Vote☆
🍁🍁🍁🍁🍁
Sora terkurung di kamar mewah ini, tidak ada seseorang yang menjumpainya. Para pelayan memang sesekali masuk kamar untuk membawakannya makan dan minun. Namun bukan itu saja yang membuat gadis itu stress dan hendak gila, tak ada seorang pun yang mengajaknya untuk berbicara ataupun sekedar berbasa-basi. Membuat Sora kadang berteriak frustasi. Jendela kamar langsung menyuguhkan pemandangan luar rumah.
Sora bergidik ngeri, Ivander benar- benar gelap. Tanaman beserta bunga yang ia lihat melalui kaca jendela bernuansa gelap. Bahkan kamar inipun demikian. Didominasi dengan cat berwarna hitam dan juga abu- abu.
Dua hari kemudian, pria gila itu belum juga pulang. Oh Tuhan, bukannya Sora merindukan pria itu, Sora mulai berpikiran negatif, meskipun kesan pertamanya dengan pria ini memang sudah negatif. Kali ini Sora berpikir jika Ivander akan menjadikan Sora objek. Sora tidak tahu apakah nanti ia akan dijual ke rumah bordil, dijadikan bahan eksperimen oleh para ilmuan gila atau bahkan Ivander akan menjual seluruh organ dalam miliknya.
"Argh!" Sora kembali berteriak frustrasi. Terkurung bak binatang dalam sangkar emas membuat perasaan remaja itu campur aduk.
"Sialan!"
Prang
Sora melempar figura besar yang berisikan fotonya. Ia merasa malu dan tidak terima ketika melihat fotonya terpajang di kamar ini. Ia kembali melempar foto tersebut dengan piring yang masih berisikan makanan utuh. Sora tidak pernah menghabisakn makanannya, bahkan hari ini ia tidak makan sekalipun dan hanya minum. Masa bodoh dengan dirinya yang tak tahu malu menghancurkan kamar Ivander. Sora mengambil lembar foto dengan kertas berkualitas tinggi. Kertas yang sangat lembut, namun ia tak menghiraukannya. Sora merobek foto tersebut menjadi beberapa bagian kecil.
Selanjutnya, Sora mulai mengacak- ngacak tempat tidur, ia mencopot sprei juga menyiram kasur empuk tersebut dengan berbagai minuman yang diberikan oleh para pelayan.
Bunyi pecahan beling terdengar di kamar bernuansa hitam ini. Sora benar-benar mengamuk menghancurkan kamar Ivander dengan tenaga dan barang seadanya. Dirinya muak ketika ia merasa diperlakukan tak adil. Melihat beberapa orang yang berlalu-lalang di luar rumah membuat gadis itu iri. Dirinya juga ingin bebas seperti mereka.
"Hah.. hah." Napasnya terengah. Sora melihat keadaan kamar yang mulai kacau.
Sora melihat pintu kamar mandi, ia melangkahkan kakinya menuju sana.
🍁🍁🍁🍁
Di kota yang berbeda, Ivander melajukan mobil menuju kantor pusat yang berada di kota ini. Ivander mengurus beberapa permasalahan yang dipimpin oleh direktur kantor cabangnya.
"Tuan, apakah tidak apa jika anda yang mengendarai mobil ini?"
Ivander menatap sang lawan bicara melalui kaca spion. Ivander bagaikan seorang sopir yang mengantar- jemput sang tuan. Ivander tersenyum tipis melihat pria berusia empat puluhan tersebut, ia baru diangkat menjadi direktur cabang empat bulan yang lalu dan telah membobol keamanan pusat utama perusahannya dan juga meraup dana sebesar $1b. Ivander mengganti tujuannya untuk pergi ke kebun binatang kecil, sesampainya disana, ia menghentikan mobil dan menyuruh pria berusia empat puluh tahuanan tersebut untuk melihat hewan.
"Turunlah," Titah Ivander pada sang lawan bicara.
Pria berusia empat tersebut menatapnya bingung, ia tak menuruti perintah Ivander dan tetap diam di kursi penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Romance[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...