Part 14 : Menghindar

924 73 4
                                    

❝Tubuh itu pergi entah ke mana. Lenyap, memilih untuk menghabiskan waktu dalam kesendirian dan adanya jarak.❞

🌼🌼🌼

Malvin termenung dengan banyak pertanyaan di otaknya. Tentu memikirkan rumor yang beredar, apakah Bams benar-benar menyukai Devina atau sekadar pengalihan isu? Pikiran kacau, ia tak mampu berpikir jernih lagi. Malvin berteriak. Ia menjambak rambutnya gusar. Harusnya liburan hari ini berakhir sempurna. Namun, tetap saja isi otak tetap dipenuhi Devina.

"Argh!" teriak Malvin. Yeslina yang melihat dari jendela, akhirnya mengurungkan niat untuk masuk. Dengusan Malvin cukup kencang. Kemudian, ia menoleh ke arah lain. Ia menangkap Yeslina yang berdiri di samping pintu.

Malvin menghela napas. Ia mengatur napas dan emosinya. Lelaki itu bangkit dari sofa, ia menuju ke depan pintu. Tangannya tergerak untuk membuka. Yeslina tampak terkejut oleh bunyi pintu yang dibuka.

"Kenapa?" tanya Malvin yang hanya mengeluarkan kepala saja.

"Acaranya udah mau mulai, emang Kakak nggak mau ikut?" tanya Yeslina. Malvin tampak menimbang. Ia sudah hilang mood untuk hari ini.

"Kamu duluan aja, deh. Nanti Kakak nyusul," ujar Malvin. Yeslina memonyongkan bibir. Ia tak mau jika tak ada Malvin. Hanya Malvin yang paham.

"Aku ikut Kakak aja, deh. Males juga ikut acara," ujar Yeslina. Gadis itu malah mendorong Malvin masuk. Malvin memutar bola matanya jengah. Ia menghadang tubuh Yeslina sebelum gadis itu masuk seratus persen ke dalam kamarnya.

"Oke," putus Malvin. Senyum terpancar dari bibir Yeslina. Gadis itu menggandeng lengan Kakaknya. Menarik Malvin keluar.

Lampu-lampu dipasang melintang. Beberapa alat panggangan pun ada di area itu. Meja panjang dengan kursi yang ada di kanan dan kirinya. Ada theater kecil di sudut taman.

"Mau ada apa? Kok kayaknya meriah banget," tanya Malvin. Yeslina hanya bisa mengangkat bahu ke atas. Ia pun tidak tahu.

"Yes? Bantu Tante tata dessert, yuk!" ajak Vania. Wanita itu menarik tangan Yeslina begitu saja. Selain Malvin, Vania—Mama Aflaka dan Fadia—adalah orang terdekat bagi Yeslina. Wanita itu tahu apa yang Yeslina suka dan tidak. Sifat keibuan Vania tidak perlu ditanyakan lagi, bahkan Yeslina mengatakan bahwa Adriana—Mama Yeslina—kalah perihal mengasuh dan menyayanginya.

Melihat Yeslina ditarik oleh sang tante, Malvin tak tahu harus membantu apa. Lelaki itu malah keluar dari taman vila. Malvin memilih untuk jalan-jalan berkeliling pantai seraya menenangkan pikiran.

Sementara itu, Devina semakin bingung dengan situasi yang ada. Bisa-bisanya Bams malah memperkeruh suasana. Ketegangan terjadi di sana dan sini. Nama Devina semakin melambung di seluruh gedung Alexandria. Bukan karena prestasi, tetapi kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan, gadis itu mendapat surat peringatan I akibat fitnah yang dialaminya.

Devina menghela napas. Gadis itu melamun di bawah pohon taman. Menyandarkan diri dengan pikiran kosong. Devina menggigit bolpoin di tangan seraya memainkannya.

"Woy!" kejut Avi seraya menepuk bahu Devina. Tentu Devina terkejut. Apalagi ia tengah melamun.

"Lama-lama, lo gue santet, ya! Nyebelin banget, sih!" gerutu Devina. Avi melayangkan dua jari tangan membentuk huruf 'V'. Setelah itu, Avi duduk di samping Devina.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang