014

8K 539 86
                                    

Vote




******

Seorang pria beradu dengan pemikirannya yang rumit, sementara tangannnya ia gunakan untuk mengusap punggung seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Netranya melihat tubuh kecil ini yang tertidur dalam pelukannya.

Dua hari berlalu setelah Ivander mengambil Sora saat malam hari. Saat itu ia sangat lelah antara fisik dan mental sehingga tanpa sengaja membuat gadisnya menangis. Ivander mendekap Sora lebih erat, ya itu bagus. Gadis ini takkan menurut jika tanpa kekerasan.

Sang dewa memejamkan matanya, mencoba untuk mulai memasuki alam mimpi. Ivander masih memejamkan mata, ia butuh tidur dan fikirannya sangat kacau. Pria itu melepaskan tubuh Sora begitu hati-hati. Ia berdiri dan melihat tubuh seorang gadis yang telah ia bius sejak sore tadi. Ivander terkikik melihatnya, bagaimana keadaan Sora yang terbaring lemah. Kedua tangannya ia ikat ke belakang tubuh. Gadis itu tampak tenang.

Cup

Ivander memberikan kecupan pada kening Sora sebelum akhirnya ia pergi ke ruang kerja. Ivander mengambil laptop, air mineral, kertas juga pensil. Ia akan mengerjakan sesuatu yang mudah untuk menambah nominal uang. Ivander akan kembali membuat uang bekerja untuknya dengan menghitung segala resiko yang akan terjadi.

Setidaknya ia bisa kelelelahan untuk beristirahat.

***

Pagi hari, Ivander mengerjap untuk menyesuaikan cahaya sang surya yang memaksa pria itu untuk segera membuka mata. Ivander berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil ponsel yang berdering disana. Beberapa bagian tubuh terasa pegal karena ia tertidur di sofa kecil.

"Ya."

"Sir, orang yang mengurusi perkebunan cokelat anda di Belgia telah tiba."

Ivander mendengar suara perempuan. Dapat ia simpulkan jika itu suara dari seorang resepsionis. Ivander  membuka jendela ruang kerjanya, ia menghirup udara pagi yang begitu segar juga ditambah dengan sorot sang surya yang menyengat.

"Sir?--"

"Apa ia sudah datang?"

"Mr. Hanks sudah tiba di kantor satu jam yang lalu", "Saya sudah mengirimi anda pesan juga panggilan beberapa kali. Apa terjadi sesuat-"

Ivander mengakhiri panggilan telepon. Ia menatap Duc d'Orleans Breguet Sympathique yang terpajang di ruang kerja. Jarum  tersebut mengarah dikemiringan sembilan puluh derajat sebelah kiri. Ivander mengirim sebuah pesan singkat kepada Rayden, setelahnya Ivander keluar dari ruang kerja yang langsung terhubung dengan kamar pribadinya yang bernuansa gelap.

Sang pemilik tatapan mata bak predator itu menatap seorang gadis yang menggeliat serta menatapnya tajam. Sebelah sudut bibirnya terangkat dan menghampiri gadis yang telah ia bius sejak sore kemarin. Ia melepas ikatan tali dibelakang tubuh sang amour juga melepaskan besi dikedua kakinya. Terkahir, Ivander mencopot secarik lakban yang terpasang dibibir Sora.

"Sialan!" Sora mengambil rantai yang tadi mengikat kedua kakinya, ia mengarahkan ujung rantai yang berbentuk lingkaran dan melemparnya  ke arah kepala Ivander.

Ivander tak dapat mengelak sehingga bulatan lingkaran tersebut mendarat cukup keras di keningnya. Ivander menatapnya tak percaya. Ia pikir ketika memasuki kamar ia akan mendapati gadis tersebut menatapnya sayu,  menangis tersedu serta memohon ampun padanya dan menjadi anak baik untuk menuruti segala perintah Ivander. Ternyata itu hanyalah harapan kalbunya, gadis itu telah mengecoh harapan Ivander.

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang