001

39.1K 1.8K 256
                                    


CERITA INI MURNI HASIL DARI PIKIRAN, KARANGAN DAN IMAJINASI SAYA SENDIRI. PLAGIATOR SEGERA MENJAUH.

SELURUH HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG. (Jika menemukan cerita yang serupa dengan karya saya segera melapor). TIDAK UNTUK MENJIPLAK!

Terimakasih





VOTE☆






Enjoy the story..

*****

Seorang pria masuk ke dalam rumah sudah tak berpenghuni. Rumah itu bahkan terlihat sudah kumuh. Ia sengaja tidak meronovasinya sedikitpun, tujuannya hanya untuk mengenang kebersamaannya dengan seorang gadis kecil dirumah ini. Sesekali ia menyuruh para maid untuk membersihkannya, karena ini merupakan tempat tinggal gadis kecilnya dulu selama enam bulan. Walaupun kini ia sendiri yang membiarkan rumah tersebut terbengkalai.

Sudah lama sekali pria ini tidak berkunjung, sekarang rumah ini sudah tak berpenghuni begitupun dengan bangunan sebelah kiri dan kanan yang menghimpit tempat tinggal amour nya selama setengah tahun itu. Ia sengaja membeli bangunan-bangunan tersebut dan membiarkannya kosong tak berpenghuni.

"I'm so sorry amour, aku tidak bermaksud untuk melupakanmu, maaf karena aku sudah lama tidak berkunjung, maaf." pria itu bergumam dan meminta maaf.

Ia menghembuskan nafasnya kasar, kemudian teringat terakhir kali mengunjungi tempat ini.

Remaja lelaki itu melangkahkan kakinya memasuki kawasan gang sempit. Sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kakinya disini. Rindu yang tak terbendung akhirnya terobati setelah ia sampai di depan rumah yang sangat kecil. Rumah yang terhimpit oleh bangunan 2 lantai yang merupakan sebuah rumah juga. Diantarnya, rumah gadisnya lah yang bisa dikatakan paling sempit dan kecil.

Remaja yang masih mengenakan seragam sekolah itu merogoh kantong celananya. Terdapat sebuah kunci rumah yang selalu ia bawa kemanapun bahkan ia membuat kalung khusus dan kunci rumah inilah sebagai liontinnya. Ia tersenyum lalu membuka pintu.

Remaja itu sengaja membeli dua rumah yang mengapit rumah sang gadis, ditengahnya terdapat rumah yang hampir hancur itu. Ia sengaja tidak mendekorasi ulang semuanya. Remaja itu ingat betul bagaimana dulu ia disambut oleh gadis kecilnya yang sangat menggemaskan itu ketika ia berkunjung ke rumah yang sialnya ini sangatlah kumuh.

Cara gadis itu membuka pintu lalu menyembulkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang datang, cara dia tersenyum ketika lelaki inilah yang datang, cara dia kegingaran karena lelaki ini ingin bermain bersamanya padahal niat lelaki 13 tahun itu hanyalah memandang wajah cantik anak 4 tahun itu dan tentu saja menghabiskan waktunya dengan gadis tercintanya yang masih dicintainya hingga kini. Cara gadis itu menjelaskan sesuatu, warna iris matanya, bentuk mata, hidung, pipi dan bibir semuanya masih terekam jelas didalam ingatan remaja ini. Bahkan makanan kesukaan gadisnya pun ia masih ingat.

Ponselnya bergetar dan berdering samar. Remaja itu sangat tidak menyukai nada dering yang terdengar sangat nyaring jadi ia menggantinya.

"Ya." Jawabnya seraya menempelakan benda pipih itu ke sebelah kupingnya. Matanya masih menyelisihi tiap sudut ruangan.

"Son." Diseberang sana, tepatnya di kota Rochester, sebelah tangan seorang pria paruh baya memegang ponsel, sebelah tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam jemari milik isterinya.

"Aku disini dad, ada apa?" Remaja itu bertanya, mendengar suara ayahnya yang terdengar berat. Ia merasakan jantungnya sedikit berdegup kencang.

"Datanglah kesini." Ayah dari seorang remaja ini masih terlihat tampan berwibawa meskipun usianya akan memasuki kepala 5. Tangannya kini berpindah ke kepala isterinya yang terbaringdi ranjang, mengusap rambutnya pelan takut membuat sang empu kesakitan.

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang