.
Sebenernya gatau cerita ini masih ada yg nungguin kelanjutannya atau ngga. Karena..Krik krikk bangett woii
Hahaha
Ga ada komentar" kalian yg bikin aku semangat buat cepet" publish chapter berikutnya. Ga ada juga komentar" lucu kalian yg kadang bikin aku ngakak sendiri..
.
Selamat membaca!
And, terimaksih buat yg masih nunggu kelanjutan cerita IVANDER, monmaaf Sabtu kemarin ga update.
.
THANK U! Buat bintang pojok kiri yg kalian tekan..❤❤
.
🍁🍁🍁🍁🍁
Angin yang berhembus kencang, gemuruh petir serta guyuran air turun deras berlomba untuk menyentuh bumi. Sepertinya dewa Zeus membiarkan hal tersebut terjadi, sesuai janjinya pada pagi hari tadi yang dimulai dengan mendung.
Di tempat pedalaman menuju dalam hutan, tepatnya disebuah gudang penyimpanan, seorang pria dengan mata bengkak, wajah babak belur, bernapas pun ia kesulitan. Pakaian kotor akan bercak darah dan injakan dari sepatu-sepatu yang menginjak tubuhnya.
Pintu utama gudang terbuka, memperlihatkan fokus titik pria malang tersebut pada Ivander. Dia yang angkuh mulai berjalan ke arahnya, dilindungi oleh para anak buahnya yang telah melakukan latihan khusus.
Tubuh yang dibiarkan berdiri sementara tangan diikat ke atas, membuat pria malang itu meleokkan badannya berusaha terlepas. "Tuan.. kumohon."
Rintihan tersebut sama sekali tidak akan Ivander gubris. Jauh dari permukiman warga, tempat ini berada di hutan. Tempat dimana Ivander sering melenyapkan manusia-manusia tidak berguna. Salah satunya tiga orang wanita yang berani membuat amournya tidak nyaman saat mereka hendak makan siang.
Ivander melempar map yang dibawanya kepada salah satu anak buahnya. Map tersebut nampak basah, membuat salah satu pekerja tersebut harus hati-hati mengeluarkan isi map tersebut. Setelah berkas tersebut keluar, pria yang merupakan anak buahnya itu memperlihatkan beberapa isi dan lembar pada Rubèn.
Dengan mata yang bengkak, Rubèn berusaha melihat jelas apa yang ada dalam kertas sialan itu. Ditunjukannya satu persatu kertas tersebut, serta beberapa foto yang merupakan bukti tindakan Rubèn di kantor cabang.
Tenggorokannya tercekat membaca satu persatu bagian tersebut. Rubèn berusaha menyembunyikan sebaik mungkin tindakan korupsinya. Kali ini ia tidak dapat mengelak apapun lagi karena semua bukti tercantum dalam berkas tersebut bersifat benar. Termasuk usaha barunya yang ada dalam berkas tersebut.
Rubèn tidak mampu berkutik, apa yang akan terjadi setelah coffeshop tersebut dibangun melalui uang haram melalui korupsi? Dana yang seharusnya digalang untuk amal dipakai Rubèn untuk membangun coffeshop dan bar. Selain itu Rubèn juga merasa malu melihat daftar hadirnya sering kosong di kantor cabang sebagai kepala divisi keuangan, potret ketika dirinya berada dalam sebuah club malam. Dan ketika dirinya digunjring beberapa wanita. Rubèn merasa malu, terlebih kini ia berhadapan langsung dengan sang boss besar.
"Akh.." Ringisannya keluar kala Ivander menendang kuat perutnya dengan kuat.
Ivander menyeringai menatapi mangsanya tidak dapat berkutit apapun. Mereka yang sama-sama berdiri tentu tau siapa yang mendominasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2.1] IVANDER [END]
Romance[COMPLETED] Terperangkap dalam obsesi yang menjerat membuat Sora, seorang perempuan yang mengalami potongan kejadian demi kejadian buruk yang mengalir dihidupnya membuat ia 'tertekan'. Mengabaikannya, dan membuat ia menjadi orang yang membenci keram...