*****
Gadis lusuh itu terduduk di tepian ranjang, ia memeluk dirinya yang kedinginan. Sora kembali mengeluarkan beberapa bulir air matanya, kembali teringat dengan perlakuan Sherman beberapa waktu lalu. Ia.. tidak menyangka ayahnya melakukan hal bejat seperti itu.
"Sstt, tidak apa. Tenang"
Sora menatap seorang pria disampingnya, pria tersebut mengusap punggung Sora guna menenangkannya.
Wajah dan perawakan Sherman terlihat dihadapan Sora, ia menepis kasar tangan tersebut. Bayang-bayang Sherman ketika menyeretnya ke sebuah ruangan, menghempaskan tubuh mereka di atas kasur. Serta, sentuhan pertama Sherman yang begitu menjijikan.
"TIDAK! Aku- aku tidak melakukan itu.. hiks tidak." Sora menggeleng. Ia terisak hebat,
Sora menjambk rambutnya sendiri, ia juga memukuli kepalanya secara berulang. Rasa tenang dan ngantuk perlahan terasa seiring Sora memukuli kepalanya terus menerus. Ia memukul bagian belakang, pinggir dan atas kepala. Sora memukul dengan tenaga yang lemah, tidak apa. Setidaknya ini lebih baik, Ia menghiraukan lapar, juga menghiraukan seseorang yang kini berdiri di hadapannya.
"Berhenti, jangan sakiti dirimu." Pria tersebut berusaha menghentikan aksi Sora.
Pria tersebut memegangi kedua tangan Sora, sementara Sora semakin berontak. Bibir pucatnya bergetar, gadis itu mulai merasa pening. Ntah itu karena pukulan kuatnya pada kepala ataupun rasa lapar.
Mengetahui Sora yang terdiam, pria tersebut melepas cengkraman pada tangan Sora. Ia merasa gerah menghadapi Sora.
Ia kembali duduk di tepian ranjang, memperhatikan Sora yang menunduk. Sora memegangi sisi kepala, ia sesenggukan, berusaha menghapus ingatannya beberpa waktu lalu dengan cara menutupi kedua telinganya.
Pria yang disampingnya semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Sora, ia membawa tubuh Sora ke dalam pelukannya."Sekarang kau bersamaku," Ujar pria tersebut, ia mengusap punggung Sora yang bergetar.
Sementara Sora tidak berani menatap orang yang memeluknya, ia membiarkan dirinya dipeluk. Kedua tangannya yang semula menutup telinga kini turun, berusaha menjauh dari pria tersebut dengan cara memukulinya.
"Ayah jahat.."
🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi hari, Yohan menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangan. Ia kembali berkaca melihat penampilannya dicermin. Ia sama sekali tidak terganggu dengan Johan yang memperhatikannya dari kasur.
"Ganti pakaianmu." Johan menatap pakaian adiknya yang tidak formal.
"Wuhh tampan sekali," ungkap Yohan memuji dirinya sendiri. Ia lantas mengambil sebotol parfum dan menyemprotkannya ke titik bagian tubuh tertentu.
Tak puas, Yohan menyemprotkan cairan tersebut hampir ke seluruh tubuhnya.
Johan mengibaskan tangannya, seolah mengusir penciumannya pada parfum yang begitu menguar. "Kalian harus melaporkannya pada polisi."
Yohan berbalik, menatap sang kakak sekilas. Ia lantas mengambil kunci motor. Melemparkannya ke udara lalu menangkapnya kembali.
"Tidak bisa." Yohan menatap kakaknya.
Semalan Yohan bercerita tentang apa yang dialami oleh Sora sehingga Yohan tidak bisa menjemput kakaknya di bandara. Johan berdecih, tidak mempercayai ungkapan Yohan. Itu pasti akal bualannya saja untuk kencan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Romance[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...