043

2.7K 256 11
                                    

vote& comment for next chapt

.




.






.

"Kau rusakkan foto itu maka aku akan memotong tangan mu kali ini juga." Peringkat Ivander.

Dari nada bicaranya terdnegar begitu menusuk dan tajam. Ivander tidak akan membiarkan siapapun merusak foto Sora saat gadis itu masih berusia lima tahun. Bahkan gadis itu sekalipun, Ivander tidak akan mengampuninya jika Sora benar-benar akan merusak foto dirinya sendiri.

*****

"Kemari."

Ivander melambaikan tangannya menyuruh gadis itu untuk mendekat sementara sang empu masih mematung di tempat. Terlalu terkejut dengan ancaman Ivander juga dengan melihat foto dirinya ketika ia masih anak-anak.

"Sora.." Ivander mendesis, matanya berkilat tajam. Pria itu tidak menyukai gadisnya yang membisu.

Sora tertegun beberapa saat. Ivander memanggil namanya. Tidak seperti biasa ketika pria itu memanggilnya dengan panggilan cinta dan memuja.
Lihatlah sekarang, tampangnya yang mengerikan dibalut dengan setelan suite mahal itu menatapnya tajam.

Dengan perlahan Sora menurut. Ia melangkahkan kakinya mendekat pada pria tersebut. Apakah Ivander akan melemparnya dari ketinggian gedung? Sora bahkan tidak bisa berpikir jernih saat ini sehingga ia langsung duduk begitu saja di salah satu sofa dekat Ivander.

Mengenai pemikirannya yang buruk, ketika kemungkinan Ivander akan melemparnya dari ketinggian dan membuat dirinya mati begitu saja. Sora baru menyadari jika ruangan ini mempertontonkan langsung keindahan kota yang dihiasi dengan gedung-gedung pencakar langit. Sora bahkan mengharapkan sebelum mati, ia ingin mati pada malam hari saja. Dan saat ketika dirinya dilempar oleh Ivander, ia akan terjun bebas sembari menatap kerlap-kerlip indahnya citynight.

"Siapa yang menyuruhmu duduk disana." Tanya Ivander. Mampu membuat Sora tersadar dari lamunan konyolnya tentang kematian.

"Kemari amour.."

Ivander membawa Sora ke kursi kerjanya. Ivander mengetahui jika gadis ini tengah panik dan kebingungan dalam waktu yang bersamaan.

Sora merasakan usapan kecil pada pucuk kepalanya, terasa hangat dan menenangkan. Ia duduk di kursi kerja milik Ivander. Lalu pria itu akan duduk dimana?

"Ini hari ulang tahunmu dan kumohon kontrol sedikit sikapmu itu." Ivander membuka salah satu laci dan mengeluarkan beberapa berkas yang telah ia susun.

"Diam dan bersikap manis." Ivander memperingati.

"Penyuruh," dengus Sora, hal itu tentu didengar oleh Ivander namun pria itu mengabaikan.

Ivander sibuk menyiapkan LCD Proyektor lalu pria itu segera menyalakan komputernya dan membuka file penting.

Ivander sibuk menyiapkan LCD Proyektor lalu pria itu segera menyalakan komputernya dan membuka file penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang