❝Mata lagi-lagi saling memandang, tetapi mulut tetap saja membisu. Dia yang terlihat tak peduli, kini memberikan sentuhan lagi. Bukan salah kata, asal hati bertindak secara nyata.❞
🌼🌼🌼
Malvin menghempaskan diri di atas kasur. Pukul enam pagi, lelaki itu baru saja menuntaskan hajat akibat makanan pedas kemarin. Sial, lelaki itu mengalami diare yang hebat. Merasa bodoh, Malvin melempar ponsel ke sofa. Lelaki itu masih berada di apartemen Aiden. Malvin mendengus kasar.
"Nggak guna juga cara gue. Dia cuma lihat doang lagi. Mana hari ini ada acara tanding. Nggak lucu kalo gue sakit perut di tengah lapangan," keluh Malvin seraya menatap lurus ke depan. Tiba-tiba, Aiden datang dan melemparkan sekaleng soda kepada Malvin. Malvin melempar tatapan tajam.
"Lo mau nambah bikin gue sakit?" celetuk Malvin. Aiden mengangkat sebelah alisnya ke atas. Ia hanya melirik ke arah Malvin.
"Kalo nggak mau, ya udah. Gue cuma ada itu di kulkas. Udah ah, pulang sana! Gue mau anterin Pinky ke studio dulu," usir Aiden setelah meneguk tandas sekaleng soda di tangannya. Malvin mendecak. Lelaki itu meraih ransel, ponsel, kunci mobil, dan jaket.
"Thanks, udah izinin gue nginep di sini," ujar Malvin. Lelaki itu segera keluar kamar. Ia pun meninggalkan apartemen milik Aiden.
Malvin telah berada di dalam mobil. Lelaki itu merenung. Ia tampak bimbang akan pergi ke mana. Terlebih pakaian yang belum ganti juga. Malvin mengembuskan napas.
"Mau nggak mau, gue harus pulang. Gue sebenernya males dengerin ocehan Papa yang selalu bela wanita itu," keluh Malvin. Lelaki itu menghela napas. Ia melajukan mobil meninggalkan basement.
Perjalanan yang singkat, membuat mobil Malvin terparkir di garasi rumah megah Jefan Arditya Yohan atau sering dikenal dengan Jefan Yohan saja. Jefan adalah putra kedua keluarga Yohan yang sekarang berusia empat puluh tujuh tahun dan menjabat sebagai anggota dewan DPR RI. Bagi Malvin sendiri, menjadi anak dari tokoh politik terkenal hanya membuat dirinya tertekan, haus kasih sayang, dan selalu disorot, meskipun tidak semua seperti itu.
Marina Erlista Yohan, wanita yang meninggal saat usia Malvin masih sepuluh tahun. Wanita baik yang memiliki sifat penyayang dan begitu hangat. Marina adalah sosok ibu yang sebenarnya. Jika saja Marina masih hidup, Malvin tak akan pernah sekeluyuran ini. Yeslina tak akan sependiam seperti sekarang dan Jeriko tak sedingin saat ini. Miris, Marina yang dianggap sosok mentari di keluarga Yohan harus meninggalkan ketiga anaknya.
Malvin tersenyum. Lelaki itu belum keluar dari mobil. Ia selalu ingin menangis jika teringat dengan sosok Marina. Andai saja waktu itu tidak terjadi. Andai ia tak meminta dimasakkan sesuatu yang mengharuskan tragedi itu terjadi.
"Mama." Napas Malvin tercekat. Lelaki itu menundukkan kepala. Sampai suara jendela yang diketuk dari luar, membuat Malvin mengangkat kepala. Ia mengusap air matanya dulu sebelum menurunkan kaca mobil.
"Ada apa, Dek?" tanya Malvin kepada Yeslina.
"Kakak kenapa? Kok nggak turun?" tanya Yeslina kembali. Malvin menggeleng. Lelaki itu membuka pintu mobil dan turun dari sana.
"Mau sekolah? Mau Kakak anterin?" tawar Malvin. Yeslina tersenyum, lalu mengangguk. Ia menunjuk motor KLX milik Malvin di seberang. Namun, mata Malvin memicing. Ia melihat bekas luka cakar di tangan Yeslina. Bekas itu ada di dekat pergelangan tangan.
"Tangan kamu kenapa?" tanya Malvin seraya menggenggam tangan Yeslina. Ia hendak menyentuh luka itu, tetapi Yeslina lebih dulu merintih.
"Kerjaan siapa? Mama paksa kamu buat ikut modeling lagi? Emang nggak kapok, ya wanita itu!" gerutu Malvin. Lelaki itu hendak masuk dan melabrak Adriana. Namun, Yeslina lebih dulu menahan. Gadis itu tak mau kakaknya terlibat pertengkaran dengan Jefan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovestuck Syndrome [END]
Romance[REAL ESTATE SERIES] Didukung playlist di spotify. Diamond Real Estate No. 7 Wijaya's Family. Pernah dengar, jika cinta pertama adalah cinta yang paling seru, lucu, bahkan terlampau sulit untuk dilupakan? Bagi sebagian orang, mungkin cinta pertama a...