Part 33 : Sunset di Sylvia Hill

505 50 6
                                    

Apakah ini sebuah jawaban atau hanya candaan? Mentari yang tenggelam bukan berarti aku pun sama di mata kamu 'kan?

🌼🌼🌼

Duduk di sebelah Malvin selama penerbangan hanya membuat kecanggungan semakin tercipta. Duduk di bangku kelas bisnis dengan tatanan orang yang sudah pas. Dion Argantara Yohan, pria itu tidak ikut dalam perjalanan. Katanya, masih ada urusan yang perlu diurus dengan Blue, seorang CEO stasiun TV yang juga menerbitkan artis-artis. Devina membuang wajah ke arah luar jendela. Gadis itu berulang kali mengembuskan napas.

Tak terasa, perjalanan dua jam dua puluh lima menit itu berakhir sudah. Rombongan sejumlah empat belas orang itu dibagi menjadi dua mobil alphard. Tentu Devina dengan Malvin, bahkan mereka duduk berdampingan. Hening yang menjadi nuansa antara keduanya.

"Ck! Ck! Ck! Dua insan saling mencinta ini masih diam aja dari tadi? Yang belakang udah heboh konser sampai ngebor, eh ini malah diam aja!" celetuk Evelin dari kursi tengah. Bahkan, tangan Evelin sudah mencolek pipi Malvin.

"Udah deh, Lin!" ketus Malvin. Lelaki itu sedang tidak mood sekarang. Evelin memasang wajah kesal, apa salah sekadar menegur? Melihat respons Malvin, Yeslina menjadi bersalah. Apakah Yeslina dan Malvin tengah bermasalah? Harusnya ia tidak memaksa Devina untuk ikut.

"Kak Dev!" panggil Yeslina. Gadis yang dipanggil namanya itu, menoleh ke belakang.

"Maaf," lirih Yeslina. Seakan tahu topik pembicaraan ini, Devina hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, ia kembali menatap ke depan, mematung seraya mendengarkan musik dari ponsel pintarnya.

Perjalanan darat menuju Ayana Komodo Resort tidak membutuhkan waktu yang lama. Keempat belas orang itu langsung bergegas untuk check-in. Setelah selesai, mereka bergegas ke kamar masing-masing. Pasangan Jevin dan Jefan tentunya memilih suite room dengan pasangan masing-masing. Sementara, untuk sepuluh anggota lain memilih duluxe. Masing-masing kamar diisi oleh dua orang, kecuali kamar Malvin yang meminta untuk tidur sendiri. Sementara itu, Devina satu kamar dengan Yeslina.

Devina menghempaskan tubuh di atas ranjang kamar, sedangkan Yeslina tengah menata koper miliknya. Gadis SMA itu menatap Devina dengan tatapan penuh rasa bersalah. Yeslina mengembuskan napas. Ia melangkah menghampiri Devina yang memejamkan mata.

"Maaf, ya, Kak," lirih Yeslina. Gadis itu sudah berdiri di samping kaki Devina yang menjuntai ke lantai. Devina menyerit, ia membuka mata. Gadis itu merubah posisi terlentang menjadi duduk.

"Loh, kenapa minta maaf? Yeslina nggak salah apa-apa, kok," sangkal Devina. Devina pun menarik tangan Yeslina untuk duduk di sampingnya.

"Kamu beneran nggak salah apa-apa. Aku sama Kakak kamu baik-baik aja, kok. Cuma kita lagi intropeksi masing-masing aja. Aku malah seneng kamu ajak jalan-jalan gini, jenuh tau di Jakarta. Apalagi Papa selalu pulang ke rumah, bosen suruh di rumah terus," jelas Devina. Yeslina tersenyum. Meskipun ia tak sepenuhnya percaya, gadis itu mencoba untuk percaya. Yeslina mengembuskan napas. Ia menarik kartu debit dari sakunya.

"Yang kasih Papa. Aku mau ajak Kakak pergi ke Sylvia Hill pakai sepeda. Rencana pergi berempat, aku, Kak Malvin, Jeriko, sama Kak Dev, tapi kalau yang lain mau ikut, oke juga," ujar Yeslina. Devina tersenyum.

"Oke, deh. Nanti sore aja sekalian nyari sunset, sekarang mah istirahat dulu. Capek," ujar Devina. Yeslina tersenyum. Ia mengacungkan jempol kepada Devina. Gadis itu menyimpan kartu debit di laci. Setelah itu, menyusul Devina menaiki ranjang.

"Oh ya, Kak. Kapan-kapan mau dong main ke rumah. Aku pengen belajar masak seafood sambal padang," pinta Yeslina sebelum menutup matanya.

"Bo-boleh, kapan-kapan aku ke rumah kamu," balas Devina dengan senyum tipis. Setelah mendapat jawaban, Yeslina memutuskan untuk tidur. Sementara, Devina memutuskan menatap lurus ke langit-langit. Bagaimana mau melupakan rasa, sedangkan atma lain menginginkan rasa ini dimanipulasi? Huh, lebih baik Devina tidur saja. Semoga Malvin mau membantu untuk senja yang akan datang nanti.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang