Part 44 : Kelingking

712 46 11
                                    

❝Jemari telah menemukan pasangannya. Janji pun terikat, ragu memudar, dan rasa melekat. Semoga setelah ini sudah tidak ada lagi sekat.❞

🌼🌼🌼

Setelah melakukan penerbangan cukup lama, kini mereka harus berlayar dengan yacht untuk sampai di pulau privat tempat liburan mereka. Ya, Malvin dan Devina benar-benar pergi berlibur bersama Asyilla, Nevada, dan juga Gavin. Ah, sayangnya Gavin saja yang tidak punya pasangan. Katanya, gampang ia bisa mencari di pulau. Sungguh setan sekali perilaku lelaki itu. Bahkan, kadang kala Devina malu mengakui Gavin sebagai kakaknya.

Devina duduk di geladak utama lantai dasar. Gadis dengan balutan dress berwarna putih motif bunga-bunga itu tampak merentangkan kedua tangan. Menghirup udara segar sekuat-kuatnya, lantas mengembuskan perlahan. Devina suka dengan alam. Ini adalah kali kedua liburan gratis yang harusnya merogoh kocek mahal. Beruntung sekali Devina ini.

"By, kamu mau minum nggak?" tanya Malvin yang baru saja tiba. Devina menggeleng. Gadis itu memilih untuk menelentangkan tubuh sembari menikmati asrinya alam. Malvin pun tidak jadi kembali mengambil minum. Ia pun duduk di samping tubuh Devina yang terlentang.

"Segitunya tugas Pak Arvin sampai kamu stres?" sindir Malvin. Devina mendecak.

"Berisik, deh. Nggak usah bikin ribut, ya. Kita cuma numpang," bisik Devina terdengar ketus. Malvin terkekeh.

"Iya, nggak lagi, deh. Kamu nikmatin aja, aku bakal diem di sini temenin kamu. Takut hilang," goda Malvin lagi. Devina mencubit perut Malvin karena kesal.

Gavin, lelaki itu nahas sekali menelan kesendirian dengan hanya memeluk tas ransel miliknya. Sial, harusnya ia membawa pasangan dari rumah kalau begini ceritanya.

"Nasib jadi babu, sabar Vin sabar! Orang sabar, istrinya montok!" ujar Gavin dari serambi yacht. Sementara itu, Nevada terkekeh dari lantai atas sana.

"Makanya Vin jangan gonta-ganti pacar mulu, karma 'kan nggak ada yang setia sama lo. Ini mah masih mending daripada nggak ada yang nemplok sama sekali sama lo. Tobat, kasihan Tante Arinda! Devina aja malu punya Kakak kayak lo!" celetuk Asyilla yang membuat Gavin semakin menyedihkan. Sementara, orang-orang di sana tertawa, tak lupa dengan sang nakhoda.

Empat puluh menit berlayar menyeberangi lautan. Kini, Devina sudah berada di dalam kamar resort. Merebahkan diri di atas kasur empuk nan nyaman. Gadis itu menatap langit-langit kamar. Mata yang lelah, kini perlahan memejam. Sampai sebuah notifikasi membuat Devina membuka mata. Ia meraih ponsel, lalu mendapati pesan dari Malvin di sana.

"Malvin?" gumam Devina. Gadis itu buru-buru bangkit. Ia duduk, lalu membaca pesan itu.

From : Malvin ❤

By, nanti sore kamu siap-siap, ya. Aku mau ajak kamu keluar. Jam 3 sore aku tunggu di depan kamar kamu.

Begitulah pesan dari Malvin. Devina menyeritkan dahi. Mau apa Malvin sore nanti? Ah, tapi pasti lelaki itu menyiapkan sesuatu yang spesial. Malvin selalu begitu, penuh kejutan. Devina pun membalasnya dengan kata 'iya'. Devina tersenyum. Ia membayangkan Malvin memeluknya erat di antara senja di atas tebing. Ah, liar sekali imajinasi Devina. Gadis itu memeluk ponselnya erat. Perlahan tubuhnya direbahkan lagi. Sampai ia benar-benar larut dalam mimpi. Ia harus mengumpulkan energi untuk pergi bersama Malvin sore nanti.

🌼

Devina tertawa lebar, gadis dengan balutan celana jeans panjang dengan blouse model sabrina itu duduk di atas sepeda yang dikayuhnya. Gadis itu mengayuh dengan sekuat tenaga menyusuri pasir pantai. Cukup medan yang sulit, apalagi ketika pasir itu hampir membuat jatuh. Namun, tetap saja cukup menyenangkan.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang