Part 42 : Hilangkan Trauma

718 48 11
                                    

❝Jika masih ada kata 'perbaiki' untuk suatu kesalahan masa lalu yang terulang, mengapa harus memilih 'melepas' suatu hubungan?❞

🌼🌼🌼

Satu bulan—lebih dari perkiraan—Malvin menjalani program pertukaran mahasiswa internasional ke Jerman. Lelaki itu baru saja mengambil bagasinya. Berjalan ke luar gate menuju ke arah lobi kedatangan internasional Bandara Soekarno-Hatta. Roda-roda koper itu menggelinding bebas di atas lantai licin bandara. Kaki-kaki itu dilangkahkan lebih cepat. Malvin melihat ke arah sekeliling. Hari ini Aiden yang menjemputnya. Mungkin Devina tidak ikut karena ada sesuatu hal yang harus dikerjakan. Entahlah, padahal hari Minggu.

"Malvin!" seru seorang lelaki yang melambaikan tangan kepada Malvin. Lelaki itu tersenyum, ia segera menarik koper, lalu mempercepat langkahnya.

"Gimana kabar lo, Den?" tanya Malvin kepada Aiden. Lelaki itu memberikan jabat tangan kepada Aiden.

"Baik. Lo gimana, Vin? Lancar 'kan di Jerman?" tanya Aiden balik.

"Gue baik juga. Lancar, kok," balas Malvin. Aiden mengambil alih koper Malvin. Lantas lelaki itu menunjuk mobil BMW yang baru saja terparkir. Malvin mengerut.

"Pinky?" tanya Malvin. Aiden mengangguk.

"Iya. Udah, yuk! Nanti kalo kelamaan gue yang kena omel sama si Pinky," desak Aiden. Malvin terkekeh. Mereka mempercepat langkah. Aiden membantu Malvin memasukkan koper ke bagasi, sedangkan Pinky berpindah tempat dari balik kemudi ke jok samping.

"Jadi, gue obat nyamuknya nih?" sindir Malvin setelah duduk di jok belakang mobil itu. Aiden yang baru saja masuk, langsung terkekeh dibuatnya.

"Sorry, deh. Lagian abis ini lo juga ketemu sama Devina," balas Aiden. Lelaki itu melajukan mobil. Sementara, Malvin sibuk tersenyum karena mendengar kata Devina. Jujur, lelaki itu sudah rindu berat. Rasanya begitu penasaran dengan syarat yang diajukan oleh Devina nanti agar ia bisa memiliki gadis itu lagi.

Sementara, di lain tempat Devina menatap dekorasi yang cukup elok. Ya, ia tengah berada di rumah Bapak Jefan Yohan, sang DPR. Sengaja, gadis itu ingin memberikan syaratnya kepada Malvin. Selain itu, ia juga ingin menepati janji kepada Yeslina untuk main ke rumah.

"Hari ini kita beneran bikin fruit cake, Kak?" tanya Yeslina girang. Devina mengangguk seraya tersenyum.

"Ya habisnya Kakak kamu itu masih aja trauma. Semoga aja dengan kegiatan masak-masak kita hari ini, trauma Kakak kamu itu bisa hilang, ya seenggaknya bisa ubah mindset itu udah bagus, kok," jelas Devina. Yeslina mengerti. Ia pun tahu alasan trauma Malvin. Meskipun ia tidak melihat secara langsung kejadian saat itu, tapi pastilah begitu menyakitkan bagi Malvin.

"Kakak cinta banget, ya sama Kak Malvin?" tanya Yeslina. Devina bungkam. Sebuah pertanyaan yang sederhana, tetapi sulit untuk mengatakan jawabannya. Keraguan tentu masih ada di benak Devina, apalagi setelah semua ini terjadi, tetapi ia lebih memilih untuk memperbaiki sekarang.

"Iya," singkat Devina. Gadis itu tersenyum. Yeslina bahagia mendengar ucapan itu. Tangan Yeslina menggenggam tangan Devina. Gadis SMA itu menatap Devina lekat, penuh harap.

"Aku harap Kak Dev sama Kak Malvin bisa langgeng terus. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, begitu juga Kakak. Tapi untuk hal apa pun kalau masih bisa diperbaiki, tolong jangan milih kata pisah, ya, Kak. Kak Malvin sayang dan cinta banget sama Kakak. Beberapa waktu itu, Kak Malvin sedih banget karena Kakak milih buat menjauh," ujar Yeslina. Gadis itu menjeda ucapannya. Ia menghela napas dalam.

"Lebih dari dua tahun lalu, tepatnya saat Kak Dev putusin Kak Malvin untuk pertama kalinya, Kak Malvin jadi suka kelayapan. Tahun pertama itu sulit buat Kak Malvin, pergi nggak tahu waktu, bahkan banyak nginep di tempat yang keluarga nggak tahu. Tahun kedua, Kak Malvin mencoba buat move on, tapi tetep nggak bisa. Segala cara buat cari cewek gampangan yang suka sama Kak Malvin, tetapi nggak ada satu pun yang Kak Malvin cinta. Yeslina cuma takut kalo hal itu terjadi lagi, Kak Malvin kayak Kak Dion. Dan, ya cuma Kak Dev yang Kakak aku cinta, nggak ada yang lain, bahkan sejauh apa pun dan sekuat apa pun Kakak aku cari bahagia di luar sana. Nyatanya, cuma Kak Devina babahagianya Kak Malvin," ungkap gadis itu.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang