Part 11 : Dekat

1.1K 103 7
                                    

❝Tangis dan pelukan itu sama sekali tak pernah terpikirkan olehku maupun olehmu. Hanyut begitu saja.❞

🌼🌼🌼

Waktu berlalu begitu cepat. Jumat sudah bertemu dengan Jumat lagi. Devina menapakkan kaki di gymnasium. Hari ini ada UKM basket, gadis itu biasa melihat. Apalagi dengan Avi, gadis itu pasti memintanya untuk menemani menonton Kevin yang tengah berlatih. Kadang kala berpapasan dengan Malvin adalah hal yang wajar, lelaki itu ketua basket di Alexandria.

Devina memalingkan wajah dari lapangan. Gadis itu merasa ditepuk oleh seseorang. Bukan Avi, tetapi orang lain. Devina menoleh. Ia mendapati Bams dengan jersey basket Alexandria.

"Eh, Bams. Lo ikut basket juga?" tanya Devina. Avi pun ikut menoleh ke belakang. Bams mengangguk.

"Gue tim B, beda sama Malvin tim A. Lo sendiri di sini ngapain? Lihat Malvin latihan?" balas Bams. Lelaki itu meneguk air mineral di tangannya.

"Ups, kenapa jadi bahas Malvin, ya? Lo cemburu, ya, Bams?" singgung Avi. Bams terkekeh.

"Biasa aja. Lagian gue lihat pas di Labuan Bajo Malvin sama Devina kelihatan deket dan kenal lama. Gue kira kalian pacaran," ujar Bams lagi. Situasi memanas sekarang.

"Nggak, kok. Gue nggak pacaran sama Malvin," sangkal Devina sebelum Avi angkat bicara. Bams mengangguk mengerti.

"Oh, ya gue denger lo anak ADC juga, ya? Kok bisa?" tanya Avi. Kini, gadis itu mengalihkan topik. Ia paham jika Devina tak nyaman dengan topik seputar Malvin.

"Oh, ya? Gue baru tau kalo lo anak ADC juga," sahut Devina yang tertarik dengan topik ini. Pasalnya ia baru mengenal Bams, tetapi lelaki itu sudah masuk komunitas ADC.

"Gue baru aja pindah ke Diamond. Tertarik aja, sih sama komunitas itu. Lagian gue juga disuruh sama Nyokap buat ikut. Katanya malu kalo gue nggak ikut," jelas Bams. Devina mengangguk paham.

"Oh, ya besok malam kayaknya bakal ada kumpul. Satnight enak banget buat hangout apalagi jomlo, lo ikut 'kan, Dev?" tanya Bams. Devina hanya meringis. Sejak dua tahun lalu sampai sekarang, ia selalu menghindari hangout dengan ADC. Ia hanya tak ingin bertemu Malvin. Apalagi dalam tahapnya melupakan Malvin.

"Gue pikirin dulu, deh," balas Devina final. Bams mendecak.

"Ayolah, Dev! Besok gue dikenalin sebagai anggota baru, loh. Masa nggak fullteam, nggak asik dong," protes Bams. Devina mengembuskan napas.

"Gue usahain, tapi nggak janji, ya," ujar Devina. Bams mengacungkan kedua jempolnya. Seseorang meneriaki Bams, bahkan melambaikan tangan untuk ikut bergabung. Lelaki itu pamit kepada Devina dan Avi.

Devina dan Avi pun kembali fokus pada lapangan. Ternyata dipanggilnya Bams untuk melengkapi tim B. Mereka akan bertanding, tim A melawan tim B sesuai arahan coach. Avi menyerukan nama Kevin kencang. Tentu Avi akan memilih tim A sebagai tim andalan. Sementara, Devina hanya membisu. Gadis itu bertepuk tangan guna memeriahkan. Batinnya meneriaki Malvin begitu kencang.

🌼

Tim A keluar sebagai pemenang. Begitu lekat rasa sportivitas di sana. Avi berdiri. Gadis itu memberikan sebotol air mineral dingin kepada Kevin. Avi sempat mengedipkan mata kepada Devina untuk mengambil sebotol air mineral untuk Malvin. Devina ragu. Gadis itu berjalan ke arah tepi lapangan. Saat ia hendak mendekat ke Malvin, Sephora lebih dulu memberikan botol air mineral itu. Senyum menghilang, Devina mematung di tempat. Sementara, Malvin tak henti-hentinya melihat ke arah Devina.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang