❝Ketika cinta sampai di puncaknya, maka saat itulah aku akan menjadi tamu dengan sebuah benda di dalam kotak merah beludru suatu saat nanti.❞
🌼🌼🌼
Liburan selama seminggu di pulau privat selesai. Sebuah liburan yang menghadiahkan kebahagiaan bagi Devina. Gadis yang tengah berada di foodcourt itu tersenyum melihati cincin bertakhtakan berlian di jemari manis kirinya.
"Percaya, deh sama yang udah dilamar. Nggak usah dilihatin terus, kenapa sih? Bikin iri aja," celetuk Avi yang baru saja kembali dari perpustakaan. Ya, mereka berada di foodcourt Gedung J. Devina menatap Avi nanar.
"Jangan keras-keras, dong, Vi! Gue malu tau!" maki Devina. Avi mendecak. Buat apa malu? Toh, satu kampus sudah tahu, meskipun mereka tidak mengatakan apa pun kepada semua orang. Apalah daya, pentolan-pentolan Alexandria kalau ada berita, pasti hari itu juga tersebar. Devina mendengkus. Benar juga kata Avi.
"Oh, ya gue tadi lihat Malvin latihan di lapangan basket. Emang dia balik lagi, ya?" tanya Avi. Devina mengangkat kedua bahu.
"Gue malah nggak tau. Dia nggak bilang ke gue balik ke basket apa enggak. Kalau balik, ya nggak masalah. Toh, masalah sama pacar lo udah kelar," ujar Devina santai. Avi mendecak. Ia memukul bahu Devina.
"Mantan, Dev! Nyebelin banget, sih lo!" ralat gadis itu. Devina terkekeh. Ia lupa jika sahabatnya itu sudah tidak berpacaran dengan Kevin.
"Maaf, gue 'kan lupa, Vi," ujar Devina. Avi pun mendengkus. Ia memilih memakan mi ayam milik Devina, bahkan sampai sang pemilik merasa kesal.
Devina memilih untuk membiarkan. Tak berselang lama setelah mendapat notifikasi pesan, Devina bergegas dari kursinya. Menenteng totebag, lalu pergi tanpa pamit kepada Avi. Sahabat terbaik Devina itu membulatkan mata. Gadis itu berteriak di sela kunyahan. Mulut yang masih penuh membuat artikulasi runyam. Devina tak menggubris, lebih tepatnya tidak mendengar jelas teriakan Avi. Gadis itu fokus pada tujuan utamanya. Berlari mencapai lift, lalu turun ke lantai dua.
Ting! Pintu lift terbuka saat sampai di tujuan. Devina tersenyum melihat Malvin yang masih penuh keringat di pelipis. Gadis itu berjalan ke arah podium penonton. Duduk di salah satu kursi seraya mengeluarkan air mineral dingin yang berada di dalam totebag miliknya. Gadis itu sempat membeli saat ia berada di foodcourt tadi. Hanya satu botol, tadinya untuk dia sendiri. Namun, Malvin lebih membutuhkan. Toh, nanti bisa beli lagi.
"Oke! Latihan kita sudahi aja, ya. Sudah menjelang malam. Terima kasih atas kehadiran kalian semua," ujar pelatih yang berada di pinggir lapangan.
"Siap, Coach! Makasih kembali," balas kesepuluh anggota tim basket A serentak. Setelah membubarkan diri, Malvin pun berjalan ke arah podium. Ia melihat Devina yang berdiri dengan sebotol air mineral. Perlahan, Devina ikut menuruni beberapa anak tangga untuk menggapai Malvin.
"Capek banget, ya?" ujar Devina terdengar basa-basi. Ia memberikan sebotol air itu, lantas Devina menyapukan handuk untuk menghapus bulir keringat berukuran jagung itu. Lelaki itu meneguk air sampai setengah botol.
"Satu aja?" tanya Malvin. Devina mengangguk santai. Ia masih mengelapkan handuk di wajah Malvin. Tentu lelaki itu memberikan setengah botol air untuk Devina. Sontak gadis itu menyerit.
"Habisin aja, Vin. Aku gampang, kok," suruh Devina. Malvin menggeleng. Ia pun mengambil alih handuknya.
"Nanti dehidrasi kayak waktu itu. Aku nggak suka," ujar Malvin. Ya, memang beberapa hari terakhir Devina sering kehilangan cairan tubuh karena lebih suka membeli boba daripada minum air putih. Bahkan, gadis itu sering pusing karena tidak minum. Gadis itu mendecak. Ia mengambil botol itu, lalu meneguknya tepat di hadapan Malvin. Sontak Kevin menceletuki kedua insan itu dengan cibiran seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovestuck Syndrome [END]
Romance[REAL ESTATE SERIES] Didukung playlist di spotify. Diamond Real Estate No. 7 Wijaya's Family. Pernah dengar, jika cinta pertama adalah cinta yang paling seru, lucu, bahkan terlampau sulit untuk dilupakan? Bagi sebagian orang, mungkin cinta pertama a...