Happy reading!
||
"Ayo jilat ice cream."
Ivander telah selesai membuka sabuk pengaman yang di kenakan Linn, kemudian kembali menggendong Linn lalu berjalan memasuki bangunan.
"Aku ingin berjalan sendiri, paman" rengek Linn.
Linn ingin berlarian di halaman ini, ia ingin berlari menuju halaman depan mansion juga memetik bunga dan bermain disana. Tak sabar, Linn berontak dalam gendongan Ivander. Ia ingin segera bermain di halaman mansion yang menurutnya istana.
Ivander mengencangkan gendongannya pada Linn, ia takut gadis kecil yang tertawa ini menginjakan kaki di halaman mansion.
"Paman kenapa? Aku ingin bermain." Linn merengek kala Ivander mencengkramya.
"Kau dilarang berjalan bahkan menginjakkan kaki di sini." Ujar Ivander.
"Kenapa?" Tanya Linn memelas.
Ivander menyuruh salah satu bodyguard untuk membuka pintu belakang yang menjulang tinggi. Ivander dan Linn segera memasuki bagian belakang bangunan ini yang tampak menyeramkan. Linn bahkan memeluk leher tegas Ivander saking takutnya, ia memyembunyikan wajahnya diceruk leher Ivander.
"Jangan memelukku." Ujar Ivander dengan nada berat.
Linn langsung menjauhkan wajahnya ketika mendengar suara Ivander yang menurutnya ini sangatlah menyeramkan, Linn melihat netra Ivander yang indah, matanya berkaca dan bibirnya begetar ketika dengan kasar Ivander menjauhkan tangan ini dari lehernya.
"Me-mengapa tidak boleh? Mengapa paman tidak memperbolehkan aku memeluk paman? Mengapa paman tidak memperbolehkan aku bermain?" Linn mulai terisak.
"Karena ada 'Ratu'."
"Ratu?"
Ivander mengangguk, ia membawa Linn yang dalam gendongannya menuruni beberapa anak tangga dan melewati beberapa koridor. Membuat Linn sedikit pusing karena seperti jalan yang berliuk dan tak ada ujung.
"Bawakan semangkuk ice cream." Ucap Ivander ketika bertemu dengan salah satu maid yang sedang membersihkan lantai.
Beberapa maid yang melihatnya membungkuk hormat, mereka melihat tuannya yang melewati mereka begitu saja. Linn melihat ke arah belakang, ia juga melihat para maid yang telah menegakkan badan mereka kembali. Gadis kecil ini melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar. Benar-benar seperti di istana.
Berbeda dengan Linn yang tampak senang, para maid itu khawatir ketika Ivander membawa seorang anak kecil, terlebih ia adalah seorang perempuan.
"Ini seperti istana."
"Paman, apa kau seorang raja?"
"Bolehkan aku bertemu dengan ratu?"
"Aku ingin menjadi princess."
"Apa ratu cantik?"
"Sangat cantik." Jawab Ivander.
Ivander membalas senyuman anak kecil ini ketika ia memuji ratunya cantik.
"Wah pantas saja. Paman juga seorang raja yang tampan!"Sungguh Ivander membenci gadis kecil ini yang terus saja mengomel cerewet.
*****
Sora telah selesai membereskan pekerjaan rumah. Masih tersisa beberapa jam lagi untuk ia pergi bekerja, Sora nemilih berjalan menaikki anak tangga menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Romance[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...