027

4.7K 364 18
                                    






🍁🍁🍁🍁🍁

Sora terisak  melihat mayat teman yang selalu peduli padanya kini dibopong menjauhi dirinya dan Ivander. Ia tidak peka, ternyata Yohan mempunyai perasaan lebih dari seorang teman pada Sora.

Rengkuhan Ivander masih belum longgar, laki-laki itu tidak mempedulikan Sora yang berteriak histeris serta mencoba kabur dari rengkuhannya. Gadis ini belum lelah. Batin Ivander.

"Tidak apa. Dia sudah mati, tidak usah ditangisi," ucap Ivander menenangkan dengan lembut, ia memberikan kecupan singkat secara berulang pada kepala Sora.

Sora menyikut dada Ivander bahkan ia menginjak sepatu hitam yang Ivander kenakan. Bagaimana bisa? Ivander mengatakan hal tersebut padanya? Apa yang terjadi hingga ia bertemu Yohan untuk terakhir kalinya, apa Ivander melakukan sesuatu yang buruk pada Yohan.

"Lepas.. brengsek, jangan menyentuhku!" Isakannya tidak lagi sehebat tadi, namun air mata tersebut masih meluruh.

Ivander terkikik geli, ia melepaskan rengkuhannya pada Sora, Ivander membiarkan Sora untuk berlari.

Biarlah, gadis itu tidak akan bisa keluar dari sini, Ivander mengambil ponsel dari kantong celana. Ivander mengetikkan sebuah pesan pada Rayden perihal mayat Yohan.

*****

Seorang laki-laki baru saja mendarat di bandara, Johan buru-buru menyelesaikan pekerjaannya sebagai pilot untuk hari ini, ia berjalan tergesa keluar dari pesawat untuk menuju sebuah tempat. Tindakannya yang buru-buru membuat pria tersebut tanpa sengaja menyenggol beberapa penumpang dan seorang pramugari.

Johan menaiki sebuah taksi, ia memberitahu sopir tersebut untuk menuju kantor polisi. Namun karena banyaknya kantor polisi di kota tersebut membuat sopir taksi menanyakan kembali tujuan Johan berangkat.

Johan berdecak kesal, hari sudah malam, ia merasa bodoh karena tidak tahu adiknya dan Sora datang ke kantor polisi yang mana.

"Kantor polisi dekat apartemen ***" Ucap Johan menyebut  salah satu tempat kantor polisi.

Ia baru teringat jika ada kantor polisi yang tak jauh dari apartemennya. Sopir tersebut mengendarai mobil untuk menuju tempat dimana Johan menyebutkan.

Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, Johan merasakan hawa gundah juga jantungya yang berpacu lebih cepat. Mungkinkah diakibatkan karena ia memiliki jadwal penerbangan padat hari ini? Batin Johan berkata demikian, namun tidak dengan otaknya yang memikirkan hal-hal buruk.

Sesampainya di tujuan, Johan keluar dari taksi tak lupa membayar. Ia menatap gedung yang tidak terlalu besar di hadapannya. Johan melangkahkan kakinya menuju salah seorang sipir, ia tidak membawa koper, ia masih menyimpannya di bagasi pesawat. Mungkin pramugari ada yang mengurusnya, mungkin juga tidak, Johan melupakan kopernya dan tidak peduli.

"What are you looking for, sir?" Tanya sipir tersebut. Melihat tubuh yang masih dibalut dengan seragam.

"Aku ada urusan, ingin menanyakan sesuatu," jawab Johan.

Sipir tersebut mengangguk, ia menyuruh Johan untuk mengikutinya. Johan melihat kantor tersebut yang tampak redup.
Sipir tersebut mempersilahkan Johan untuk duduk di hadapan seorang sheriff yang tengah menyeruput kopi, tak lupa ada sebatang rokok yang mengapit di jarinya.

"Ada kepentingan apa, pilot? Kau ingin membuat laporan?" Tanya seorang sheriff.

"Aku.." Johan menggantung kalimatnya, ia bahkan tidak mengenakan pakaian tambahan seperti sweater sehingga seragam pilotnya masih melekat, "adikku pernah membuat laporan insiden bersama temannya. Tadi sore adikku pergi ke hutan yang pemerintah larang mulai pukul tiga sore. Apa kalian pergi bersama? Aku ingin menghubungi adikku." Jelas Johan menatap lekat pria di hadapannya.

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang