☆
******
Yohan menggenggam jemari Sora untuk dituntunnya ke swalayan di seberang.
"Sebentar," ucap Yohan menghentikan langkahnya. Otomatis Sora pun ikut menghentikan langkah dan menarik jemarinya yang tengah digenggam oleh Yohan.
Yohan melepas hoodie yang membalut tubuhnya, ia lalu mengibaskan hoodie tersebut beberapa kali sebelum akhirnya memakaikan pada tubuh Sora yang hanya mengenakan gaun berlengan pendek. Sora pun menerima, ia cukup kedinginan dan juga lelah untuk menolak.
Sesampainya di swalayan, Yohan mengambil beberapa minuman, roti, juga beberapa makanan. Sementara Sora hanya membuntutinya dari belakang.
"Aku, ..lelah." Langkah Sora terhenti, ia menatap manik Yohan.
Yohan mengangguk, ia bergegas menuju kasir lalu membayar semua belanjaan yang ia ambil. Setelah selesai, mereka keluar dari swalayan tersebut dan mulai berjalan menuju coffeshop tadi yang telah tutup. Sora sempat memaksa ingin ikut bersama ke swalayan.
"Yohan," Lirih Sora tak kuasa berjalan lagi, ia kelelahan.
"Maafkan aku, tunggu sebentar." Yohan bergegas pergi menuju motornya yang terparkir.
Yohan tidak tahu kejadian apa yang menimpa gadis itu sehingga membuatnya tampak kacau. Ia lantas menyalakan mesin kuda besi tersebut lalu melajukannya ke arah Sora yang tengah berpegangan pada dinding.
Yohan turun dari motor, ia lalu mengangkat tubuh Sora untuk didudukannya di kursi belakang, setelah itu, lelaki inipun megambil satu kantong penuh makanan dan minuman yang ia beli. Yohan lalu mengikatnya hingga kuat dan memberikan belanjaan tersebut pada Sora.
"Kau bisa menahannya 'kan?" Tanya Yohan.
Sora mengangguk lemah, Yohan lantas menaiki motor lalu mengambil kedua lengan Sora untuk berpegangan pada pinggangnya. Di tengah, terapit sekantong belanjaan diantara mereka
*****
Yohan berbaring menatap langit-langit kamar. Ia tidak menyangka jika gadis itu baru saja mengalamai kasus penculikan. Terlihat dari cara bicaranya tadi, Sora sangat ketakutan. Hutan, rumah besar, pria gila, dominan, kasar, telah Sora ceritakan.
Yohan tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk menjadi pendengar baik bagi Sora. Ia mendengarkan seksama, tak luput ekspresi gadis itu. Yohan tersenyum, jujur saja ia khawatir melihat keadaan Sora ketika mereka bertemu di bagian outdoor coffeshop yang telah tutup tadi. Namun, setelah Yohan memaksnya untuk menceritakan apa yang terjadi, gadis itupun mau memberitahu Yohan, biarlah Yohan merasa egois kali ini, dengan memaksa Sora untuk membertihau apa yang terjadi padanya. Dengan catatan, Sora tidak mau Yohan membeberkan apa yang telah ia ucapkan. Yohan kecewa dan sempat ragu, lebih baik ia melaporkannya pada polisi. Namun gadis itu tetap kekeuh, ia mengatakan jika pria itu bukan sembarang orang dan harus berhati-hati.
"Dimabuk asmara huh?"
Seorang pria berdiri di ambang pintu kamar. Yohan langsung terbangun dan melihat sumber suara. Setelah melihat siapa orang tersebut, Yohan kembali terlentang di atas kasur, dan menatap langit-langit kamar.
"Kau tidak menjemputku," Ujar pria tersebut menghampiri sang adik yang ia yakini tengah dimabuk asmara.
"Hm, kau sudah besar dan mandiri. Gadis itu lebih membutuhkanku," Jawab Yohan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Roman d'amour[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...