Part 6 : Sephora Berulah

1.7K 150 10
                                    

❝Ternyata, dia masih ingat pasal hal-hal kecil atas diriku.❞

🌼🌼🌼

Sephora menggerutu habis-habisan di jalan. Gadis itu bernama lengkap Sephora Arliana Djuanda, putih, cantik, memiliki wajah basteran, terus-menerus mencerocos pasal perhatian Malvin kepada Devina kemarin. Memang benar, antara dirinya dan Malvin belum ada hubungan, tetapi Malvin terlihat memberinya harapan. Kesal. Bibirnya manyun ke depan.

"Kenapa, sih? Belum diresmiin sama Malvin, nih?" tanya Nevada memastikan. Pria yang sibuk menyetir di belakang kemudi itu ikut andil dalam perbincangan panjang Sephora.

"Kesel banget sama Malvin, Bang. Rasanya tuh pengen ... hih!" geram Sephora diikuti gerakan tangan meremas.

"Udahlah, lagian kamu sih. Udah tau cowoknya gagal move on, kamu malah deketin terus," sahut Nevada.

"Ih, Bang Rion, mah! Lagian siapa yang nggak mau mengisi kekosongan hati cowok sekeren Malvin. Udah gitu, paling ganteng segedung A lagi," balasnya seraya menggigiti bibir.

"Boleh sih, tapi tetep tahu diri. Nggak semua perhatian yang kamu kasih ke Malvin, bisa diterima sama Malvin. Kadang cowok suka risih kalo terlalu ditempeli sama cewek, meskipun nggak semua. Kalo Malvin beneran cinta sama kamu, pasti dia bakal ngejar dan balas kamu juga, kok," jelas Nevada. Pria itu berpengalaman lebih soal cinta.

Sephora tersenyum. Gadis itu memandang Nevada takjub. Sephora memeluk Nevada dari samping seraya berkata, "Abang pengalaman banget, sih. Makasih sarannya, tapi Sephora bakal tetep perjuangin Malvin karena Sephora cinta banget sama Malvin."

Nevada menghela napas. Ia tak punya daya mengatur hati Sephora, meskipun gadis itu adiknya. Cukup memberikan pengarahan, tidak lebih.

"Aku turun sini aja!" seru Sephora ketika mobil sampai di halte bus dekat kampus. Nevada menoleh. Pria itu menyerit.

"Aku ada janji sama Evelin di sini," ujar Sephora sebelum Nevada menanyainya. Menyalami tangan Nevada, lalu turun dari mobil. Sempat melambaikan tangan sebelum Nevada benar-benar lenyap dari peredaran.

🌼

Devina mengusap peluh. Gadis itu habis berlari menghindari kejaran Gavin. Sebenarnya, Dirga melarang Devina masuk hari ini, tetapi ia lebih mementingkan ulangan Pak Vino. Ia tak mau mengikuti susulan karena Pak Vino suka ganjen kepada mahasiswinya. Pak Vino bukanlah pria bangkotan, tetapi dosen muda yang memang playboy sejak embrio.

"Masih aman," gumam Devina setelah sampai di depan lift fakultasnya. Masih ada waktu lima belas menit sebelum kelas Pak Vino dimulai.

Ting! Devina buru-buru keluar dari lift. Berlari di koridor sampai ujung lantai ini. Napas terengah, untung belum ada Pak Vino. Gadis itu langsung masuk dan duduk di kursinya.

"Kok lo masuk, sih? Kata Om Dirga hari ini lo nggak masuk, ini gue dipesenin buat absenin lo," ujar Avi. Devina mendecak. Gadis itu sempat ingin menjelaskan, tetapi Pak Vino terlebih dahulu memasuki kelas.

"Nanti gue jelasin," bisik Devina. Avi mengacungkan jempol. Ulangan segera dimulai. Sebuah kebiasaan ketika Devina yang diminta membagikan kertas. Devina bergidik ngeri saat Pak Vino mengedipkan mata kepadanya.

"Amit-amit! Kapan gue punya pacar lagi," gumam Devina selama membagikan kertas ulangan. Setelah itu, mereka diminta mengerjakan ulangan dalam waktu satu setengah jam.

🌼🌼

Taman depan perpustakaan adalah destinasi yang Avi dan Devina tuju. Menyelonjorkan kaki seraya menikmati udara semilir. Teduh. Setiap tiga meter, memang ditanami pohon rindang tak berbuah sebagai penyejuk. Bahkan, pohon-pohon itulah yang menjadi tempat belajar bahkan mengobrol bagi mahasiswa Alexandria.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang