Part 22 : Sandiwara Terakhir

734 54 6
                                    

❝Panggung sandiwara akan segera berakhir, begitu juga dengan rasa terpaksa yang selama ini harus tercipta.❞

🌼🌼🌼

Terlepas satu minggu setelah percakapan absurd dengan Malvin kala itu. Satu minggu pula Devina memikirkan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki yang cukup membuatnya goyah akhir-akhir ini. Devina menatap sendu ke arah danau yang ada di depannya. Helaan napas mulai terdengar.

"Apa iya dia ngode gue buat balikan?" gumam gadis itu dengan sejuta tanya di pikirannya. Gadis itu menyeritkan dahi tidak percaya.

"Masa iya, sih? Lagian dia 'kan emang suka gitu." Monolog itu seakan-akan tidak habis keluar dari mulut Devina.

"Hai, Baby!" teriak Avi yang super duper menyebalkan. Ah, suaranya seperti toa masjid depan rumah Pak RT.

"Lihat nih gue bawa apa?" ucap gadis itu dengan alis yang sudah naik dan turun tidak karuan. Ia pun mengangkat dua lembaran tipis ke udara. Mata Devina membulat. Tiket konser.

"Wih, tiket konser nih! We the Fest lagi!" pekik Devina.

"Buat lo, nih!" ucap Avi seraya memberikan kedua tiket itu kepadanya. Devina menyerit.

"Kok dua, sih? Gue 'kan cuma satu," protes Devina. Avi mendecak.

"Udah, deh. Lo ajak siapa, kek. Malvin gitu. Gue udah ajak Kevin," sahut Avi. Gadis itu malah cekikikan. Berhasil juga ia mengerjai Devina.

"Rese lo!" maki Devina saat Avi meninggalkannya lagi. Ia melihat Kevin di seberang sana.

Devina tampak berpikir keras. Ia bingung akan mengajak siapa. Heaven? Ah, pasti lelaki itu sudah pergi dengan Yolanda. Gavin? Kakak lelakinya itu juga lebih suka main ke bar untuk mencuci mata.

"Terus siapa, dong?" Devina merutuki dirinya sendiri. Sayang juga kalau dibuang, apalagi tanggal tiket hari ini semua. Kalau bisa ditukar untuk hari esok, pasti gadis itu akan menyimpan untuk dirinya sendiri. Mana hari ini Rizky Febian yang tampil, sungguh tidak dapat diabaikan.

Devina mendecak. Ia menyegerakan langkah untuk menuju foodcourt. Sembari memikirkan orang yang akan diajak, ia akan mengisi perut terlebih dahulu.

Devina melangkah ke arah Gedung J yang kebetulan dekat dengan tempatnya berada. Toh, ia juga ingin makan nasi goreng ati milik Mas Aang ditambah rasa cabai yang menggelora jiwa.

Devina menaiki lift untuk sampai di lantai ketiga gedung ini. Baru saja pintu lift terbuka, aroma masakan ala foodcourt Gedung J sudah menggugah selera. Beruntung sekali bagi mereka yang ikut UKM dan ormawa. Kalau tidak, ya tidak akan pernah menghirup bau-bau sedap ini.

"Mas Aang, biasa ya!" serunya kepada penjual yang masakannya menjadi menu favorit bagi Devina. Gadis itu mengetuk-ketuk meja sembari menunggu nasi goreng miliknya.

"Ini Neng Devina, sudah siap!" ucap Mas Aang yang meletakkan nampan berisi nasi goreng dan jus jeruknya.

Devina segera menyantap makanannya. Untung saja hari ini tidak jadi kuis Pak Miko, sehingga ia bisa pulang lebih cepat. Namun, masalahnya masih satu, ia yang bingung untuk siapa tiket We the Fest yang diberikan oleh Avi.

Sepuluh menit berlalu, Devina sudah meninggalkan foodcourt lantai tiga Gedung J. Entah mengapa kaki membawanya ke lantai dua setelah bersusah payah menuruni tangga.

"Lapangan basket?" gumam gadis itu ketika melihat mahasiswa Tim A yang tengah berlatih hari ini. Devina membulatkan mata, bahkan kakinya membawa gadis itu ke tempat ini.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang