041

2.9K 220 5
                                    

Part ini mungkin agak pendek, dilanjut lagi.



Vote& comment

.




🍁🍁🍁🍁🍁

Seorang gadis dengan tinggi semampai memberanikan dirinya untuk mengunjungi salah satu rekan kerjanya. Meskipun mereka bertemu dan saling mengenal cukup lama, mampu membuat gadis itu masih memilki perasaan canggung untuk sekedar berkomunikasi dengannya.

Terlebih Johan sangat irit bicara dan jarang menunjukan ekspresi apapun. Apalagi membuat gurauan. Pria itu bahakan tidak pernah.

"Capt?" Panggil pramugari tersebut, melihat pintu apartemen sang captain yang sedikit terbuka.

Gadis yang berprofesi sebagai pramugari itu memberanikan dirinya untuk masuk. Ia berpikir jika Johan sedang kedatangan tamu sehingga pintu tidak tertutup rapat. Dan gadis berdarah Asia tersebut bersyukur, setidaknya Johan memiliki teman.

"Capt! Apa semua baik-baik saja?!" Tanya nya melihat ruangan nampak sepi.

Sunyi. Seperti tidak ada makhluk hidup yang tinggal disini. Bahkan gorden pun ditutup, membuat ruangan terasa pengap dan gelap.

"CAPT!"

Gadis tersebut terlonjak saat mendengar suara pintu ditutup keras. Ia bahkan memegangi dada kirinya, memastikan jika jantungnya kembali berdetak normal.

Dan gadis itu bernapas lega saat berbalik badan, mendapati Johan disana. Sedang berdiri dengan tangan masih memegang pintu serta pandangan yang mengarah padanya.

Gadis itu mencoba mencairkan suasana dengan menanyakan kabar sebagai obrolan pembuka serta menyimpan tentangan yang ia bawakan untuk Johan.

Cabin crew sedikit khawatir dengan kondisi Johan yang sulit untuk dihubungi. Beberapa rekan kerjanya yang berprofesi sebagai pilot, pramugari maupun staff bandara telah mengunjungi kediaman Johan. Namun mereka harus pulang karena pintu terkunci serta keadaan unit yang tampak tak berpenghuni.

Untuk itu, di hari ketiga setelah Johan memiliki jadwal penerbangan dengan Ivander, gadis berdarah Asia tersebut memberanikan diri untuk mengunjungi captaian-nya. Sekedar memastikan jika Johan berada di unit dan menariknya dari kubung kesedihan untuk tidak terlalu terpuruk dengan mendiang adiknya itu. Setelahnya, membiacarakan pekerjaan jika jadwal terbang mereka kembali padat.

Kini setelah menyimpan tentangan yang ia bawa, gadis itu kembali menoleh pada Johan. Pria itu nampak tak terurus dengan rambut acak acakan serta gurat yang menandakan jika pria itu kelelahan.

Kelelahan?

Bagaimana Johan kelelahan sementara ia tidak masuk bekerja selama tiga hari? Terakhir, mereka bertemu saat pria ini akan mengantarkan Ivander ke Belgia. Itupun sekedar berpapasan sesaat di bandara.

"Kau.. tampak tidak baik-baik saja capt," ujar gadis tersebut memperhatikan Johan.

Johan diam saja, ia mengenakan pakian yang membuat  pahatan tubuh tegapnya terlihat sempurna seperti biasanya.

Namun kali ini berbeda, gadis tersebut merasakan aura tidak bersahabat. Terlebih fokus Johan yang sedari tadi tertuju padanya. Ia yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan Johan.

Tatapannya menubruk gadis tersebut, memaksanya untuk masuk serta saling menatap satu sama lain. Keduanya saling menatap meskipum gadis itu mulai merasa tidak nyaman dan ketakutan. Berbeda dengan Johan yang menatapmya datar, hingga akhirnya pria itu mengerjap dan berbicara.

"Apa yang kau lakukan..?"

🍁🍁🍁🍁🍁

Entah berapa kali Sora merutuki Ivander yang berada di sampingnya. Setelah sarapan tadi, pria itu meraih pergelangan tangannya dan beraanjak keluar. Mereka memasuki mobil, Ivander mengendarainya sementara Sora tidak tahu mereka akan kemana.

"Aku tidak perlu minta maaf," dengus Sora memalingkan pandangannya ke arah jendela. menatap pepohonan yang mereka lalui.

Tempat yang mereka lalui ialah hutan. Dan Ivander tinggal di dalamnya, Sora sempat berpikir jika ada sesuatu yang mendesak pasti akan kesulitan. Barang yang tertinggal misalnya. Sora tidak tahu apakah Ivander tinggal di mansion hutan itu sedari kecil atau tidak. Yang pasti, tinggal disana dikelilingi alam memang menyenangkan. Terasa menyejukkan, serta udaranya yang segar. Namun itu juga akan membuat bosan ketika kamu tinggal barsama para pekerja yang Sora tidak ketahui darimana asalnya. Tidak ada tetangga, jauh dari jangkauan kota serta beberapa pekerja Ivander yang aneh dan gila.

"Kita akan kamana?" Sora bertanya panik.

"Sshht." Ivander menyuruhnya diam.

Ivander menempelkan sebuah kartu pada salah satu alat akses yang Sora tidak ketahui namanya. Namun saat alat itu memancarkan cahaya lampu, menandakan proses selesai.

Rumbun yang Sora yakini tanah dan batu tersebut bergeser ke arah jam sembilan, layaknya sebuah pagar yang terbuka otomatis saat akses diterima. Ivander kembali menjalankan mobilnya memasuki terowongan  tersebut.

Mereka memasuki terowongan.

Sora terperangah melihat tipu muslihat tersebut. Pantas saja jalanan yang mereka lalui tadi bukan jalanan biasa. Ivander membawanya ke terowongan, sinar lampu yang menyala dari energi matahari dan listrik menyinari perjalanan mereka.

"Ini adalah jalan pintas. Seharusnya kau lewat sini saat kabur," sindir Ivander saat mereka berhasil keluar dari terowongan. Dan berada di bibir hutan.

Sora menoleh ke belakang, gerbang tersebut kembali tertutup layaknya gerbang otomatis. Dan mereka kembali melanjutkan perjalanan, kali ini Sora melihat gedung-gedung pencakar langit jauh disana.

Sebuah senyuman tersungging di bibirnya, Sora rasa Ivander telah waras untuk mempulangkannya kembali ke rumah. Dengan perasaan senang, dan pakaian yang masih sama saat ia tidur semalam, Sora memejamkan mata, ia mulai merasakan tenang dan ngantuk secara bersaamaan.

🍁🍁🍁🍁

.

See u on next chapter!!

August 10, 2022

[2.1] IVANDER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang