******
Ivander tertegun beberapa saat setelah dokter tersebut meninggalkannya. Di tangannya terdapat secarik kertas berisikan resep obat yang harus di konsumsi oleh Sora.
Sora, gadis itu memiliki kemampuan mengingat masa kecilnya. Meskipun tidak semua hal dapat ia ingat, melainkan beberapa kenangan yang memberikan kesan tertentu sehingga gadis itu mengingatnya hingga sekarang. Ivander sebenarnya ragu jika semua itu disebut kelebihan atau kelainan. Dokter sempat bebicara jika hal yang diingat bukanlah memori buruk maka tidak akan berbahaya bagi kesehatan mental Sora, sebaliknya jika memori buruk yang teringat maka akan berakibat tidak baik.
Ivander menghela napasnya gusar, ia berjalan keluar kamar dan langsung mendapati beberapa penjaganya yang bertugas. Pria itu segera memberikan secarik kertas berisikan resep obat tersebut pada penjaganya setelah itu Ivander kembali memasuki kamar. Pikirannya tertuju pada kejadian dimana Sora yang nampak ketakutan. Gadis itu seperti mengalami pelecehan, terlebih Sherman lah sang pelaku.
"Aku baik-baik saja bukan?" Sora bertanya dengan tubuhnya yang berguling di kasur.
"Mari bicara," ucap Ivander, mengangkat tubuh Sora sehingga mereka duduk berhadapan.
Ivander menatapnya dalam, mencari sesuatu yang hilang disana. Sementara Sora hanya menatapnya bingung.
"Kau ingin aku menjelaskan mengapa aku mengingatmu?" Tanya Sora sebelum pria itu bertanya.
Ivander mengangguk, ia yang semula memegang pundak Sora kini membungkuk, merapatkan tubuh mereka lalu mengecup kening sang pemilik tulang rusuk cukup lama.
"Katakan."
"Aku mengingat kenangan yang memberikan kesan. Saat itu usiaku masih anak-anak. Aku tinggal di.. di ntahlah,, taman bermain, seseorang memberiku mie kemasan siap makan. Aku mengingatnya, aku bermain hide and seek, aku juga dijemput uncle Bass saat bermain." Sora menjeda kalimatnya, ia menyingkirkan tubuh Ivander yang terlalu dekat membuatnya kesulitan bernapas dengan normal.
"Aku selalu ingin mengingatnya. Ibu dan ayah berjanji akan kembali ke tempat itu lagi. Nyatanya tidak, kami pindah ke kota. Selama bertahun-tahun aku hanya mengingat kenangannnya, tidak dengan bentuk rupa orang itu."
Kini Ivander paham, Sora hanya ingin mengingat kenangan masa kecilnya, tidak mengingat kebersamaan dengan dirinya. Sementara ayah dan ibu yang dimaksud adalah Sherman dan Selena. Ivander merasa muak, ia membiarkan gadisnya bercerita, Ivander merasa tidak adil. Selama ini hanya ia yang ingin berusaha mengingat dan mendapatkan Sora kembali, namun gadis itu hanya mengingat kebersamaan mereka saja. Memuakkan. Tak sadar Ivander telah merubah raut wajahnya menjadi dingin, tangannya terasa gatal ingin memegang sebuah anggota tubuh yang menghubungkan tubuh bagian bawah dan kepala.
Lehernya.
Ivander ingin mencekik leher itu. Pertama, tangan kanannya terulur hingga mendarat sempurna di leher Sora, Ivander siap melakukan hal serupa pada tangan kirinya, sebelum gadis itu membicarakan sebuah nama.
"..tapi aku masih mengingat beberapa nama orang disana."
Ivander memberikan anggukan. Tanda pria itu sudah tidak sabar siapa saja orang orang yang Sora ingat.
"Ntahlah mungkin namanya Ivan." Sora menyingkirkan lengan kokoh yang bersandar pada lehernya.
"Kau mengingatku?" Tanya Ivander.
Sora mengangguk, dua detik kemudian ia menggelengkan kepala. "Tidak Ivan, kalian berbeda. Ivan-ku lembut, Ivan-ku penyayang. Sedangkan kau?"
Sora sengaja tidak melanjutkan kalimatnya. Ia tahu ini akan menyinggung Ivander. Sementara Ivander terlihat getaran kecil pada bibirnya, pria itu seolah ingin tersenyum namun menahannya karena gengsi yang menguasai. Untuk itu Ivander segera berdiri, nengambil napas berat untuk mengumpulkan niat menyingkirkan satu lagi tikus yang berkeliaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Romance[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...