Extra Part : Durian Kulit Mulus

1K 51 2
                                    

❝Hari paling aneh bagi calon ibu. Begitu juga hari paling rumit bagi calon ayah.❞

🌼🌼🌼

Malam itu, setelah pulang dari periksa ke dokter kandungan. Devina dan Malvin dikejutkan dengan kedatangan Arinda, Dirga, dan Adriana. Ketiga calon kakek dan nenek itu tengah menunggu kehadiran Malvin dan Devina yang katanya baru ke rumah sakit. Tentu terkejut. Devina dengan perut buncit berusia 7 bulan itu memeluk satu per satu orang di sana.

"Kangen banget sama Papa!" ujar Devina. Benar, bayi mereka pasti laki-laki. Semua orang berangsur duduk. Tak berselang lama, seorang ART mengantarkan minuman untuk mereka.

"Oh ya, Yumna belum pulang juga?" tanya Arinda. Devina mengangguk di pelukan Dirga.

"Belum, Ma. Tadi katanya shift pagi, terus sore bakal pulang. Eh, sekarang nggak tahu. Kayaknya lagi nongkrong sama temennya," jelas Malvin. Arinda mengangguk mengerti. Toh, Yumna sudah dewasa. Yumna pun lebih mudah diatur daripada Gavin.

"Kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya Adriana. Wanita itu menepuk bahu putra sambungnya. Malvin terdiam, begitu juga beberapa orang di sana.

"Baik kok, Ma. Yeslina sama Papa baik-baik aja, 'kan?" tanya Malvin balik. Adriana tersenyum lebar. Wanita berusia empat puluh sembilan tahun itu akhirnya bisa menggapai putra sambungnya. Adriana mengangguk terharu. Lantas ia memeluk putra sambungnya. Sebuah keberanian yang cukup besar, tetapi saat mendapat tepukan di punggung oleh Malvin, Adriana semakin yakin. Ini adalah kali pertama. Dan ini adalah kali pertama juga bagi Malvin untuk mau mengakui ibu sambungnya ini.

"Mama seneng kamu udah mau nerima Mama. Rasanya kayak mimpi, tapi Mama harap enggak begitu," ujar Adriana. Malvin pun melerai pelukan itu.

"Malvin yang salah, Ma. Mama nggak pernah ambil Papa dari kami. Malvin minta maaf, ya atas sikap adik-adik juga," papar pria itu. Ya, Malvin semakin dewasa. Menerimanya ini bukan sebuah hal yang instan. Devina adalah salah satu penyokong rukunnya hubungan ibu sambung dan anak ini.

Devina sudah menangis tersedu. Wanita hamil itu jadi sering sensian atas segala suasana. Malvin menyerit. Lantas ia menghampiri Devina, menarik wanita itu ke pelukannya.

"Udah dong, Sayang. Malu dilihat Mama sama Papa," ujar Malvin. Pria itu mengeratkan pelukan dan menyembunyikan wajah Devina.

"Aku nggak nyangka kalau Mas mau denger saran aku. Makasih, ya, Mas," ungkap Devina. Ketiga calon kakek dan nenek itu tersenyum. Perilaku aneh Devina sangat menghibur.

"Oh ya, Mama sama Papa mau nginep aja di sini? Kalau iya, nanti aku suruh Bi Surti beresin kamar tamu," tawar Malvin setelah menepuk punggung Devina. Ketiga orang itu saling memandang. Lantas menggeleng bersamaan.

"Nggak usah, Vin. Lagian Mama sama Papa ke sini juga cuma mampir, aslinya sih ada acara sama kolega, makanya Pak Jefan nggak bisa ikut bareng kita ke sini," jelas Arinda lagi. Malvin mengangguk mengerti. Mereka pun melanjutkan percakapan. Makan malam bersama dengan hidangan restoran milik Malvin yang dimasak oleh owner-nya sendiri.

🌼

Pukul dua dini hari, Malvin dikejutkan dengan Devina yang tiba-tiba bangun dan ingin sesuatu. Wanita yang permintaannya tidak dapat dikesampingkan itu merengut. Pasalnya permintaan Devina kali ini aneh.

"Mana ada durian kulitnya mulus, Sayang? Itu mah yang mulus kulit kamu bukan kulit durian," protes Malvin. Devina mendecak.

"Ada, Mas. Itu loh, kamu tinggal hilangin aja duri-durinya, terus jadi mulus. Abis itu dikasih sambal rujak loh, Mas," elak wanita itu. Devina terus saja mempertahankan argumen miliknya.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang