❝Hati itu tak pernah sampai sebenarnya, tetapi hasrat terlalu mendominasi paradigma. Maaf, sudah membuat gaduh atas kalian.❞
🌼🌼🌼
Sebulan sudah Malvin mengikuti serangkaian treatment, sekaligus kelas masak dari Devina. Terbukti, perlahan trauma yang dialami Malvin berkurang. Bahkan, beberapa minggu terakhir, kata psikiater Malvin sudah tidak apa-apa. Pun lelaki itu sudah lepas obat-obatan jikalau ia terbayang atas memori kala itu.
"Kamu bantuin aku ngambilin bahan di belakang, deh. Biar aku aja yang masak. Lagian buat pelanggan, nggak lucu kalo rasanya kurang," usul Devina. Malvin mendecak. Padahal ia baru suka-sukanya dengan memasak. Namun, apa daya? Toh, ini untuk keperluan komersial. Bisa-bisa ia dimarahi Tante Ayu jika membuat masalah.
"Iya, Cantik. Jangan galak-galak, nanti tambah cantik. Jangan cemberut gitu, nanti aku tambah sayang," goda Malvin. Lelaki itu terkekeh. Sementara, Devina mendecak. Ya, mereka resmi balikan dua minggu lalu. Sebenarnya, Devina hanya ingin menguji Malvin. Bisa saja, saat berpisah di bandara kala itu, Devina menerima Malvin. Namun, ia tetap memerlukan bukti kuat atas lelaki yang selama ini mencintainya.
Setelah mengambilkan bahan masakan untuk Devina, Malvin pun mendadak jadi pelayan di kafe yang cukup ramai hari ini. Hari ini Sabtu, beberapa orang pun tidak bekerja. Bahkan, Malvin dapat memprediksi nanti malam jumlah pengunjung akan membeludak.
"Silakan menikmati, Mbak!" ucap Malvin ramah. Hal itu membuat gadis-gadis SMA itu terkekeh. Baru kali ini ada pelayan setampan Malvin. Mungkin mereka terkagum sampai salah tingkah. Bahkan, tanpa malu sekumpulan gadis itu meminta foto bersama. Seperti artis saja Malvin ini. Eh, memang artis, bukan deng, hanya anak DPR yang cukup terkenal.
Ekor mata Devina menelisik tajam. Saat Malvin tiba di kitchen stage, Malvin terkekeh. Ia dapat melihat raut kecemburuan Devina.
"Kamu cemburu, ya? Jangan cemburu, dong. Hati aku 'kan cuma milik kamu seorang," ujar Malvin guna membujuk Devina yang merajuk.
"Basi, deh, Vin! Mending sana, tuh ada yang datang lagi," ketus Devina. Gadis itu mengusir Malvin agar lelaki itu kembali bekerja.
Malvin pun berjalan ke arah dua insan yang duduk di pinggir dekat jendela. Malvin terkejut ketika ia mendapati Sephora dengan kakaknya.
"Sephora?" ucap Malvin terkejut. Pasalnya, ia jarang mendengar nama gadis itu selama tiga minggu. Entah tidak ada yang tahu ke mana gadis itu pergi.
"Vin. Apa kabar?" tanya Sephora. Malvin berdehem. Lelaki itu mengangguk. Lantas, ia memberikan tablet yang berisi menu kafe kepada kedua insan itu. Sephora menghela napas. Ia ditatap oleh Nevada lekat.
"Boleh bicara nggak? Gue sama Abang gue mau ngomong penting. Bisa panggil Devina juga?" pinta Sephora. Malvin pun mengangguk seraya mengambil lagi tablet yang sempat diberikan tadi. Lelaki itu berjalan ke arah kitchen stage, lantas memanggil Devina.
"By, ada Sephora sama Kak Nevada. Katanya mau bicara sama kita. Kamu tinggal dulu, deh. Kita ke sana dulu, kasihan kalau nunggu lama," ujar Malvin. Devina sempat membeku. Mau apa Sephora ke sini? Apa dia akan mengambil Malvin.
"Bentar!" ujar Devina. Gadis itu memanggil seorang barista untuk membuatkan dua cangkir kopi signature. Devina meminta untuk diantarkan juga ke meja milik Sephora dan Nevada.
Devina dan Malvin berjalan berdampingan. Gugup, itu yang Devina rasakan saat duduk di antara dua insan itu.
"Ada apa, ya kalau boleh tahu?" tanya Devina dengan hati-hati. Sephora pun terisak. Gadis itu langsung menggenggam tangan Devina erat. Terkejut, Devina tidak tahu situasi apa yang sedang terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovestuck Syndrome [END]
Romance[REAL ESTATE SERIES] Didukung playlist di spotify. Diamond Real Estate No. 7 Wijaya's Family. Pernah dengar, jika cinta pertama adalah cinta yang paling seru, lucu, bahkan terlampau sulit untuk dilupakan? Bagi sebagian orang, mungkin cinta pertama a...