044

2.9K 239 8
                                    

Jangan lupa tekan bintang











.










Ketukan pintu yang keras membuat Sora dengan panik berusaha melepaskam pagutan bibir mereka. Matanya yang semula terpejam kala Ivander memcumbunya kini melotot kaget mendengar ketukan pintu yang berulang.

Sora juga merasa Ivander terburu-buru dalam ciumannya hingga ia merasa sesak dan memukul dada bidang Ivander. Ivander dengan tidak rela melepas pagutan bibir tersebut, benang saliva tercipta beberapa detik sebelum akhirnya terputus. Napas keduanya terengah namun tidak seperti Sora yang kesetanan saat menghirup oksigen. Ivander benar-benar mengusai ciuman barusan.

Perlahan Sora turun dari pangkuan Ivander, ia berjalan munuju sofa. Duduk disana sembari menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya. Tangannya masih memegang secarik foto seorang wanita bernama Ellaine.

Terdengar kekehan Ivander, Sora tidak mau melihat wajahnya. Ia membiarkan Ivander berjalan membukakan pintu.

Telrihat Rayden juga sekretaris bernama Annieth berdiri disana. Sora tidak mau melihat mereka, ia juga tidak mendengarkan percakapan orang-orang tersebut. Beberapa waktu kemudian Ivander kembali menutup pintu tersebut. Ivander mengambil salah satu remote dan menekan tombol membuat garden yang menutupi kaca buram tersebut  menyingkap otomatis. Kemudain Ivander menekan tombol satunya, membuat kaca buram tersebut menjadi  transparan dari kembali.

"Aku akan rapat. Jangan khawatir, Rayden akan menamanimu bermain," ucap Ivander, mengacak rambut Sora.

"Bermain? Apa kau tolol atau idiot?" Dengus Sora.

Sora tidak terima, Ivander seolah menganggap Sora bocah ingusan dan menitipkannya kepada Rayden, pria kaku yang sama.

".."

Hanya terdengar gumaman. Sora memperhatikan Ivander yang membawa bebarapa berkas untuk rapat. Tentunya berkas yang berbeda dengan yang diberikan untuk Sora. Gadis itu masih tampak menangis, kali ini terdengar senggukan seperti Sora kelelahan karena terlalu lama menangis. Tangannya masih memegang potret seorang wanita, enggan menyimpannya kembali seolah tidak mau ada orang lain yang mengambil foto tersebut.

Ivander memperhatikan gadis itu dengan helaan napas berat, "kau tampak kacau." Komentarnya

"Kau boleh mandi ataupun berkeliling. Kamar mandinya berada disana, pakaianmu juga telah disiapkan," tunjuk Ivander mengarah pada sebuah pintu.

Sora tidak tahu apakah itu pintu kamar mandi atau bukan. Yang pasti kini ia berdiri, seidkit memberanikan dirinya.

"A-aku ingin pulang," cicitnya parau.

Sora bahkan tidak mengerti lagi, Ivander mengetahui sesatu yang mungkin ia tidak ketahui. Sora sudah tidak mempedulikan lagi mengapa Ivander melakukan semua ini untuknya. Kali ini Sora hanya ingin pulang dan membahas keanehan yang terjadi.

Ivander, bukankah ia pernah memberitahu Sora akan memberitahukan sesuatu mengenai berkas tersebut saat mereka dalam pesawat? Dengan waktu yang ditentukan. Dan inilah waktu tersebut, ulang tahun Sora yang akan berkesan bagi gadis tersebut. Ivander rela menghabiskan beberapa tahunnya untuk menggali informasi kebenaran yang terjadi. Meskipun sesekali ia merasa sakit karena mengingat jika Sherman turut andil dalam kematian ibunya.

Lain dengan Ivander bahkan meminta dan memohon pada ayahnya untuk membantunya mencari dan mengumpulkan data-data tersebut. Awalnya Ethan menolak dengan tegas, namun Ivander merayu dan turut membawa nama Sherman sebagai kematian nyonya Aillard, Ethan baru menyetujui permohonan anak semata wayangnya itu untuk mencarikan data mengenai keluarga Sherman.

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang