Part 40 : Nasihat Asyilla

510 37 0
                                    

❝Luka yang disandang, bukan hanya kamu yang merasakan. Kesalahan yang tak terlalu fatal dari masa lalu, jangan sampai membuat rasa berlalu. Maaf adalah kata yang tepat.❞

🌼🌼🌼

Dua minggu sudah setelah kejadian di kafe. Devina mulai terbiasa untuk tidak menatap Malvin. Seperti biasa, sama seperti sebelum mereka mulai dekat, sama seperti dua tahun lalu. Masih ada rasa sakit, tetapi Devina mencoba untuk melepas, ya memang sepantasnya seperti itu. Malvin, lelaki itu tampak tidak mengganggu Devina lagi akhir-akhir ini, tepatnya sejak tiga hari lalu. Lelaki itu memilih untuk memalingkan wajah atau menunduk jika mereka saling bertemu. Saling asing dan tidak bertegur sapa. Sulit bagi Malvin, mungkin lebih sulit dari yang Devina lakukan. Namun, ia bisa apa? Devina benar-benar ingin menutup hati untuknya.

"Nanti gue nebeng lo, ya, Vin! Kita 'kan jadi partner duta kampus sekarang," ucap Sephora yang terdengar jelas di telinga Devina. Kedua insan itu tengah berada di koridor Gedung J, sedangkan Devina dan Avi berada di dalam ruang kesehatan. Malvin hanya berdehem sebagai jawaban.

Ya, itulah yang terjadi. Devina memutuskan untuk mengganti partner karena tidak mau berurusan dengan Malvin. Soal Heaven, lelaki itu sudah pasrah dengan takdir yang ia dapat. Jika memang Sephora tidak bisa menjadi miliknya, ya sudah, mau bagaimana lagi?

"Aw!" pekik Devina karena sibuk melamun. Gadis itu baru saja terjatuh dari tiga anak tangga yang mengharuskan lututnya lecet.

"Pelan-pelan, dong, Vi!" ketus Devina. Avi mendecak. Gadis itu melemparkan tatapan tajam kepada Devina.

"Abisnya lo ini kenapa? Masih suka sama mantan? Gue lama-lama kesel juga sama lo, ya, Dev! Lo itu, ck, arghh! Ngeselin tau nggak!" maki Avi. Bagaimana tidak kesal? Avi adalah orang pertama yang mengikuti perjuangan cinta Malvin dan Devina. Avi kesal karena Devina kurang bersyukur dengan anugerah yang diberikan Tuhan. Terlebih, Malvin itu sosok lelaki sempurna, bahkan calon suami dan ayah yang sempurna. Devina mendecak.

"Ya udah, sih! Au ah, ayo ke ruang pementasan teater! Ini gue udah beli dua tiket loh!" ajak Devina. Avi pun mendecak. Gadis itu mau tidak mau mengikuti langkah Devina. Perihal Kevin, lelaki itu ada pertandingan hari ini. Malvin, lelaki itu sudah memaafkan Kevin. Namun, ia memutuskan untuk keluar dari UKM basket dan Kevin yang menggantikan Malvin sebagai kapten basket.

Devina menarik tangan Avi. Lutut yang terpasang plester tidak membuat masalah bagi Devina. Gadis itu malah berlari agar sampai ke Gedung G dengan cepat. Pasalnya mereka harus segera naik ke lantai 5, tepatnya gedung pementasan FIB.

Dua puluh menit, Devina dan Avi sudah berada di dalam gedung. Duduk di deret kelima dari depan bagian kanan. Tepat saat itu, Devina melihat Malvin yang menaiki tangga untuk duduk di deret yang sama, tetapi seberang kiri. Tidak ada Sephora atau mungkin gadis itu tidak mendapat tiket?

"Lo lihat apaan?" tanya Avi. Gadis itu ikut melihat ke arah Devina memandang. Lagi-lagi Avi mendecak.

"Udah, deh. Lo balikan aja, Dev! Malvin masih setia tuh! Buktinya masih aja sendiri. Malvin cuma anggep Sephora partner duta kampus aja," desak Avi. Devina menggeleng.

"Udah mau mulai, mending diem aja," sahut Devina. Avi mendengkus. Mata tertuju ke arah arena. Lampu sudah padam, hanya tersisa lampu di arena depan sana. Pementasan diawali dengan lagu, genjrengan gitar, dan kajon yang dipukul cukup keras untuk menegaskan suasana. Saat pementasan dimulai, suara sang pemeran terdengar begitu keras dan lantang.

Devina tersenyum tipis. Gadis itu menoleh ke arah kiri. Memanfaatkan padamnya lampu untuk mencuri pandang. Devina menatap sendu lelaki yang memaksakan tawa di seberang sana.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang