Part 24 : Terungkap Enigma

752 67 0
                                    

❝Enigma yang dulu sangat mengundang banyak tanda tanya, kini hanyalah abu-abu yang terlihat semakin nyata.❞

🌼🌼🌼

Pagi ini, sehari setelah insiden di Favorite Café, Malvin akan mengajak Devina jalan sebagai permintaan maaf. Tentu, ini semua bukan murni kehendak keduanya, melainkan ada campur tangan dari Adriana dan Arinda. Devina mengembuskan napas. Gadis itu bingung harus berbuat apa sekarang. Waktu tinggal dua jam lagi. Gadis itu belum juga bersiap.

Tok! Tok! Tok! Suara pintu kamar yang diketuk membuat Devina menoleh. Gadis yang tengah duduk di hammock chair itu menyeritkan dahi.

"Kak Devina!" seru dari balik pintu itu. Ah, suara Yumna. Devina segera menuju ke pintu kamar. Devina memutar kenop, lalu terpampanglah Yumna yang sudah rapi.

"Ada apa?" tanya Devina.

"Dicariin Mama, katanya mau ada yang diomongin," balas Yumna. Devina menyerit.

"Mama di mana?" tanya gadis itu lagi.

"Dapur. Udah, ya gue mau pergi, Kak," ucap Yumna. Lelaki itu memang dingin. Entah keturunan siapa, Devina pun tidak tahu.

"Eh, lo mau ke mana? Biasanya nggak rapi gitu?!" tanya Devina setengah berteriak. Ia sangat suka menjahili Yumna karena kepribadian pendiam lelaki itu.

"Berisik, deh!" ketus Yumna. Devina terkekeh. Ia sudah tahu ke arah mana Yumna akan pergi. Tentu saja Yeslina, siapa lagi? Entahlah, siapa yang akan mendapatkan hati Yeslina, Yumna atau Devon. Terlepas dari masalah itu, Devina langsung menuruni tangga. Gadis itu segera pergi ke dapur untuk menemui Arinda.

"Wuih, fruit cake! Buat siapa, Ma? Devina minta, ya," lontar Devina. Saat tangan gadis itu hendak mengulur, Arinda lebih dulu menepisnya. Devina merengut.

"Ini buat Malvin, kamu ambil yang di sana itu loh," ucap Arinda setelah menutup kotak makan itu. Devina mendecak. Gadis itu menggerutu di setiap langkah menuju kue yang sudah terpotong itu. Devina mengambil satu potong untuknya. Ia pun segera melahap kue yang sangat ia sukai itu.

"Oh, ya kamu belum siap-siap? Mandi sana! Siap-siap! Kamu nggak boleh, ya ngecewain Mama, apalagi bikin malu Mama," suruh Arinda. Devina mendecak. Baru juga habis sepotong, sudah diusir saja.

"Iya iya," timpal gadis itu. Devina segera menaiki tangga menuju kamar. Gadis itu sudah mandi, hanya perlu berganti pakaian dan dandan.

Devina memilih setelan kasual yang terdiri dari skinny jeans dan atasan floral warna navy model sabrina. Tak lupa sneakers warna putih dan sling bag warna navy. Make up natural pun menghiasi wajahnha.

"Perfect," cetusnya saat melihat dirinya di pantulan cermin. Devina melihat ke arah jam tangan miliknya.

"Tiga puluh menit lagi? Apa gue dandannya lama, ya?" gumam Devina. Ia menepuk dahinya, tadi ia sangat bingung memilih pakaian. Pantas saja lama.

Tin! Tin! Suara klakson terdengar. Devina berlari ke arah balkon. Ia melihat mobil BMW—BMW 4 Series Convertible—terparkir di pekarangan rumahnya. Mobil mewah yang ditaksir seharga 1,53 miliar berwarna hitam itu menurunkan seorang lelaki dengan setelan kasual celana jeans panjang, kaos warna putih, dan jaket denim. Perpaduan yang sempurna.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang