016

7K 458 47
                                    

"Merindukanku sayang?"

Sora terlonjak mendengar suara berat tersebut. Ia langsung memposisikan dirinya untuk menjauh. Sayang sekali, kesadarannya yang belum terkumpul 100% membuat usaha gadis itu sia-sia. Sebelah lengannya telah dicengkram oleh Ivander. Mau tidak mau dirinya duduk berhadapan dengan Ivander yang kini duduk di atas dinginnya lantai.

Ivander menjatuhkan kepalanya di atas paha Sora. Sebelah lengan Sora yang ia pegang Ivander pindahkan ke kepalanya sendiri, mengisyaratkan kepada gadis tersebut untuk mengusap surai hitam kecoklatan milik Ivander.

"Menjauh!" Sora mendorong kepala Ivander yang bertengger nyaman di atas pahanya. Sora lantas berdiri dan menjauhi Ivander. Pria itu gila, ia bahkan tersenyum bodoh kepada Sora yang sedang menatapnya sengit.

"Aku lelah amour, setidaknya berikan aku sebuah ciuman selamat datang." Ucap Ivander, ia lantas berdiri dan membersihkan suite nya yang terkena beberapa serpihan debu dan beling.
Sora berdecih, hal tersebut memancing perhatian Ivander untuk menatapnya. Tiba-tiba Sora teringat sesuatu yang penting.

"Darimana saja kau?" Tanya Sora.

Ivander menatap manik gadis tersebut, benar benar membuatnya tenggelam dalam pandangan mereka.

"Kau sungguh merindukanku? Aku minta maaf amour, aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu tanpa percakapan kita terlebih dahulu. Kau tidak perlu merajuk seperti menghancurkan kamar kita lagi. Aku akan mengajak--"

"TIDAK!" Kalimat Ivander terpotong oleh teriakan Sora yang sangat nyaring. Gadis remaja itu memijit pelipisnya seraya mengacak rambutnya kasar. Ia menghampiri Ivander yang bersidekap dada.

"Pulangkan aku. Aku hampir gila berada disini. Aku. Ingin. Pulang. Sekarang juga." Ucap Sora menekankan beberapa kata yang terlontar.

Ivander hanya menatap gadis itu datar. Bodoh jika Ivander tidak mengerti arti dari tatapan yang Sora layangkan padanya. Ia berbalik tidak menghiraukan ucapan remaja labil tersebut. Ivander melemparkan dasi yang terasa mencekik, kaki panjangnya ia langkahkan ke kamar mandi.

"Aku akan membersihkan diri."

"Kau mengabaikanku!" Teriak Sora menyusul langkah Ivander.

"Kita akan tidur di kamar lain untuk malam ini."

Ivander hendak memutar handle pintu kamar mandi. Niatnya ia urungkan ketika sepasang lengan kecil memegang sebelah tangannya.

"Ada apa sweetheart, hm?" Tanya Ivander menyingkirkan lembut sepasang tangan yang memegang sebelah lengannya.

Sora menggeleng, remaja labil itu memegang kuat sebelah lengan Ivander. "Katakan jika kau akan mempulangkan aku."

Ivander terkekeh, kali ini ia menyingkirkan paksa sepasang tangan Sora yang memegang kuat sebelah lengannya. Alhasil, sepasang tangan kecil itu terlepas dari sebelah lengannya. Ivander memang terkekeh, namun kekehannya terdengar begitu berbeda dan 'mengerikan'. Sora berusaha mengenyahkan rasa takut yang berusaha mendominasinya.

"Orangtuaku akan khawatir. Aku tahu kau paham maksudku." Ujar Sora mulai  melembutkan nada bicaranya. "Pulang. Aku hanya ingin pulang."

"Pulang? Kau akan pulang kemana amour? Ini rumahmu." Tekan Ivander.

Sora menggeleng, tak habis pikir dengan permainan jenis apa yang Ivander ciptkakan. Gadis itu mulai menatap Ivander memelas, ia lelah dan juga lapar. Namun ia terlalu gengsi untuk membahasnya.

"Aku harus pulang. Orangtuaku akan sangat khawatir, merek-"

"Mereka bukan orangtuamu!" Lagi. Kalimat Sora terpotong oleh suara Ivander yang mendominasi.

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang