❝Tangisan waktu itu membuat rasa bahagia menjadi sempurna. Terima kasih telah menghadirkan tawa yang tanpa tahu ujungnya.❞
🌼🌼🌼
Teriakan Devina menggema di setiap sudut rumah. Wanita itu terus meminta hal-hal aneh kepada suaminya. Tak hanya Malvin, Yumna pun yang tengah menyiapkan ujian untuk studi ke luar negeri terus dihantui oleh permintaan kakak perempuannya itu. Lelaki yang ingin tenang, malah dibuat runyam. Contohnya seperti sekarang.
"Yumna, kamu bantu Masmu itu loh buat burung bangau kertas! Oh ya, kamu tolong ambilin aku anggur yang ada di kulkas, ya!" teriak Devina. Yumna menggeram. Lelaki itu meletakkan pena miliknya, lantas menutup buku. Lelaki itu pergi ke arah dapur, mengambilkan anggur sesuai permintaan Devina.
"Nih!" ujar Yumna seraya memberikan semangkuk anggur itu. Devina menatap dengan mata berair.
"Kamu marah sama Kakak? Kok nyentak gitu," tutur Devina. Yumna menghela napas kasar. Ia kelepasan. Tak berselang lama, tangis Devina pecah. Sontak Malvin yang berada di dekat kolam renang itu menghampiri.
"Yumna sentakin aku, Mas," adu Devina di pelukan Malvin. Lantas pria itu menatap tajam sang pelaku. Yumna mengatupkan kedua tangan.
"Kelepasan, Mas. Habisnya Yumna lagi belajar. Eh, Kak Devina malah teriak-teriak. Minggu depan aku ujian penyetaraan di Amrik," jelas Yumna. Malvin mengembuskan napas. Pria itu mengelap air mata Devina.
"Ya udah, kamu masuk aja sana. Biar Mas yang tenangin Devina," suruh Malvin. Yumna pun mengangguk. Lelaki itu berbalik, lantas melangkah meninggalkan pasutri yang tengah berpelukan. Namun, baru beberapa langkah suara rintihan Devina terdengar. Suara kesakitan itu.
"Ya Allah, ketuban kamu pecah, Sayang!" pekik Malvin. Hal itu membuat Yumna membulatkan mata. Ia pun langsung menghampiri pasutri itu. Tidak sesuai prediksi, harusnya minggu depan wanita itu melahirkan, tetapi malah sudah sekarang.
"Aku siapin mobil dulu, ya, Mas," ucap Yumna. Malvin pun mengangguk. Sepeninggalan Yumna, pria itu langsung menggendong istrinya. Malvin berlari sekuat tenaga menuju ke luar. Melihat mercedes yang siap, Malvin langsung memasukkan Devina di sana.
"Sudah ambil dompet sama hp, Mas belum?" tanya Malvin kepada Yumna yang duduk di belakang kemudi. Lelaki itu menggeleng.
"Aku ada kok, Mas. Nanti gampang bisa pulang lagi. Yang penting Kak Devina ditangani dulu," ujar lelaki itu. Lantas Yumna melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan kota Bandung yang tidak terlalu padat.
"Mas, sakit, Mas!" keluh Devina. Malvin mengelap keringat di wajah Devina. Wajah Devina yang pucat, membuat Malvin khawatir.
"Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai. Bertahan, ya!" pinta Malvin. Pria itu mengeratkan genggaman di tangan Devina. Mencoba memberikan kekuatan untuk istrinya. Memeluk Devina erat seraya mengelus perut buncit Devina. Wanita itu menangis.
Perjalanan yang tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan dua puluh menit perjalanan sampai mobil itu berhenti di depan lobi. Malvin menggendong istrinya lagi. Malvin menindurkan Devina di atas brankar berjalan. Lantas didorongnya ke poli bersalin.
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter kandungan terlebih dahulu. Malvin menunggu di depan dengan wajah gusar. Pria itu baru saja selesai mendaftarkan Devina. Yumna yang berlarian di antara koridor, kini duduk di samping Malvin.
"Semua udah aku telefon, Mas. Nanti mereka ke sini. Kak Devina gimana, Mas?" tanya Yumna. Malvin mengangkat kedua bahunya.
"Masih diperiksa sama dokter," balas Malvin. Tak berangsur lama, seorang dokter yang menangani Devina—dokter Windy—keluar dari ruang persalinan.
"Maaf, tapi Ibu Devina tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Bapak bisa ikut ke ruangan saya untuk menandatangani surat persetujuan operasi caesar," jelas dokter Windy. Malvin mengembuskan napas. Pria itu memilih mengikuti langkah dokter Windy. Tidak masalah soal itu, asal Devina dan bayinya selamat.
🌼
Pintu ruang operasi masih tertutup. Operasi sudah berjalan selama lima menit. Malvin, pria itu memilih untuk di luar. Tidak akan tega melihat jika di dalam sana. Toh, Devina dibius penuh saat operasi. Hanya doa yang bisa Malvin panjatkan. Berdiri, lalu duduk. Berjalan ke kanan dan ke kiri bolak-balik.
Tak berselang lama, suara gaduh pun mulai terdengar. Malvin melihat Jefan, Adriana, Arinda, dan Dirga datang. Sementara, untuk anggota lain belum datang. Mungkin saja karena terjebak macet atau memang belum sampai di Bandung. Jefan memeluk putra sulung yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah. Perihal operasi, mereka sudah tahu karena sedari tadi, Yumna bertukar kabar.
"Kamu yang sabar. Yakin istri sama anak kamu baik-baik saja," ucap Jefan. Pria paruh baya itu sudah berubah menjadi lebih baik sekarang. Bahkan, Malvin sudah lega meninggalkan Yeslina di rumah megah itu. Malvin tersenyum, lalu Jefan menepuk punggung putra sulungnya.
🌼🌼
Dua jam berlalu, Devina sudah dipindahkan ke kamar rawat. Wanita itu tampak bahagia tengah memberikan ASI kepada putri kecil yang mereka beri nama Milly Erisca Yohan. Ruang besar itu dipenuhi oleh banyak orang. Ayudia, Yumna, Jefan, Adriana, Arinda, Dirga, Bellinda, dan anggota lain dari kedua pihak keluarga. Tawa terpancar di wajah mereka. Bagaimana tidak? Milly adalah cucu pertama di kedua keluarga itu. Jangan tanya tentang Dion dan Gavin, kedua orang itu aneh. Namun, Gavin sudah menikah tiga bulan lalu.
Melepas ASI, lantas berpindah ke gendongan Malvin. Anak perempuan cantik itu bersentuhan langsung dengan kulit sang ayah. Malvin memancarkan senyum paling bahagia. Mengelus putri cantiknya dikelilingi dengan para nenek dan kakek.
"Cantiknya cucu Oma," ujar Arinda. Wanita paruh baya itu mengelus pipi bayi mungil itu.
"Gembul banget, sih. Nanti uncle Jeriko ajak main bola, ya," celetuk Jeriko. Tatapan tajam mengarah kepada lelaki itu. Lantas ia terkekeh dan melayangkan kedua jari ke udara.
"Matanya mirip Malvin, bibirnya juga. Hidungnya yang mirip Devina," celetuk Ayudia.
"Nggak deh, Mi. Itu hidung mirip Kak Malvin, kok. Matanya yang malah mirip Kak Devina," sangkal Jessica. Perdebatan demi perdebatan kecil menghiasi kebahagiaan mereka. Ya, acara mirip dengan siapa itu tidak akan pernah ada habisnya. Malvin dan Devina saling menatap bahagia.
Ya, bahagia menyelimuti mereka. Kehadiran Milly adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan. Milly adalah dia yang akan terus memperkuat hubungan kedua orang tuanya. Milly adalah pembawa kebahagiaan. Terima kasih sudah hadir.
🌼🌼🌼
Word count : 946 words.
He yoo! Ini extra part terakhir, ya. Pokoknya jangan lupa buat terus dukung aku. Jangan lupa vomment, ya. Terima kasih sudah membaca tuntas cerita ini. And, selamat berpisah dengan MalDev dan segala pendramaan cintanya. Semoga masih terkenang di hati kalian. Aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Aku nggak tahu mau bilang apa, tapi makasih banget. Aku sayang kalian❤
Harapannya semoga cerita ini mendatangkan banyak pembaca lain. Semoga bisa mengikuti jejak Shoot on Me. Terima kasih dan maaf jika ada kesalahan. Sampai jumpa, semua!
Big luv,
Vanilla Latte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovestuck Syndrome [END]
Romansa[REAL ESTATE SERIES] Didukung playlist di spotify. Diamond Real Estate No. 7 Wijaya's Family. Pernah dengar, jika cinta pertama adalah cinta yang paling seru, lucu, bahkan terlampau sulit untuk dilupakan? Bagi sebagian orang, mungkin cinta pertama a...