tadi mengambil semua pikiran yang ada di dalam otaknya. Dan entah mengapa sekarang jantungnya sedikit berpacu dengan cepat.

Afnan sama sekali tidak menanggapi ucapan perempuan yang ada di depannya. Ia hanya menatap perempuan yang sudah menjadi istrinya itu dengan lekat, karena ia pun masih merasakan pusing yang menderanya.

"Yaudah kalau gitu kamu solat dulu, kamu blom solat 'kan?" tanya Kila gugup. Ia grogi dipandangi Afnan begitu lekat.

Astaga dasar nih cewek, gue masih sakit malah mikirin solat. Batin Afnan sedikit kesal.

Kila yang melihat Afnan masih terdiam kembali menasehati cowok di hadapannya.
"Walaupun kamu sakit solat itu wajib dilaksanakan bagi setiap orang Islam. Baik dalam keadaan sakit separah apapun yang penting ia masih bisa-"

"Iya sayang iya" potong Afnan menghentikan ucapan Kila. Kepalanya semakin pusing mendengar ocehan panjang lebar Kila. Sampai ia tidak sadar dengan panggilannya yang sudah membuat semburat merah di pipi gadis yang sedang dihadapannya.

Entah mengapa secara bersamaan jantung Kila berdegup kencang mendengar panggilan "sayang" dari Afnan padanya.

Secara perlahan Afnan berusaha bangkit dari ranjangnya menahan sedikit rasa pusingnya. Ia belum menyadari Kila yang salting dengan panggilannya tadi.

"Tolongin dong pusing nih" buyar Afnan memecahkan lamunan Kila.

Kila yang langsung sadar karena teguran Afnan masih sedikit malu. Dengan wajah yang masih memerah ia kemudian membantu memapah Afnan ke kamar mandi untuk berwudhu.

"Pipi lo kenapa merah, gue yang sakit kok malah pipi lo yang merah sih" ucap Afnan tersadar saat melihat kedua pipi gadis yang memapahnya ini memerah. Bagaimana ia tidak tahu jaraknya saat ini sangat dekat hingga ia bisa melihat pipi gadis itu.

"Ee-enggak papa kok" balas Kila terbata. Ia sangat malu karena Afnan yang melihat pipinya memerah.

Saat sampai di depan kamar mandi Afnan pun langsung masuk dengan Kila yang menunggu di depan pintu.

Tak lama kemudian Afnan sudah selesai dan pusing di kepalanya sedikit berkurang.

"Udah lo bisa keluar kepala gue udah mendingan" titah Afnan yang diangguki Kila.

Kila pun keluar dari kamar cowo itu dan melanjutkan membuat sarapan.

*
*
*

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 6:00. Kila yang sudah selesai membuat sarapan hanya nasi goreng dan bubur buat Afnan berniat ingin memanggil cowok itu kembali.

Saat ia meraih knop pintu ia mendengar seperti suara orang yang sedang muntah. Kila pun langsung masuk ke dalam.

Huekkk huekkk

Kila mencari sang pemilik kamar yang ternyata sedang berjuang memuntahkan cairan di kamar mandi. Kila khawatir melihat keadaan Afnan yang bisa dikatakan tidak sedang baik. Ia dengan ragu mengulurkan tangannya untuk memijit tengkuk Afnan secara perlahan agar membantu cowok itu mengeluarkan muntahnya.

Huekkk huekkk

Kila sebenarnya masih sedikit malu berhadapan dengan Afnan karena Afnan yang mendapati dirinya tadi dengan kedua pipi yang memerah. Tapi itu semua tertutupi dengan rasa cemasnya melihat keadaan Afnan sekarang yang notabene adalah suaminya.

"Udah?" tanya Kila saat mendapati Afnan yang sudah mulai sedikit tenang.

Afnan hanya menjawab dengan anggukan. Tubuh nya sekarang sangat lemas hingga lagi-lagi Kila membantu memapahnya menuju ranjang.

Saat badannya bersentuhan dengan Kila Afnan  merasa sangat nyaman dan membuat rasa mualnya sedikit berkurang. Tanpa berpikir panjang Afnan langsung mendekap tubuh Kila menyandarkan kepalanya di bahu Kila dengan posisi mereka sudah duduk di ranjang. Afnan menutup kedua matanya 'nyaman' itulah perasaan nya sekarang.

Sedangkan Kila yang tiba-tiba mendapat pelukan Afnan sedukit tersentak kaget. Rasa takutnya tiba-tiba timbul karena mendapat pelukan dari Afnan. Jantungnya lagi-lagi berdegup kencang dan sekarang bukan karena salting tetapi karena rasa trauma yang masih ia rasakan dengan cowok yang sedang memeluknya ini. Memori malam itu kembali teringat dan berputar di otak nya membuat keringat mulai membanjiri pelipis nya. Kila sedikit menguraikan pelukannya karena merasakan badannya yang mulai sedikit bergetar.

Afnan yang merasakan badan gadis yang sedang di dekapnya bergetar sedikit bingung. Tetapi, ia tidak menolak saat Kila mulai melepaskan pelukannya.

"Lo kenapa?" tanya Afnan bingung. Ia merasa kehilangan kenyamanan saat Kila melepaskan pelukan mereka.

"Ng-ngga papa" balas Kila sedikit bergetar.

Afnan yang menyadari itu semakin bingung.

"Lo kenapa, lo sakit?" tanya Afnan sedikit khawatir melihat gadis di depannya ini seperti ketakutan.

Afnan berusaha kembali menggapai Kila untuk kembali memeluknya tapi langsung di tepis oleh sang empu.

"Jangan!" bentak Kila tidar sadar. Ia panik. Dan setelah itu ia langsung pergi berlari menuju kamarnya.

Afnan yang melihat itu merasa bersalah. Ia merasa sudah lancang memeluk gadis itu. Ia takut Kila berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya, walaupun sebenarnya tidak apa karena Kila sudah menjadi istrinya.

TBC

AFSHA |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang